Pagi-pagi sekali Diamond memencet bel pemanggil petugas yang menggantung di samping ranjangnya. Bunyi bel itu akan langsung terhubung ke kamar pribadi atau kantor Amethys di rumah sakit.
Sebenarnya Diamond tak ingin merepotkan gadis itu dengan bel ini, tapi Amethys begitu ngotot memasangnya. Bahkan lebih jauh bel itu khusus berbunyi di kantor dan kamar pribadinya saja. Katanya sih agar dia bisa langsung datang begitu Diamond membutuhkannya.Karena itulah sudah seminggu sejak Diamond sadar, tak pernah sekalipun dia memencet bel itu separah apapun rasa sakit yang dia derita. Akan tetapi walaupun begitu entah bagaimana Amethys selalu saja datang setiap Diamond membutuhkan bantuan, meski tanpa dipanggil sekalipun.'Entah Amy itu punya naluri yang kuat, telepati atau apa. Sungguh aneh sekali!'Lalu sekarang bukannya Diamond sedang iseng, usil atau kurang kerjaan untuk membangunkan Amethys di pagi buta ini. Tapi saat ini dia benar-benar membutuhkan gadAmethys mendorong kursi roda Diamond perlahan menyusuri koridor rumah sakit. Melewati ruang jaga perawat dan melaporkan keadaan tubuh sang pasien serta mengatakan akan membawanya jalan-jalan sebentar. Untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku karena terlalu banyak berbaring."Hei tadi manis juga. Aku tidak keberatan kalau dia yang mendorong kursi rodaku." Diamond sedikit menggoda gadisnya.Amethys tidak memberikan jawaban, hanya terdiam dengan wajah merengut kesal. Dia memasukkan kursi roda yang didorongnya dengan dorongan kasar ke dalam sebuah ruangan. Ruangan yang selanjutnya diketahui Diamond sebagai ruangan kerja dokter.Amethys mengganti sandal boneka di kakinya dengan sepatu berhak tinggi resmi. Kemudian dia juga memakai sedikit make up minimalis ke wajah serta merapikan keseluruhan penampilannya di depan cermin. Dalam sekejap gadis itu sudah kembali menjadi sosok kesehariannya, sebagai Amethys Sumeragi yang sempurna.Setelahnya masing dengan
“Satu hal yang membuat saya bertanya adalah bagaimana Nona Amethys dan Kolonel Diamond bisa berada di sini pada jam sepagi ini?""Bagaimana kalian bisa tahu bahwa ada keributan di istana sementara hal ini masih menjadi top secret kerajaan?” Mentri Syu memanfaatkan keadaan untuk memojokkan dan mencurigai Diamond dan Amethys yang datang tanpa diundang.Diamond tahu benar bahwa Mentri Syu mempunyai dendam pribadi kepadanya. Beliau adalah ayah dari sersan Mao, mantan sekretarisnya di West line. Seperti kebanyakan orang, beliau juga mengira bahwa Diamond dan putrinya adalah sepasang kekasih.Jadi beliau mungkin mengira bahwa Diamond mencampakkan Mao. Sehingga gadis itu meminta dipindah tugaskan dari West Line. Meskipun pada kenyataannya Mao sendiri yang meninggalkan Diamond.“Semua orang tahu bahwa kalian berdua, terutama Kolonel Diamond memiliki hubungan yang sangat dekat dengan mereka. Maka tak akan mengherankan jika Kolonel ikut terlibat dalam upaya mereka melarikan diri.” Syu melanjutka
'Aaarrgh sialan!' Diamond membenci tubuhnya sendiri yang lemah itu. Bahkan untuk berteriak protes seperti tadi saja, sudah membuat kepalanya berdentam sangat keras dan menyakitkan. Seperti dipukuli oleh palu besar secara bertubi-tubi. Dan yang membuat Diamond semakin emosi adalah mereka yang tidak menganggapnya sama sekali. Prajurit rendahan seperti mereka tak menghiraukan Diamond yang seorang kolonel. Karena mereka tahu benar bahwa dia sedang tak berdaya, tak akan bisa melakukan perlawanan. Oleh sebab itu, meski jelas mereka mendengar protes dan perintahku, mereka tetap menggiring Amy keluar ruangan dengan kasar. Mentri Syu tidak tinggal diam, beliau sendiri yang menghampiri Diamond dan mendorong kursi rodanya. Menyusul ke arah Amethys dibawa setelah terlebih dahulu berpamitan dan memberi penghormatan kepada Sang Ratu dan Perdana menteri Almekia Kingdom.Diamond dibawa ke ruangan interogasi, di ruang bawah tanah yang bersebelahan dengan ruang
