Goldy memandang satu persatu anak muda yang duduk di hadapannya. Ada seorang pangeran lugu yang belum pernah tahu kerasnya dunia. Lalu ada dua gadis, yang hidup layaknya tuan putri di dalam istana. Kemudian ada dua prajurit dengan pangkat sersan yang cukup tangguh.
Lima anak muda yang sangat cerdas dan berbakat, dan memiliki tekad yang sangat kuat. Tekad yang bahkan mengalahkan rasionalisme dan pikiran sehat akan sesuatu yang benar dan tidak untuk dilakukan. Tekad untuk mengungkapkan misteri sang raja Kerajaan Almekia.“Huuuh, dasar kalian ini,” Goldy menghela napas panjang sebelum mengambil sebuah keputusan.“Sudahlah, kalian boleh pergi setelah bahan bakar Gear kalian terisi penuh. Aku juga akan memerintahkan teknisi untuk meng-upgrade peta West line pada sistem nafigasi Gear kalian. Paling tidak agar kalian tidak tersesat ke wilayah kekuasaan kerajaan musuh dan dapat bisa langsung ke zona bebas.”Ucapan sang letnan kontan membuat Jasper danOpal menyabetkan pedang di tangan kanan Hydra pada setiap Gear musuh yang menghalangi langkahnya. Dia terus melakukan Gearnya, dan bergerak sampai mendapati Serpent, Gear milik Platina yang tersungkur di pasir. Dia pun membantu Gear itu untuk berdiri dan memeriksa keadaannya dari ujung kepala sampai kaki.'Syukurlah, sepertinya tidak begitu parah.' Opal menghela napas lega melihat Gear kuning itu hanya menderita lecet ringan. Namun dia masih tidak tenang dengan keadaan Platina yang berada di dalam Gear kuning itu. Pasti gadis itu mengalami benturan yang sangat keras saat Gearnya terlempar sejauh itu.“Kamu tidak apa-apa, Platina?” Opal bertanya, sangat cemas karena sambungan dua arah yang dia lakukan tak kunjung dibalas oleh gadis itu."Tina? Kau bisa mendengarku?""Jawablah! Kumohon ..." Opal sudah hendak keluar dari kokpid Hydra dan mengecek keadaan Platina, saat terdengar suara dari panggilan yang dia lakukan.“Ehm Kak Opal? Aku tidak
'Platina? ... Sepertinya aku sudah mulai berhalusinasi mendengar suara Tina.' Opal tersenyum miris pada dirinya sendiri.“Kak Opal, jangan diam saja!" Suara yang sangat dikenalnya itu sedikit mengeras. Membuat kesadaran Opal yang mulai hilang, bangkit kembali."Kita harus pergi dari sini!” “Tina? Platina?" Opal bertanya memastikan. Dan semakin yakin setelah melihat wajah gadis itu di layar monitor Gearnya."Kenapa kau disini?” Opal bertanya saat teringat situasi yang terjadi sebelum ledakan energi tadi. 'Bukannya seharusnya Platina ikut kabur bersama Zircon saat ini?''Kenapa dia malah ada di sini? Sia-sia donk apa yang sudah aku lakukan untuk bisa menyamakan dia?'“Aku kembali begitu menyadari kalau Kak Opal tidak ikut kabur bersama kami.""Zircon tak mau menjawab saat kutanya kau dimana. Jadi kuputuskan untuk mencarimu sendiri kemari. Aku tak mau pergi tanpamu, Kak Opal. Aku ingin selalu bersamamu.”
