Tak lama kemudian, kebingungan Jasper terjawab dengan adanya ketukan di pintu kamar. Mau tak mau dia jadi disadarkan dengan kehebatan Diamond yang bisa merasakan kedatangan seseorang dengan jarak sejauh itu.
'Aku saja tak merasakan apa-apa sampai ada ketukan.'
Jasper membuka pintu kamarnya untuk memeriksa siapa yang datang. Dan ternyata mereka adalah kedua pengawal pribadinya.
"Maaf pangeran, tadi kami mendengar ada suara-suara dari dalam kamar. Kami khawatir jika ada seorang penyusup." Sinistra, salah satu pengawal pribadi Jasper melapor. Sementara pengawal satunya, Dextra berusaha melihat kedalam kamar.
"Tidak ada siapapun di sini, aku sendirian." Jasper menjawab cepat-cepat, tetapi kedua pengawalnya itu tidak percaya dan tetap memaksa untuk masuk ke dalam kamar.
Mereka memeriksa secara menyeluruh semua sudut kamar tanpa terkecuali ke bagian balkon. Membuat Jasper sedikit was-was kalau Diamond akan ketahuan sedang bersembunyi.
Akan tetapi kekhawatiran Jasper tidak terjadi, setelah beberapa saat kedua pengawal itu tidak dapat menemukan siapapun di dalam kamar selain Jasper. Mereka berdua pun meminta maaf dan memberikan penghormatan kepadanya, dan tidak lupa pula memintanya untuk menutup semua jendela dan pintu serta segera beristirahat.
Jasper mengantarkan mereka berdua sampai pintu, kemudian menutupnya rapat-rapat. Lalu Jasper bergegas ke arah balkon untuk menghampiri Diamond yang sedang bersembunyi.
"Diamond?" tanya Jasper karena tak mendapati siapapun di sana.
"Berengsek mereka! Kenapa tidak langsung kau usir saja sih?" gerutu Diamond kesal. Dia tiba-tiba melompat dari bawah balkon tempatnya bersembunyi, dan mendarat tepat di hadapan Jasper.
"Tidak bisa. Mereka akan curiga dan melaporkan kepada ayahmu. Pasti bakalan panjang urusannya. Lagian yang salah itu kamu kan, yang menyelinap kekamarku tengah malam begini?"
"Sebaiknya kamu pulang saja, besok kita lanjutkan lagi ngobrolnya." Jasper menggiring Diamond ke tepi balkon kamarnya.
"OK, besok aku akan mengajak Zircon ikut latihan fisik, beladiri dan Gear denganmu. Kamu tak akan sendirian lagi, Jez ... Aku pergi!" Diamond melompat dari balkon lantai kamar Jasper dan menghilang dalam gelapnya malam.
***
Keesokan harinya Jasper sengaja datang ke tempat latihan lebih pagi agar bisa sedikit ngobrol dengan sahabat-sahabat lamanya. Sekedar untuk beramah tamah sebelum acara latihan pagi dimulai.
Namun betapa kagetnya Jasper saat tiba di dojo. Telah hadir seorang pemuda dengan rambut hitam panjang sebahu yang diikat dengan gaya ekor kuda di sana. Pemuda itu memiliki wajah yang sangat tampan. Wajah bak karya seni yang sempurna, dengan mata hitam tajam dan wajah dingin tanpa ekspresi. Dia adalah Zircon putra tunggal Morgan, sang panglima tertinggi angkatan bersenjata kerajaan.
'Sepertinya Zircon salah waktu.' Jasper membatin geli melihat Zircon yang sudah banyak berkeringat. Pasti dia sudah cukup lama berlatih.
Saat menyadari kedatangan Jasper, Jasper menghentikan kegiatannya yang sedang push up dengan satu jari. Kemudian pemuda itu menegur kepada Jasper dengan nada kesal. "Kau terlambat Jez, sudah sejam aku menunggumu."