"Kami semua prajurit di West line ini tidak akan ragu untuk membantu kalian. Bahkan kalau Kolonel Diamond yang memerintahkan, kami mungkin sanggup juga untuk menentang istana.” Kalimat terakhir Goldy begitu ringan tapi mampu membuat nyali Jasper sedikit menciut.“Tidak. Kami pergi tanpa sepengetahuan Diamond.” Zircon yang mewakili mereka untuk menjawab. Jawaban yang kontan membuat suasana ruangan menjadi sunyi dan mencekam seketika.“Jadi? Jadi Kak Diamond tidak tahu? Padahal kukira kalian sudah berdiskusi dengannya sebelum membuat keputusan dan bertindak sejauh ini?” Saphir yang pertama menggunakan ketidak percayaan.“Maafkan kelancangan kami bertiga.” Opal yang kali ini mencoba memberikan alasan.“Kami sengaja tidak mengunjungi serta memberitahu Diamond dan Kak Amethys karena mereka berdua adalah orang yang akan dicurigai keterlibatannya setelah pelarian ini. Kami berharap kalau tidak ada bukti-bukti yang memberatkan, maka mereka berdua akan ama
Goldy memandang satu persatu anak muda yang duduk di hadapannya. Ada seorang pangeran lugu yang belum pernah tahu kerasnya dunia. Lalu ada dua gadis, yang hidup layaknya tuan putri di dalam istana. Kemudian ada dua prajurit dengan pangkat sersan yang cukup tangguh. Lima anak muda yang sangat cerdas dan berbakat, dan memiliki tekad yang sangat kuat. Tekad yang bahkan mengalahkan rasionalisme dan pikiran sehat akan sesuatu yang benar dan tidak untuk dilakukan. Tekad untuk mengungkapkan misteri sang raja Kerajaan Almekia.“Huuuh, dasar kalian ini,” Goldy menghela napas panjang sebelum mengambil sebuah keputusan.“Sudahlah, kalian boleh pergi setelah bahan bakar Gear kalian terisi penuh. Aku juga akan memerintahkan teknisi untuk meng-upgrade peta West line pada sistem nafigasi Gear kalian. Paling tidak agar kalian tidak tersesat ke wilayah kekuasaan kerajaan musuh dan dapat bisa langsung ke zona bebas.” Ucapan sang letnan kontan membuat Jasper dan
Opal menyabetkan pedang di tangan kanan Hydra pada setiap Gear musuh yang menghalangi langkahnya. Dia terus melakukan Gearnya, dan bergerak sampai mendapati Serpent, Gear milik Platina yang tersungkur di pasir. Dia pun membantu Gear itu untuk berdiri dan memeriksa keadaannya dari ujung kepala sampai kaki.'Syukurlah, sepertinya tidak begitu parah.' Opal menghela napas lega melihat Gear kuning itu hanya menderita lecet ringan. Namun dia masih tidak tenang dengan keadaan Platina yang berada di dalam Gear kuning itu. Pasti gadis itu mengalami benturan yang sangat keras saat Gearnya terlempar sejauh itu.“Kamu tidak apa-apa, Platina?” Opal bertanya, sangat cemas karena sambungan dua arah yang dia lakukan tak kunjung dibalas oleh gadis itu."Tina? Kau bisa mendengarku?""Jawablah! Kumohon ..." Opal sudah hendak keluar dari kokpid Hydra dan mengecek keadaan Platina, saat terdengar suara dari panggilan yang dia lakukan.“Ehm Kak Opal? Aku tidak
'Platina? ... Sepertinya aku sudah mulai berhalusinasi mendengar suara Tina.' Opal tersenyum miris pada dirinya sendiri.“Kak Opal, jangan diam saja!" Suara yang sangat dikenalnya itu sedikit mengeras. Membuat kesadaran Opal yang mulai hilang, bangkit kembali."Kita harus pergi dari sini!” “Tina? Platina?" Opal bertanya memastikan. Dan semakin yakin setelah melihat wajah gadis itu di layar monitor Gearnya."Kenapa kau disini?” Opal bertanya saat teringat situasi yang terjadi sebelum ledakan energi tadi. 'Bukannya seharusnya Platina ikut kabur bersama Zircon saat ini?''Kenapa dia malah ada di sini? Sia-sia donk apa yang sudah aku lakukan untuk bisa menyamakan dia?'“Aku kembali begitu menyadari kalau Kak Opal tidak ikut kabur bersama kami.""Zircon tak mau menjawab saat kutanya kau dimana. Jadi kuputuskan untuk mencarimu sendiri kemari. Aku tak mau pergi tanpamu, Kak Opal. Aku ingin selalu bersamamu.”