Zircon mengajak Jasper dan Saphir untuk memarkir Gear mereka depan di salah satu hanggar yang tersedia di luar kota. Dia memilih hanggar gear sederhana itu, karena sepertinya merangkap sebagai penginapan. Dari luar terlihat seperti motel murahan yang kotor dan tidak terawat. Cat di dindingnya sudah banyak yang terkelupas bahkan menghitam karena debu Padang pasir.Ketiga pemuda dan pemudi itu masuk dan melihat keadaan di dalam gedung. Tidak jauh berbeda dengan diluar, di sana sama kotor dan kumuhnya. Dan perabotan yang adapun sederhana dan lusuh. “Kami ingin menitipkan tiga unit Gear. Serta menyewa sebuah kamar.” Zircon menghampiri dan berkata kepada seorang receptionis, yang duduk dibalik mejanya dengan terkantuk-kantuk.“Hmm, tentu saja. Mau nitip gear dengan jaminan keamanan berapa persen? Kamarnya mau kelas apa?” Receptionis itu bertanya dengan acuh tak acuh. Sungguh benar-benar pelayanan yang buruk.“Garansi 100%. Kamar doble standart selama
Zircon terbangun sore harinya karena perutnya memberontak kelaparan. Setelah mandi dan membersihkan diri, dan meninggalkan Jasper dan Saphir yang masih tidur terlelap. Mau tak mau Zircon tersenyum melihat kedua temannya yang sedang tertidur di ranjang. Dengan bantal-bantal yang mereka pakai sebagai pembatas, membagi ranjang menjadi dua bagian memisahkan mereka. Sungguh polos sekali.Zircon mengganti pakaian dengan pakaian khas padang pasir. Pakaian dengan detail longgar dan berbahan tipis pemberian Goldy saat di Westline. Zircon ingin bisa membaur tanpa terlihat terlalu mencolok di wilayah ini."Aku keluar cari makan. Kalian juga boleh keluar untuk jalan-jalan, jangan lupa memakai pakaian yang tidak mencolok."Pria dingin itu menuliskan pesan dan meninggalkannya bersama salah satu kunci kamar. Zircon kemudian keluar dan mengunci pintu, berjalan seorang diri keluar hanggar gear plus penginapan kami menuju kota Bloody Hell. Kota yang terlihat sanga
Zircon memastikan keamanan di sekitar tempatnya berada. Setelah yakin sekawanan pengejar tadi sudah pergi cukup jauh, perlahan dia menghampiri pipa saluran air yang terlihat janggal tadi.“Mereka sudah perg. Anda sudah aman, Nona.” Zircon berkata sehalus mungkin agar, tidak membuat siapapun yang sedang bersembunyi di situ ketakutan.Zircon yakin bahwa seorang gadis pasti akan sangat ketakutan jika dikejar-kejar oleh gerombolan pria seram seperti tadi. Apalagi sampai harus bersembunyi di pipa saluran air kotor, yang untung saja sedang kering karena tidak terpakai.Perlahan sesosok tubuh keluar dari pipa tersebut, seorang gadis yang menggeliat dan menggerakkan tubuhnya begitu berdiri di tempat yang lapang. Sejenak namun pasti dapat Zircon dapat merasakan jantungnya berhenti berdetak demi memperhatikan gadis itu.Dia sungguh ciptaan tuhan yang sangat indah. Memiliki wajah cantik, kecantikan bagaikan bidadari. Dengan rambut merah panjang yang diikat e
“Syaratnya mudah saja." Gadis pimpinan perampok Padang pasir itu berkata penuh teka teki. "Yang pertama kami tidak mempunyai dokter. Hanya ada alat dan obat-obatan seadanya. Kau tidak setolol itu sehingga tak bisa mengurusnya kan?""Aku bisa." Opal menjawab mantap."Aku peringatkan kau jangan sampai berani berbuat macam-macam. Atau kalian berdua akan mati saat ini juga."“Baik.” Tak ada pilihan lain bagi Opal selain untuk menyetujui persyaratan dari gadis itu."Untuk syarat kedua, nanti akan kuberi tahu apa yang harus kau lakukan untukku. Apa kau setuju?”"Aku setuju." Opal menjawab mantap. Tidak perduli dengan syarat apapun yang akan diajukan oleh gadis itu. Yang penting baginya saat ini adalah memastikan keselamatan Platina.“Okey deal!" Kesepakatan tidak tertulis pun dibuat di antara mereka."Sekarang kamu bawa dia dan ikuti aku.” gadis bengis itu lanjut memberi perintah.Tanpa menjawab Opal mengangkat tubuh