Zircon berusia tiga tahun lebih tua dari Jasper, namun entah mengapa dia bahkan tampak lebih dewasa dari Diamond yang sudah berusia dua puluh lima tahun. Sikap tenangnya, pembawaan yang dingin bahkan cenderung ketus sangat berlawanan dengan Diamond yang ceria.
"Wah sepertinya kamu salah informasi, Sobat. Lihat saja Paman Kunzite juga belum tiba. Sepertinya kau kena dikerjai oleh Diamond, hehehe." Jasper terkikik geli melihat wajah Zircon yang berubah menjadi masam.
Tanpa berkomentar, Zircon melanjutkan gerakan push up. Membuat Jasper mau tak mau ikut melakukan kegiatan push up bersama disampingnya.
Tak lama kemudian Kunzite, mentor Jasper tiba di dojo. Beliau keheranan melihat kedua anak muda yang sudah rajin berlatih bahkan sebelum beliau tiba.
"Paman, dimana Diamond?" tanya Zircon tak sabaran.
"Diamond? Kurasa dia masih tidur waktu aku berangkat." Jawab Kunzite.
Zircon mendengus kesal demi mendengar jawaban itu. "Saya sampai disini saja Paman, permisi."
Zircon mengemasi handuk dan botol minumannya. Kemudian melemparkan pandangan 'akan kuseret dia kesini' pada Jasper sebelum pergi beranjak meninggalkan dojo.Jasper hanya bisa tersenyum geli sebagai balasan. Ingat benar bahwa Diamond dan Zircon memang selalu begitu. Tiada hari tanpa bertengkar di antara mereka, seperti kucing dan anjing.
Dalam pelajaran-pelajaran selanjutnya sampai makan siang, Zircon dan Diamond tidak nampak batang hidungnya. Membuat Jasper semakin dongkol dan uring-uringan. Saat pelajaran Gear berlangsung pun, kedua sahabatnya itu juga tidak hadir.
"Tapi ada untungnya juga mereka tidak datang, mereka tidak akan menertawakan saat aku salah melakukan jurus-jurus combo atau meleset dari sasaran tembak." Jasper mengambil sisi baik dari absennya mereka berdua. Dan memusatkan konsentrasi mempelajari jurus-jurus baru yang bahkan lebih keren dibanding peragaan video.
Akan tetapi konsentrasi Jasper buyar seketika saat tiba-tiba ada dua buah Gear super canggih melintas diatas ground latihan itu. Gear merah dengan senjata pedang dan Gear biru dengan senapan ganda. Kedua Gear itu pastinya selevel dengan Private Gear milik panglima atau prajurit dengan pangkat sersan ke atas.
Saking takjubnya, Jasper tak sanggup untuk bergerak. Hanya bisa tercengang kagum menyaksikan kedua gear itu bertempur dengan dahsyat dan saling hajar satu sama lainnya. Ledakan-ledakan saat kedua gear itu beradu membuat darah Jasper seolah bergejolak penuh gairah.
"Siapakah gerangan pilot kedua gear itu? Bagaimana bisa mereka masuk dan bertempur di kawasan istana ini?" Jasper bergumam kagum.
"Hentikan! ... Kubilang berhenti!" Berbeda dengan Jasper yang terkagum-kagum, Morgan malah berteriak geram.
Kedua gear itu terus saja bertarung tanpa kenal kompromi. Gear biru berhasil menembak Gear merah hingga sampai terhempas jatuh ke tanah. Saat Gear biru itu mendekat hendak menyerang lagi, Gear merah tiba-tiba menghunuskan pedang. Serangan telak dan sangat mematikan seandainya gear biru tak berhasil menghindar.
Tanpa sadar Jasper menikmati pertarungan itu, semakin penasaran dengan kedua pilotnya di dalamnya. Saat tersadar, Jasper sudah melompat turun dari common Gear yang dipilotinya. Gear yang biasa dipakai oleh prajurit atau sebagai alat transportasi. Dari bentuknya saja sudah kalah jauh jika dibandingkan dengan kedua private gear yang sedang bertarung di hadapannya.