Zircon mengajak Jasper dan Saphir untuk memarkir Gear mereka depan di salah satu hanggar yang tersedia di luar kota. Dia memilih hanggar gear sederhana itu, karena sepertinya merangkap sebagai penginapan. Dari luar terlihat seperti motel murahan yang kotor dan tidak terawat. Cat di dindingnya sudah banyak yang terkelupas bahkan menghitam karena debu Padang pasir.Ketiga pemuda dan pemudi itu masuk dan melihat keadaan di dalam gedung. Tidak jauh berbeda dengan diluar, di sana sama kotor dan kumuhnya. Dan perabotan yang adapun sederhana dan lusuh. “Kami ingin menitipkan tiga unit Gear. Serta menyewa sebuah kamar.” Zircon menghampiri dan berkata kepada seorang receptionis, yang duduk dibalik mejanya dengan terkantuk-kantuk.“Hmm, tentu saja. Mau nitip gear dengan jaminan keamanan berapa persen? Kamarnya mau kelas apa?” Receptionis itu bertanya dengan acuh tak acuh. Sungguh benar-benar pelayanan yang buruk.“Garansi 100%. Kamar doble standart selama
Akhirnya buku pertama dari petualangan Jasper dapat selesai juga. Seneng banget rasanya aku bisa namatin novel bergenre fantasy pertamaku ini. Genre yang sangat berbeda dengan beberapa novelku lainnya, yang biasanya bergenre romance modern.Terima kasih banyak buat yang sudah mengikuti, membaca, memakai koin, bahkan memberikan vote untuk buku ini. I Love you all!Oiya kalian juga bisa baca novel karyaku di aplikasi ini dengan judul 'Menjadi istri Milyuner'. Serta beberapa novel lainnya yang tersebar di berbagai platform yang lain. Nama penaku tetap sama kok di aplikasi manapun, Die-din.Sebagai masukan, aku kepengen banget dengerin pendapat kalian tentang novel pertama Jasper ini. Apakah kalian sudah puas dengan endingnya? Apa masih penasaran dengan buku keduanya? Karena masih banyak misteri yang belum terpecahkan dari petualangan ini. Dan buku pertama memang hanya fokus untuk mengungkap tentang misteri sang raja kerajaan Almekia.Untuk buku kedua masih menjadi wacana, tapi aku sudah b
Tepat setelah matahari tenggelam dan malam mulai menjelang, pesta pertunangan antara Zircon dan Ruby resmi dilaksanakan. Pesta yang cukup meriah dan dihadiri oleh cukup banyak orang. Sebagian besar tamu yang hadir adalah para peserta turnamen, terutama mereka yang berhasil memasuki babak kedua, babak Gear battle. Dan sebagian lainnya tentu saja panitia turnamen dan warga kota middle part ini. Keseruan pesta pertunangan diawali dengan Pesta keakraban. Acara ngobrol santai dengan para tamu dan makan-makan segala hidangan yang telah disiapkan oleh panitia acara. Konsep Private party yang dipakai dalam pesta kali ini begitu rapi serta sangat manis. Dekorasi rumah kemenangan dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang bernuansa pink. Bebungaan segar ditata indah di seluruh ruangan. Pita-pita dan kain sutra pun ikut mempercantik suasana.Background musik pun tak ketinggalan telah dipilih sesuai dengan nuansa Padang pasir. Serta sajian makanan dan minuman melimpah untuk menjamu para tamu und