“Sejak dulu, kalau lagi suntuk aku selalu pergi ke wilayah West line atau South line untuk bersenang-senang bersama teman-temanku.” Ruby memulai ceritanya dengan bersemangat.Cerita yang membuat Opal sangat terkejut mendengarnya. 'Jadi dia pelaku kekacauan yang sering merepotkanku dan yang lainnya?' Opal kesal mengetahui bahwa Ruby adalah pelaku kekacauan di wilayah South line, markasnya sendiri.“Tapi entah mengapa setiap kali aku mengacau di West line dia yang selalu datang menghadangku. Dia selalu bisa mengalahkanku dengan mudah. Tapi kemudian melepaskanku pergi begitu saja setelah menasehati aku panjang lebar.""Berkali-kali hal itu terjadi sampai akhirnya aku keasikan melakukan kejahatan hanya untuk bertemu dengannya. Hanya demi bisa bertemu dengan pria itu." Ruby bercerita dengan mata berbinar seperti seorang gadis yang sedang kasmaran. Berbeda sekali dengan perangai sadisnya sebagai pemimpin bajak laut Padang pasir. Sementara Platina juga
Sudah seminggu berlalu sejak Jasper, Zircon, Opal, Platina dan Saphir pergi dari istana. Tidak sedikit pasukan yang sudah dikerahkan untuk mencari mereka, segala kecanggihan teknologi dan informasi juga telah dikerahkan semaksimal mungkin. Akan tapi tetap saja hasilnya nihil. Tak ada seorangpun yang mengetahui di mana keberadaan mereka berlima. Kemana sebenarnya mereka pergi? Kenapa bahkan dengan sistem pencarian dari satelit juga tidak dapat menemukan lokasi mereka? Jawabannya hanya ada satu. Mereka pasti sedang berada di sana, kota tanpa akses internet atau jaringan yang dapat ditangkap oleh satelit. Kota bak neraka, BloodyHell.Diamond merasa sangat kesal, di saat adik-adiknya itu kemungkinan besar sedang dalam bahaya, dia malah masih enak-enakan tiduran di sini. Tiduran di kamar mewah royal class rumah sakit pusat kerajaan. Tanpa sanggup melakukan apapun untuk mencari mereka.'Sialaan! Kapan aku sembuh sih?' Diamond meratapi nasibnya sendiri.
Akhirnya buku pertama dari petualangan Jasper dapat selesai juga. Seneng banget rasanya aku bisa namatin novel bergenre fantasy pertamaku ini. Genre yang sangat berbeda dengan beberapa novelku lainnya, yang biasanya bergenre romance modern.Terima kasih banyak buat yang sudah mengikuti, membaca, memakai koin, bahkan memberikan vote untuk buku ini. I Love you all!Oiya kalian juga bisa baca novel karyaku di aplikasi ini dengan judul 'Menjadi istri Milyuner'. Serta beberapa novel lainnya yang tersebar di berbagai platform yang lain. Nama penaku tetap sama kok di aplikasi manapun, Die-din.Sebagai masukan, aku kepengen banget dengerin pendapat kalian tentang novel pertama Jasper ini. Apakah kalian sudah puas dengan endingnya? Apa masih penasaran dengan buku keduanya? Karena masih banyak misteri yang belum terpecahkan dari petualangan ini. Dan buku pertama memang hanya fokus untuk mengungkap tentang misteri sang raja kerajaan Almekia.Untuk buku kedua masih menjadi wacana, tapi aku sudah b
Tepat setelah matahari tenggelam dan malam mulai menjelang, pesta pertunangan antara Zircon dan Ruby resmi dilaksanakan. Pesta yang cukup meriah dan dihadiri oleh cukup banyak orang. Sebagian besar tamu yang hadir adalah para peserta turnamen, terutama mereka yang berhasil memasuki babak kedua, babak Gear battle. Dan sebagian lainnya tentu saja panitia turnamen dan warga kota middle part ini. Keseruan pesta pertunangan diawali dengan Pesta keakraban. Acara ngobrol santai dengan para tamu dan makan-makan segala hidangan yang telah disiapkan oleh panitia acara. Konsep Private party yang dipakai dalam pesta kali ini begitu rapi serta sangat manis. Dekorasi rumah kemenangan dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang bernuansa pink. Bebungaan segar ditata indah di seluruh ruangan. Pita-pita dan kain sutra pun ikut mempercantik suasana.Background musik pun tak ketinggalan telah dipilih sesuai dengan nuansa Padang pasir. Serta sajian makanan dan minuman melimpah untuk menjamu para tamu und