Jasper berdiri di samping Morgan yang kemarahannya memuncak. Wajah pria paruh baya itu merah sekali menahan amarah saat berteriak. "Hentikan! Zircon! Diamond! Berhenti!"
"Diamond dan Zircon?" Jasper tersentak kaget saat menyadari pilot-pilot Gear itu adalah kedua sahabatnya.
'Gila level mereka benar-benar sudah jauh diatasku, keren banget!'
Beberapa menit kemudian berlalu. Kesabaran Morgan benar-benar habis karena Gear merah dan biru itu terus bertarung tanpa memperdulikan peringatan darinya.
"BERHENTI! FENRIR, PHOENIX... OFF!" Morgan kembali berteriak sambil mengeluarkan tekanan tenaga dalam yang sedikit aneh. Lalu tiba-tiba saja kedua gear yang sudah siap saling menyerang itu seketika berhenti bergerak.
Kedua gear itu sepertinya ter-shut down begitu saja. Kokpit tempat pilot keduanya terbuka, Zircon keluar dari gear merah dan Diamond dari gear biru, keduanya basah kuyup oleh keringat, terengah-engah dengan napas memburu.
"Apa-apaan kalian ini?" Dagu paman paman Morgan berkedut saking marahnya. Secepat kilat menghampiri mereka berdua yang tengah-engah membungkuk mengatur napas.
"Kami cuma latihan duel kok, hehe ... Iseng aja." jawab Diamond berusaha tersenyum disela-sela napasnya yang memburu.
"Benarkah itu, Zircon?" Morgan meminta penjelasan kepada Zircon.
"Benar, Ayah." Zircon menjawab tegas, dengan sikap sempurna pula. Walaupun jelas terlihat dia juga sedang kesusahan mengatur napas.
Meski hubungan mereka adalah ayahnya dan anak, tapi di dalam dunia militer Morgan adalah seorang jenderal. Yang berarti atasan dari Zircon serta Diamond sekaligus.
'Tapi kenapa sikap Diamond masih bisa santai? Dasar anak itu, tetap saja semaunya sendiri.'
"Kalau hanya latihan, tidak perlu sampai mengeluarkan Phoenix dan Fenrir segala kan? Apalagi dengan persenjataan lengkap seperti ini?" Morgan menghardik penuh curiga. Zircon hanya mampu menundukkan kepala semakin dalam, sementara Diamond menyunggingkan cengiran lebar bagaikan kuda, tanpa sanggup menjawab.
"Sudahlah, untung kalian berdua tidak apa-apa. Ayo!" Paman Morgan menarik dan menjinjing kemeja bagian leher belakang mereka berdua dengan kedua tangannya.
"Sampai disini dulu pelajaran kita hari ini, Pangeran Jasper. Saya akan membawa mereka berdua ke rumah sakit." Pamit Morgan kepada Jasper.
"Apapun yang terjadi jangan pernah sentuh kedua gear itu!" Morgan kemudian berlari setengah terbang membawa kedua sahabatku pergi.
"Jadi ini Phoenix dan Fenrir?" Gumam Jasper mengamati kedua gear itu dengan seksama dari kejauhan. Namun tidak berani menyentuhnya sesuai dengan perintah Morgan.
Sebenarnya ingin sekali Jasper menyentuh kedua Gear itu, tapi Morgan yang super serius tidak mungkin melarangnya tanpa alasan. Dan apapun alasannya pasti untuk kebaikan Jasper sendiri.
