Sekarang ini, Gio sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai psikiater dan tengah melakukan terapi kepada pasien di dalam ruangan khusus untuk terapi. Pasien yang kali ini sedang melakukan terapinya tidak lain adalah pasien yang berada di ruangan nomor 45. Selama proses terapi, ternyata Gio menemukan sesuatu yang cukup membuatnya terkejut. Pasien tersebut mengalami gangguan kepribadian menghindar dan kondisinya sungguh parah. Selain itu, pasien tersebut juga mengalami halusinasi penglihatan sehingga membuatnya komplikasi. Karena hal itulah, keluarganya menyuruhnya untuk menjalani perawatan rawat inap di klinik ini. Meski awalnya Gio tidak menanyakan hal itu, namun mereka tetap saja bersikeras dan itu membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain menuruti apa yang dikatakan oleh keluarga pasien. Tidak lama setelahnya, akhirnya terapi selesai dan langsung pergi dari ruangan tersebut meninggalkan Gio seorang diri. Gio juga mencatat beberapa perkembangan yang terjadi kepada pasien tersebu
Pasien itu langsung pergi. Ruddy yang merasa kerepotan akhirnya dirinya pergi juga dari sana dan menuju ke ruang kerjanya. Dalam perjalanan menuju ke ruang kerja, rupanya dirinya melihat Mike yang tengah memeriksa beberapa pasien. Orang itu terlihat professional hingga seketika membuatnya merasa kagum. Di ruangan tadi, Gio masih berdiskusi dengan anak itu dan rupanya secara tidak sadar, Gio tengah melakukan terapi kepadanya dengan metode wawancara. Anak tersebut memang masih duduk dibangku sekolah dan sekarang kelas 11. Dari apa yang dilihat Gio, anak itu memang memiliki gangguan pada dirinya sehingga membuatnya merasa sedikit berbeda dengan anak normal pada umumnya. Halusinasi pendengaran yang dialaminya bukan tanpa sebab. Berdasarkan apa yang sebelumnya dikatakan oleh temannya, rupanya anak ini memang mengalami halusinasi semenjak kejadian yang menimpanya di kota dulu yang merupakan tempat tinggalnya. Pada waktu itu terjadi kebakaran yang membuatnya harus panik untuk menyelamatkan
Anak laki-laki yang ada di hadapannya saat ini tidak lain bernama Steven. Kondisinya memang terlihat baik-baik saja jika dilihat dari luarnya saja. Selama pembicaraan berlangsung, ternyata anak itu memang memiliki gangguan yang lain bukan hanya sekedar halusinasi belaka. Gio kemudian memutuskan untuk membuatnya mengikuti terapi walau dirinya tetap saja menolaknya. Hingga akhirnya Gio menemukan penyebab kenapa anak tersebut menolaknya karena memang dirinya belum bisa menerima keadaan yang menimpa dirinya tersebut sehingga terus menerus denial. Pembicaraan yang semakin lama semakin membuatnya merasa bosan itu hingga Steven memutuskan untuk pergi dari sana dan berpamitan dengan Gio. Setelah pergi, Gio langsung menerima panggilan dari seseorang yang bertanya kepadanya mengenai anak itu.“Halo?”“Gio, bagaimana hasilnya?”“Dia menolak.”“Sudah kuduga. Lalu kemana dia sekarang?”“Sudah pergi dari sini
Steven kemudian meninggalkan mereka yang sedang mencari seseorang itu. Dirinya kini memasuki rumahnya yang ada di depan sana. Dengan perlahan memasukinya. Selama dalam perjalanan ke rumahnya itu, ternyata ada beberapa alasan kenapa dirinya merasa tidak tenang dan justru ingin sekali pergi dari dunia ini. Begitu dirinya sedang sendirian, tidak lama setelahnya suara itu muncul kembali dan nyaris membuatnya gila. Dengan cepat, dirinya langsung mengambil obat yang diberikan oleh Gio dan langsung meminumnya. Beberapa menit setelahnya, suara itu perlahan menghilang dan dirinya mulai merasa rileks karena efek samping dari obat yang baru saja di konsumsi olehnya. Perasaan yang semakin membuatnya merasa jauh lebih baik hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk tidur sebentar. Pikirannya yang masih berada di dalam kebingungan membuatnya semakin tidak bisa menerima kenyataan akan apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya yang malang itu. Steven mulai teringat di saat itu. Saat-saat dimana diri
Dokter kepala langsung mematikan panggilannya dan ternyata saat ini dirinya sedang bersama dengan seseorang di suatu tempat. Mereka terlihat sedang rapat dan itu sepertinya cukup penting. Gio yang masih sibuk dengan dokumentasi pasien membuat dirinya merasa pusing untuk beberapa saat hingga membuatnya tidak sengaja mengumpat dan untungnya tidak ada yang mendengarnya. Ruddy sedang berada di lantai dua dan dirinya sedang memberikan obat kepada beberapa pasien yang ada di sana. Dengan penuh semangat dirinya melaksanakan pekerjaannya itu hingga secara tidak sengaja dirinya melihat salah satu pasien yang tidak lain berada di ruangan nomor 13. Pasien itu kedapatan memiliki sebuah gelang yang unik. Ruddy yang merasa tidak terganggu akan hal itu membuatnya malah membiarkannya saja tanpa berkomentar apa pun. Tidak lama kemudian, pasien itu mengatakan sesuatu kepada dirinya yang sedang memberikannya obat.“Larilah.”“Apa?”“Lari.”