Sudah semingguan Diamond dan kawan-kawannya berada dan tinggal di kawasan middle part kota Bloody Hell ini. Wilayah yang sebenarnya sangat menyenangkan dan damai untuk memulai hidup baru. Kegiatan yang di lakukan bersama para pemenang turnamen selama seminggu ini cukup sibuk. Hampir setiap hari mereka menghadiri pertemuan dengan beberapa tetua di kota BloodyHell ini untuk menyapa, beramah-tamah atau sekedar mengenalkan kepada seluruh penduduk kota. Para pemenang turnamen dianggap seperti pahlawan di kota ini. Kota yang lebih menghargai kekuatan dibandingkan apapun, yang kuat lah yang berkuasa di kota ini. Persiapan pernikahan Ruby dan Zircon sedikit tertunda. Karena para panitia dan anak buah Ruby gagal untuk menemukan keberadaan Jade dan Obsidian Nightray. Hal ini membuat Ruby jadi tidak memiliki wali untuk memberikan restu pada pernikahannya. Dan sesuai adat di daerah ini pernikahan mereka tak bisa dianggap sah tanpa adanya seorang wali. Alhasil sebagai alternatif, Ruby dan pani
Saphir mengambil beberapa lembar foto yang sedang dipegang erat di tangan Jasper. Dia mengamati foto-foto itu satu persatu. Sama halnya dengan Jasper, tangan gadis itu sedikit bergetar karena tidak percaya dengan apa yang sedang dilihantya saat ini. "Ini? Ini adalah foto pernikahan paduka raja dan ratu?" Saphir bertanya dengan nada dan pandangan tak percaya. Dan jasper hanya mengangguk sebagai jawaban kepada gadis itu."Jadi ini wajah mendiang paduka raja?...""Wajah beliau mirip sekali denganmu, Jez!" Saphir melemparkan pandangannya ke arah Jasper dan ke foto-foto itu bergantian. Seakan ingin mencari persamaan dan perbedaan di antara wajah Jasper dan wajah mendiang raja."Tidak hanya mirip. Kalian malah hampir sama persis, kau memang benar putra mereka Jez." Saphir sekali lagi memberikan komentar dengan takjub.Jasper sekali lagi hanya bisa mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Saphir. Jasper memnag sudah tidak kaget lagi dengan wajah me
*Dengan segala cinta dan kejayaan yang semoga selalu melingkupi kerajaan Almekia.Atas nama cinta abadi yang mengalir dalam aliran darah dan mengiringi setiap hembusan napas, kami putra putri Kerajaan Almekia berjanji akan mengikat janji pernikahan yang suci :Jasper Soltnse DurchlaucthdanNefrit Mesyats MountbattenHope our love will last forever. Happily ever after ... For the glory of Almekia Kingdom.*Di bagian bawah untaian kata-kata indah itu, kedua mempelai membubuhkan tanda tangannya. Tanda tangan sang ratu yang sangat Jasper kenal dan satu lagi tanda tangan milik ayahandanya. Tak ketinggalan kedua mempelai juga membubuhkan cap jarinya, cap jempol dengan tinta emas yang berdampingan."Ibunda ... Ayahanda ..." Jasper bergumam lirih sambil membaca lagi, lagi dan sekali lagi. Menghayati se