Sore hari setelah duel Gear merah dan biru itu, Jasper mendapatkan libur dari mentornya. Beliau memberi Jasper waktu bebas untuk menjenguk Diamond dan Zircon yang sedang cedera setelah duel Gear siang tadi. Dengan catatan dia harus membuat ilustrasi perang dan taktik yang harus dikumpulkan besok. Jasper tentu menyambut gembira waktu bebas yang dia dapatkan. Memanfaatkan waktu luangnya untuk datang berkunjung ke rumah sakit istana yang berada di tengah kota. Dari istana dia berangkat dengan dikawal oleh dua pengawal pribadinya Dextra dan Sinistra. Sesampai di rumah sakit Jasper langsung dikawal ke kamar kedua temannya dirawat. Kemudian kedua pengawal pribadinya menunggu di luar ruangan. Betapa kagetnya Jasper saat membuka pintu kamar perawatan dan mendapati Diamond dan Zircon sudah tidak berada di diatas ranjang mereka masing-masing. Melainkan malah berdiri siaga dalam posisi siap tempur, dengan saling mengacungkan bantalnya ditangan. "What the? Sedang apa kalian?" Jasper bertanya ke
Diamond terbangun dari tidur nyenyaknya pagi-pagi sekali, bahkan sebelum matahari terbit di ufuk timur. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul semua, dia memaksakan tubuh untuk bangkit dari ranjang yang nyaman, berjalan ke kamar mandi. Mengguyur sekujur tubuhnya dengan air dingin dari shower banyak-banyak. Untuk menghilangkan rasa kantuk serta mengembalikan kesadaran yang masih berserakan kemana-mana. Kenapa Diamond harus mandi di pagi hari buta begini? Jawabnya tentu saja karena setelah kejadian waktu itu, kejadian duel gear itu. Dirinya dan Zircon diwajibkan untuk mengikuti latihan fisik setiap pagi bersama Jasper. Opal dengan semena-mena mendiagnosa penyakit mereka berdua sebagai penyakit ‘kurang latihan’. "Bah! Penyakit apa itu? Dasar dokter sableng!" "Berengsek kamu, Opal! Memang ya jenius dan idiot itu bedanya tipis banget." Diamond mengerutu kesal jika mengingat tingkah Opal yang bahkan mengatakan bahwa baik Diamond ataupun Zircon mengalami penurunan stamina. Karena terlal
Diamond masih tertegun beberapa saat setelah panggilannya dengan berakhir. Masih sedikit tak percaya bahwa Amethys baru saja menghubungi dirinya. Amethys adalah satu-satunya wanita yang sanggup mencuri hati Diamond dari dulu bahkan sampai saat ini. Seorang gadis cantik yang berusia lebih tua lima tahun darinya. Namun entah mengapa, Diamond merasa jurang pemisah di antara mereka seperti puluhan tahun. Dulu saat masih muda, Diamond sering terang-terangan menggoda dan menyatakan perasaan pada gadis itu. Dan waktu itu Amethys selalu saja menolak dengan alasan bahwa Diamond masih kecil dan terlalu muda untuknya. Akan tetapi sejak tiga tahun yang lalu, Diamond sendiri yang selalu menghindar dari Amethys. Dia berusaha untuk menepis semua bayangan gadis itu dari ingatannya. Terlalu minder dan tak percaya diri untuk mendekatinya. "Bagaimana mungkin aku yang waktu itu hanya seorang sersan rendahan, (meskipun kini aku sudah berpangkat Kolonel) berani untuk mendekatinya?" Diamond bergumam sambi