Sudah semingguan Diamond dan kawan-kawannya berada dan tinggal di kawasan middle part kota Bloody Hell ini. Wilayah yang sebenarnya sangat menyenangkan dan damai untuk memulai hidup baru. Kegiatan yang di lakukan bersama para pemenang turnamen selama seminggu ini cukup sibuk. Hampir setiap hari mereka menghadiri pertemuan dengan beberapa tetua di kota BloodyHell ini untuk menyapa, beramah-tamah atau sekedar mengenalkan kepada seluruh penduduk kota. Para pemenang turnamen dianggap seperti pahlawan di kota ini. Kota yang lebih menghargai kekuatan dibandingkan apapun, yang kuat lah yang berkuasa di kota ini. Persiapan pernikahan Ruby dan Zircon sedikit tertunda. Karena para panitia dan anak buah Ruby gagal untuk menemukan keberadaan Jade dan Obsidian Nightray. Hal ini membuat Ruby jadi tidak memiliki wali untuk memberikan restu pada pernikahannya. Dan sesuai adat di daerah ini pernikahan mereka tak bisa dianggap sah tanpa adanya seorang wali. Alhasil sebagai alternatif, Ruby dan pani
Saphir mengambil beberapa lembar foto yang sedang dipegang erat di tangan Jasper. Dia mengamati foto-foto itu satu persatu. Sama halnya dengan Jasper, tangan gadis itu sedikit bergetar karena tidak percaya dengan apa yang sedang dilihantya saat ini. "Ini? Ini adalah foto pernikahan paduka raja dan ratu?" Saphir bertanya dengan nada dan pandangan tak percaya. Dan jasper hanya mengangguk sebagai jawaban kepada gadis itu."Jadi ini wajah mendiang paduka raja?...""Wajah beliau mirip sekali denganmu, Jez!" Saphir melemparkan pandangannya ke arah Jasper dan ke foto-foto itu bergantian. Seakan ingin mencari persamaan dan perbedaan di antara wajah Jasper dan wajah mendiang raja."Tidak hanya mirip. Kalian malah hampir sama persis, kau memang benar putra mereka Jez." Saphir sekali lagi memberikan komentar dengan takjub.Jasper sekali lagi hanya bisa mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Saphir. Jasper memnag sudah tidak kaget lagi dengan wajah me
*Dengan segala cinta dan kejayaan yang semoga selalu melingkupi kerajaan Almekia.Atas nama cinta abadi yang mengalir dalam aliran darah dan mengiringi setiap hembusan napas, kami putra putri Kerajaan Almekia berjanji akan mengikat janji pernikahan yang suci :Jasper Soltnse DurchlaucthdanNefrit Mesyats MountbattenHope our love will last forever. Happily ever after ... For the glory of Almekia Kingdom.*Di bagian bawah untaian kata-kata indah itu, kedua mempelai membubuhkan tanda tangannya. Tanda tangan sang ratu yang sangat Jasper kenal dan satu lagi tanda tangan milik ayahandanya. Tak ketinggalan kedua mempelai juga membubuhkan cap jarinya, cap jempol dengan tinta emas yang berdampingan."Ibunda ... Ayahanda ..." Jasper bergumam lirih sambil membaca lagi, lagi dan sekali lagi. Menghayati se
Jasper mengajak Saphir berjalan menyusuri kuil, mengamati setiap sudutnya lekat-lekat. Bentuk dan desain bangunan kuil ini sama persis dengan yang ada di mimpinya. Semakin membuat Jasper yakin bahwa ini adalah kuil itu, kuil sakral tempat pernikahan kedua orang tuanya. Seorang biarawati wanita keluar dari salah satu ruangan kuil dan menghampiri kedua anak muda itu Biarawati itu masih cukup muda, tetapi wajahnya sudah dapat menunjukkan ketenangan spiritual yang dimilikinya. Orang suci yang tidak memikirkan tentang segala hal duniawi, hanya mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau Dewa yang dia percayai. Sang biarawati sedikit heran melihat kedatangan Jasper dan Saphir. Sehingga dia bertanya dengan sopan kepada mereka. "Mohon maaf Tuan dan Nona, kalau boleh tahu kalian berdua datang kemari untuk apa? Apakah ingin mendaftarakan pernikahan kalian?" Baik Jasper maupun Saphir kontan terkejut mendengar pertanyaan tak terduga itu. Saphir bahkan sudah salah tingkah