Jasper mengajak Saphir berjalan menyusuri kuil, mengamati setiap sudutnya lekat-lekat. Bentuk dan desain bangunan kuil ini sama persis dengan yang ada di mimpinya. Semakin membuat Jasper yakin bahwa ini adalah kuil itu, kuil sakral tempat pernikahan kedua orang tuanya. Seorang biarawati wanita keluar dari salah satu ruangan kuil dan menghampiri kedua anak muda itu Biarawati itu masih cukup muda, tetapi wajahnya sudah dapat menunjukkan ketenangan spiritual yang dimilikinya. Orang suci yang tidak memikirkan tentang segala hal duniawi, hanya mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau Dewa yang dia percayai. Sang biarawati sedikit heran melihat kedatangan Jasper dan Saphir. Sehingga dia bertanya dengan sopan kepada mereka. "Mohon maaf Tuan dan Nona, kalau boleh tahu kalian berdua datang kemari untuk apa? Apakah ingin mendaftarakan pernikahan kalian?" Baik Jasper maupun Saphir kontan terkejut mendengar pertanyaan tak terduga itu. Saphir bahkan sudah salah tingkah
Sudah beberapa hari berlalu sejak turnamen Bloody Hell berakhir. Jasper dan teman-temannya semua telah pindah dari daerah perifer kota BloodyHell yang kumuh menuju daerah middle part kota BloodyHell yang lebih bersih, tertata dan teratur.Setelah kemenangan Zircon dan Diamond, mereka mendapatkan fasilitas dua buah rumah yang dapat ditempati bersama. Mereka pun membagi penghuni rumah itu agar dapat tinggal dengan nyaman. Jasper dan Amethys ikut menetap di rumah Diamond. Sementara Opal, Saphir dan Platina tinggal di rumah Zircon yang lebih besar.Pembagian ini berdasarkan jumlah kamar yang hanya ada dua per rumah. Jadi mereka mengatur agar dapat berpasang-pasangan tidurnya untuk keamanan dan kenyaman semua pihak. Jasper mendapat kamar bersama Diamond, sementara Amethys sendirian. Saphir akan tidur bersama Platina sementra Opal akan tidur sekamar dengan Zircon.Untuk para pemenang turnamen masih diharuskan mengikuti beberapa kegiatan ramah tamah atau pertemuan-pertemuan yang tidak jelas
Dengan sangat amat dongkol Zircon berjalan perlahan memenuhi panggilan pembawa acara itu, ke tengah arena dan menaiki podium penghargaan. Dia memasang pocket face untuk tidak menghiraukan segala respon dan sambutan di sekelilingnya. Menempati mimbar paling tinggi untuk juara satu, dan berdiri tegak di sana. "Baiklah, terakhir mari kita panggilkan Nona Ruby Nightray yang merupakan ketua penyelenggara turnamen BloodyHell sekaligus menjadi hadiah utama turnamen tahun ini." Sang pembawa acara kali ini memanggil Ruby untuk ikut bergabung ke tengah arena. "Nona Ruby adalah putri dari Jendral Obsidian Nightray. Nona Ruby memiliki wajah yang sangat cantik ditambah lagi beliau juga ahli beladiri dan mengendalikan Gear. Sungguh beruntung sekali pria yang bisa mendapatkannya. Tetapi tentu saja tak mudah, karena harus memenangkan dulu turnamen BloodyHell tahun ini." Tiba-tiba suasana arena menjadi heboh karena teriakan dan pekikan bersemangat dari segala penjuru. T
Panitia turnamen sudah berlarian ke sana ke mari mengatur segala keperluan dan peralatan untuk membuat podium penghargan di arena. Arena pertandingan Gear yang tadinya polos dengan hanya mimbar persegi dari bahan beton yang tidak menyenangkan. Kini telah disulap seketika menjadi lebih hidup dan meriah. Dengan berbagai pernak pernik podium. Mimbar penghargaan tiga tingkat telah berdiri di tengah arena pertandingan. Back drop setinggi dua meter yang dikelilingi vas berisi bebungaan kering pun telah ada di sana. Bertuliskan tentang acara turnamen dan berbagai macam brand yang mendukung dan mensuponsori jalannya turnamen.Seluruh juara tiga besar turnamen telah hadir pula di sudut arena pertandingan. Zircon sebagai juara pertama, Jade sebagai runner up, serta Diamond dan Simone yang menjadi juara tiga berdua sekaligus. Mereka semua dikumpulkan sambil menunggu jalannya prosesi penghargaan dan pembagian hadiah. "Hei ganteng, tak kusangka kau bisa mengalahkan Tuan Jade." sapa Simone kepada