“Kau tahu? Dari tadi aku terus kepikiran harus memanggilmu apa?” Tanya Diamond padanya dengan sangat canggung kepada Amethys. Sambil terus melajukan mobilnya ke arah kota. “Yaampun Diamond! Jangan aneh-aneh deh. Kamu boleh kok memanggilku sama seperti dulu, Amy." Amethys tertawa ringan mendengar pertanyaan itu. "Hehehe." Diamond hanya bisa membalasnya dengan tawa canggung. "Sudah tiga tahunan kau tidak memanggilku dengan sebutan begitu lagi. Kau juga tak pernah usil untuk mengajakku berkencan. Kemana perginya Diamond yang dulu suka menyatakan cinta padaku. Sepertinya kau sudah bertobat ya?” lanjut Amethys sambil mengedipkan sebelah mata untuk menggoda pria di sampingnya. Diamond hanya bisa nyengir sebagai balasan. Merasa sangat malu jika harus mengingat segala kebodohan dan keagresifan yang dia lakukan di masa lalu. Tingkah yang mungkin membuat Amethys menjadi ilfeel kepadanya. “Amy ... Yah nama yang simple dan manis yang cocok untukmu.” Jawab Diamond dengan jujur dan sepenuh hati
“Nah disinilah sebuah misteri besar akhirnya bisa terjawab dan terpecahkan." Amy berkata dengan nada sangat dramatis. "Misteri besar? Jangan bilang kalau ... " Diamond merespon dengan ragu-ragu. Bahkan dalam bayangan terliarnya pun dia tak berani untuk membayangkan tentang hal ini. "Benar sekali. Yang dimaksud Jasper disini tentu bukanlah Pangeran Jasper Sterne Durchlaucth yang kita ketahui, melainkan seorang bernama Jasper yang lainnya." Amy memberikan senyuman indah di bibirnya. "Apa kau tidak berpikir bagaimana beliau memiliki nama yang sama dengan Jasper? Apa kau tidak terlintas di benakmu sebuah kemungkinan bahwa beliau bisa jadi adalah mendiang Baginda Raja Almekia Kingdom, ayah dari Jez sendiri?” Amy kembali melemparkan sebuah asumsi dengan kedua mata yang berbinar-binar penuh cahaya harapan. "Ini gila! Mendiang Baginda Raja, The king?" Diamond menghela napas panjang demi mendengar asumsi Amy. Asumsi yang sebenarnya sudah berkelebat juga di dalam otaknya sendiri. "Tidak ini
Sebuah ketukan lembut terdengar dari pintu sebuah ruangan di rumah sakit pusat kerajaan sore itu. “Kak Opal,” sebuah suara manis yang memanjakan Indra pendengaran terdengar mengikuti. Suara dari seorang gadis yang bernama Platina. Gadis itu kemudian memunculkan kepalanya sedikit di pintu, tetapi tidak berani masuk ke ruangan. Dia memberikan senyuman yang manis bak malaikat kepada penghuni ruangan, Opal. "Akhirnya kamu datang juga!" Opal tak dapat menahan lengkungan di bibirnya demi menyambut kedatangan sang gadis. Beberapa hari belakangan ini, Platina selalu saja datang mengunjungi Opal di tempat dan jam yang sama. Di ruang kerjanya di Rumah sakit kerajaan, sesaat sebelum jadwal sift jaga berakhir di sore hari. Sesaat sebelum Opal biasanya pulang meninggalkan rumah sakit. Serta melupakan tugas sebagai seorang dokter dan kembali menjadi seorang Opal Sumeragi saja. Lalu untuk apa Platina melakukan hal ini? Semata-mata hanya untuk berkonsultasi tentang menu makan siang yang akan dia
“Selalu saja Kak Amethys!” Tiba-tiba nada suara Platina meninggi demi mendengar nama Amethyst Sumeragi disebut. Opal tentu saja kaget, tak mengira bahwa nama kakak perempuannya bisa membuat Platina bereaksi seperti itu. Tak habis pikir pula tentang apa yang salah dengan kakak perempuannya. Kesalahan yang bisa membuat Platina tidak suka kepadanya. “Apapun yang kami lakukan, selalu saja Kak Amethys pasti lebih baik dari kami. Bilang saja kalau masakannya lebih enak dari masakanku!” Platina melanjutkan ocehan kesalnya. “Tentu saja. Masakan Kak Amethys itu sudah sekelas koki istana.” Opal menjawab dengan jujur. Bahwa masakan Amethyst memang sangat lezat tak bercela. "Puji saja dia terus!" “Tina? Kamu kenapa sih?" Platina tidak menjawab pertanyaan Opal. Malah memajukan bibir sebagai bentuk perwujudan rasa kesalnya. "Tidak perlu malu atau iri hati, setiap orang pasti memilki kelebihan dan kekurangannya masing-masing ...” Opal berusaha untuk menghibur si gadis ngambek. “Dia sempurna!