Sudah beberapa hari berlalu sejak turnamen Bloody Hell berakhir. Jasper dan teman-temannya semua telah pindah dari daerah perifer kota BloodyHell yang kumuh menuju daerah middle part kota BloodyHell yang lebih bersih, tertata dan teratur.Setelah kemenangan Zircon dan Diamond, mereka mendapatkan fasilitas dua buah rumah yang dapat ditempati bersama. Mereka pun membagi penghuni rumah itu agar dapat tinggal dengan nyaman. Jasper dan Amethys ikut menetap di rumah Diamond. Sementara Opal, Saphir dan Platina tinggal di rumah Zircon yang lebih besar.Pembagian ini berdasarkan jumlah kamar yang hanya ada dua per rumah. Jadi mereka mengatur agar dapat berpasang-pasangan tidurnya untuk keamanan dan kenyaman semua pihak. Jasper mendapat kamar bersama Diamond, sementara Amethys sendirian. Saphir akan tidur bersama Platina sementra Opal akan tidur sekamar dengan Zircon.Untuk para pemenang turnamen masih diharuskan mengikuti beberapa kegiatan ramah tamah atau pertemuan-pertemuan yang tidak jelas
Dengan sangat amat dongkol Zircon berjalan perlahan memenuhi panggilan pembawa acara itu, ke tengah arena dan menaiki podium penghargaan. Dia memasang pocket face untuk tidak menghiraukan segala respon dan sambutan di sekelilingnya. Menempati mimbar paling tinggi untuk juara satu, dan berdiri tegak di sana. "Baiklah, terakhir mari kita panggilkan Nona Ruby Nightray yang merupakan ketua penyelenggara turnamen BloodyHell sekaligus menjadi hadiah utama turnamen tahun ini." Sang pembawa acara kali ini memanggil Ruby untuk ikut bergabung ke tengah arena. "Nona Ruby adalah putri dari Jendral Obsidian Nightray. Nona Ruby memiliki wajah yang sangat cantik ditambah lagi beliau juga ahli beladiri dan mengendalikan Gear. Sungguh beruntung sekali pria yang bisa mendapatkannya. Tetapi tentu saja tak mudah, karena harus memenangkan dulu turnamen BloodyHell tahun ini." Tiba-tiba suasana arena menjadi heboh karena teriakan dan pekikan bersemangat dari segala penjuru. T
Panitia turnamen sudah berlarian ke sana ke mari mengatur segala keperluan dan peralatan untuk membuat podium penghargan di arena. Arena pertandingan Gear yang tadinya polos dengan hanya mimbar persegi dari bahan beton yang tidak menyenangkan. Kini telah disulap seketika menjadi lebih hidup dan meriah. Dengan berbagai pernak pernik podium. Mimbar penghargaan tiga tingkat telah berdiri di tengah arena pertandingan. Back drop setinggi dua meter yang dikelilingi vas berisi bebungaan kering pun telah ada di sana. Bertuliskan tentang acara turnamen dan berbagai macam brand yang mendukung dan mensuponsori jalannya turnamen.Seluruh juara tiga besar turnamen telah hadir pula di sudut arena pertandingan. Zircon sebagai juara pertama, Jade sebagai runner up, serta Diamond dan Simone yang menjadi juara tiga berdua sekaligus. Mereka semua dikumpulkan sambil menunggu jalannya prosesi penghargaan dan pembagian hadiah. "Hei ganteng, tak kusangka kau bisa mengalahkan Tuan Jade." sapa Simone kepada