Malam hari setelah memakan masakan Platina, Opal merasakan tubuhnya tidak karuan. Beberapa kali dia muntah-muntah bahkan diare. Beberapa kali pula dia harus keluar masuk ke dalam toilet untuk menyelesaikan kedua urusan itu. Sungguh sensasi yang sangat menyiksa. "Astaga Opal, kamu habis makan apa sih kok sampai kayak begini?" Amethys mengomeli adiknya yang terkapar tak berdaya di atas ranjang. "Hehehe," Opal hanya meringis sebagai jawaban. Tak mungkin untuk mengatakan alasan sakitnya kepada sang kakak. 'Mana mungkin aku bilang kalau karena masakan Platina kan?' "Pasti karena Platina kan?" Namun bukan si jenius Amethyst Sumeragi jika tidak dapat menebak alasan sakitnya Opal. "Dia kasih kamu makanan apa lagi?" "Gak tahu." Akhirnya Opal menjawab. Karena percuma juga berbohong kepada sang kakak, bisa semakin panjang urusannya. "Kok bisa gak tahu?" "Ya karena bentuk makanannya gak jelas. Gosong sampai gak kelihatan bahannya apa." Opal menjawab dengan pasrah. "Astaga, hahahaha." Ameth
Akhirnya buku pertama dari petualangan Jasper dapat selesai juga. Seneng banget rasanya aku bisa namatin novel bergenre fantasy pertamaku ini. Genre yang sangat berbeda dengan beberapa novelku lainnya, yang biasanya bergenre romance modern.Terima kasih banyak buat yang sudah mengikuti, membaca, memakai koin, bahkan memberikan vote untuk buku ini. I Love you all!Oiya kalian juga bisa baca novel karyaku di aplikasi ini dengan judul 'Menjadi istri Milyuner'. Serta beberapa novel lainnya yang tersebar di berbagai platform yang lain. Nama penaku tetap sama kok di aplikasi manapun, Die-din.Sebagai masukan, aku kepengen banget dengerin pendapat kalian tentang novel pertama Jasper ini. Apakah kalian sudah puas dengan endingnya? Apa masih penasaran dengan buku keduanya? Karena masih banyak misteri yang belum terpecahkan dari petualangan ini. Dan buku pertama memang hanya fokus untuk mengungkap tentang misteri sang raja kerajaan Almekia.Untuk buku kedua masih menjadi wacana, tapi aku sudah b
Tepat setelah matahari tenggelam dan malam mulai menjelang, pesta pertunangan antara Zircon dan Ruby resmi dilaksanakan. Pesta yang cukup meriah dan dihadiri oleh cukup banyak orang. Sebagian besar tamu yang hadir adalah para peserta turnamen, terutama mereka yang berhasil memasuki babak kedua, babak Gear battle. Dan sebagian lainnya tentu saja panitia turnamen dan warga kota middle part ini. Keseruan pesta pertunangan diawali dengan Pesta keakraban. Acara ngobrol santai dengan para tamu dan makan-makan segala hidangan yang telah disiapkan oleh panitia acara. Konsep Private party yang dipakai dalam pesta kali ini begitu rapi serta sangat manis. Dekorasi rumah kemenangan dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang bernuansa pink. Bebungaan segar ditata indah di seluruh ruangan. Pita-pita dan kain sutra pun ikut mempercantik suasana.Background musik pun tak ketinggalan telah dipilih sesuai dengan nuansa Padang pasir. Serta sajian makanan dan minuman melimpah untuk menjamu para tamu und
Sudah semingguan Diamond dan kawan-kawannya berada dan tinggal di kawasan middle part kota Bloody Hell ini. Wilayah yang sebenarnya sangat menyenangkan dan damai untuk memulai hidup baru. Kegiatan yang di lakukan bersama para pemenang turnamen selama seminggu ini cukup sibuk. Hampir setiap hari mereka menghadiri pertemuan dengan beberapa tetua di kota BloodyHell ini untuk menyapa, beramah-tamah atau sekedar mengenalkan kepada seluruh penduduk kota. Para pemenang turnamen dianggap seperti pahlawan di kota ini. Kota yang lebih menghargai kekuatan dibandingkan apapun, yang kuat lah yang berkuasa di kota ini. Persiapan pernikahan Ruby dan Zircon sedikit tertunda. Karena para panitia dan anak buah Ruby gagal untuk menemukan keberadaan Jade dan Obsidian Nightray. Hal ini membuat Ruby jadi tidak memiliki wali untuk memberikan restu pada pernikahannya. Dan sesuai adat di daerah ini pernikahan mereka tak bisa dianggap sah tanpa adanya seorang wali. Alhasil sebagai alternatif, Ruby dan pani
Saphir mengambil beberapa lembar foto yang sedang dipegang erat di tangan Jasper. Dia mengamati foto-foto itu satu persatu. Sama halnya dengan Jasper, tangan gadis itu sedikit bergetar karena tidak percaya dengan apa yang sedang dilihantya saat ini. "Ini? Ini adalah foto pernikahan paduka raja dan ratu?" Saphir bertanya dengan nada dan pandangan tak percaya. Dan jasper hanya mengangguk sebagai jawaban kepada gadis itu."Jadi ini wajah mendiang paduka raja?...""Wajah beliau mirip sekali denganmu, Jez!" Saphir melemparkan pandangannya ke arah Jasper dan ke foto-foto itu bergantian. Seakan ingin mencari persamaan dan perbedaan di antara wajah Jasper dan wajah mendiang raja."Tidak hanya mirip. Kalian malah hampir sama persis, kau memang benar putra mereka Jez." Saphir sekali lagi memberikan komentar dengan takjub.Jasper sekali lagi hanya bisa mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Saphir. Jasper memnag sudah tidak kaget lagi dengan wajah me
*Dengan segala cinta dan kejayaan yang semoga selalu melingkupi kerajaan Almekia.Atas nama cinta abadi yang mengalir dalam aliran darah dan mengiringi setiap hembusan napas, kami putra putri Kerajaan Almekia berjanji akan mengikat janji pernikahan yang suci :Jasper Soltnse DurchlaucthdanNefrit Mesyats MountbattenHope our love will last forever. Happily ever after ... For the glory of Almekia Kingdom.*Di bagian bawah untaian kata-kata indah itu, kedua mempelai membubuhkan tanda tangannya. Tanda tangan sang ratu yang sangat Jasper kenal dan satu lagi tanda tangan milik ayahandanya. Tak ketinggalan kedua mempelai juga membubuhkan cap jarinya, cap jempol dengan tinta emas yang berdampingan."Ibunda ... Ayahanda ..." Jasper bergumam lirih sambil membaca lagi, lagi dan sekali lagi. Menghayati se
Jasper mengajak Saphir berjalan menyusuri kuil, mengamati setiap sudutnya lekat-lekat. Bentuk dan desain bangunan kuil ini sama persis dengan yang ada di mimpinya. Semakin membuat Jasper yakin bahwa ini adalah kuil itu, kuil sakral tempat pernikahan kedua orang tuanya. Seorang biarawati wanita keluar dari salah satu ruangan kuil dan menghampiri kedua anak muda itu Biarawati itu masih cukup muda, tetapi wajahnya sudah dapat menunjukkan ketenangan spiritual yang dimilikinya. Orang suci yang tidak memikirkan tentang segala hal duniawi, hanya mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau Dewa yang dia percayai. Sang biarawati sedikit heran melihat kedatangan Jasper dan Saphir. Sehingga dia bertanya dengan sopan kepada mereka. "Mohon maaf Tuan dan Nona, kalau boleh tahu kalian berdua datang kemari untuk apa? Apakah ingin mendaftarakan pernikahan kalian?" Baik Jasper maupun Saphir kontan terkejut mendengar pertanyaan tak terduga itu. Saphir bahkan sudah salah tingkah
Sudah beberapa hari berlalu sejak turnamen Bloody Hell berakhir. Jasper dan teman-temannya semua telah pindah dari daerah perifer kota BloodyHell yang kumuh menuju daerah middle part kota BloodyHell yang lebih bersih, tertata dan teratur.Setelah kemenangan Zircon dan Diamond, mereka mendapatkan fasilitas dua buah rumah yang dapat ditempati bersama. Mereka pun membagi penghuni rumah itu agar dapat tinggal dengan nyaman. Jasper dan Amethys ikut menetap di rumah Diamond. Sementara Opal, Saphir dan Platina tinggal di rumah Zircon yang lebih besar.Pembagian ini berdasarkan jumlah kamar yang hanya ada dua per rumah. Jadi mereka mengatur agar dapat berpasang-pasangan tidurnya untuk keamanan dan kenyaman semua pihak. Jasper mendapat kamar bersama Diamond, sementara Amethys sendirian. Saphir akan tidur bersama Platina sementra Opal akan tidur sekamar dengan Zircon.Untuk para pemenang turnamen masih diharuskan mengikuti beberapa kegiatan ramah tamah atau pertemuan-pertemuan yang tidak jelas
Dengan sangat amat dongkol Zircon berjalan perlahan memenuhi panggilan pembawa acara itu, ke tengah arena dan menaiki podium penghargaan. Dia memasang pocket face untuk tidak menghiraukan segala respon dan sambutan di sekelilingnya. Menempati mimbar paling tinggi untuk juara satu, dan berdiri tegak di sana. "Baiklah, terakhir mari kita panggilkan Nona Ruby Nightray yang merupakan ketua penyelenggara turnamen BloodyHell sekaligus menjadi hadiah utama turnamen tahun ini." Sang pembawa acara kali ini memanggil Ruby untuk ikut bergabung ke tengah arena. "Nona Ruby adalah putri dari Jendral Obsidian Nightray. Nona Ruby memiliki wajah yang sangat cantik ditambah lagi beliau juga ahli beladiri dan mengendalikan Gear. Sungguh beruntung sekali pria yang bisa mendapatkannya. Tetapi tentu saja tak mudah, karena harus memenangkan dulu turnamen BloodyHell tahun ini." Tiba-tiba suasana arena menjadi heboh karena teriakan dan pekikan bersemangat dari segala penjuru. T
Panitia turnamen sudah berlarian ke sana ke mari mengatur segala keperluan dan peralatan untuk membuat podium penghargan di arena. Arena pertandingan Gear yang tadinya polos dengan hanya mimbar persegi dari bahan beton yang tidak menyenangkan. Kini telah disulap seketika menjadi lebih hidup dan meriah. Dengan berbagai pernak pernik podium. Mimbar penghargaan tiga tingkat telah berdiri di tengah arena pertandingan. Back drop setinggi dua meter yang dikelilingi vas berisi bebungaan kering pun telah ada di sana. Bertuliskan tentang acara turnamen dan berbagai macam brand yang mendukung dan mensuponsori jalannya turnamen.Seluruh juara tiga besar turnamen telah hadir pula di sudut arena pertandingan. Zircon sebagai juara pertama, Jade sebagai runner up, serta Diamond dan Simone yang menjadi juara tiga berdua sekaligus. Mereka semua dikumpulkan sambil menunggu jalannya prosesi penghargaan dan pembagian hadiah. "Hei ganteng, tak kusangka kau bisa mengalahkan Tuan Jade." sapa Simone kepada