Semakin lama semakin ramai, atmosfer yang masih terlihat sama saja dan tidak ada bedanya. Malam hari pun mulai datang. Di tempat ini mereka berdua tengah membicarakan banyak hal termasuk pekerjaan dan rupanya memang selalu saja sama. Hal-hal yang membuat ini terasa menyakitkan adalah banyaknya orang yang meninggal tragis meninggalkan luka yang mendalam. Mereka tidak akan pernah tinggal diam dan terus mencari keberadaan pelaku yang selama ini membuat banyak orang merasa terancam. Mike yang sedang bekerja di klinik, tiba-tiba saja dirinya mendapat sebuah pesan dari salah satu kenalannya dan mengajaknya untuk bertemu. Tidak lama setelahnya, dirinya langsung membalasnya dan menolak ajakan tersebut karena dirinya harus bekerja. Rupanya orang yang mengajaknya bertemu itu tidak lain adalah seorang model yang memang sudah mengenalnya sejak lama. Hanya saja dirinya memang tidak tertarik dengan orang tersebut dan lagi-lagi lebih memilih pekerjaannya dibandingkan dengan bertemu orang seperti d
Begitu rekan detektifnya itu memberikan sebuah laporan kepadanya yang berisikan informasi yang sangat penting. Alison langsung terkejut dan juga rekan tim yang lainnya. Mereka semua tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya itu. Di tempat yang berbeda, sekarang ini Freya yang bersama dengan temannya sedang sibuk berbicara mengenai pekerjaanya hingga mereka juga membicarakan hal yang lain. Freya mengerti akan posisinya yang mengandalkan informasi dari pihak kepolisian, karena itulah dirinya beberapa kali menghubungi salah satu dari mereka yang tidak lain adalah Roma. Ponsel Roma berbunyi, namun dirinya tidak bisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Freya karena memang dirinya meninggalkan ponselnya di meja kerja.“Apa dia tidak membalas pesanmu?” tanya teman Freya“Benar. sepertinya sedang sibuk.”“Biarkan saja. Nanti juga akan dibalas.”“Oh iya, apa kau sudah mengumpulkan informasinya?”&ldquo
Sesampainya Freya di depan pintu rumah wanita tua tersebut, dirinya langsung pulang ke rumah. Awal yang cukup membuatnya merasakan detak jantung yang sangat cepat. Tidak hanya sampai disitu saja, dirinya mulai berkeringat dingin dan ketakutan muncul di dalam dirinya. Kasus pembunuhan yang seringkali terjadi membuatnya ikut merasakan rasa takut yang luar biasa. Di dalam perjalanannya itu, sekali lagi Freya terus waspada akan apa yang mungkin terjadi kepada dirinya hingga akhirnya sampai tepat di rumahnya. Setelah itu, Freya menyalakan lampu dan langsung duduk di sofa. Pikirannya yang sudah tidak lagi sehat membuat dirinya merasa tidak tenang dan terus terpikir apa yang sebelumnya terjadi kepada temannya yang sangat tragis. Di samping itu, Freya melihat beberapa pesan yang masuk ke ponselnya dan itu ternyata dari Chris. Ada beberapa informasi yang didapatkan olehnya dan Freya langsung membacanya hingga selesai. Informasi yang didapat oleh Chris sejauh ini cukup untuk membantunya mengu
Tidak disangka, ternyata pria tersebut dengan mudahnya mengakui perbuatannya dan sekarang dirinya memberitahukan kepada pihak berwajib mengenai situs internet yang menjual obat terlarang itu. Polisi yang langsung menjatuhi hukuman penjara serta rehabilitasi membuat pria tersebut rupanya harus berakhir di sebuah rumah sakit jiwa. Rumah sakit yang berada di wilayah barat kota ini dan terkenal dengan banyaknya pasien yang memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tidak kuat menjalani pengobatan di tempat itu. Namun, rupanya pria tersebut tidak seperti mereka dan seakan dirinya sengaja memasuki tempat itu dan menjadikannya percobaan untuk bertahan hidup. Mereka yang sudah membawanya kesana, sekarang ini langsung mempercayakannya kepada pihak yang ada di sana mengenai orang ini. Ruangan yang menjadi tempat rehabilitasinya tidak lain berada di lantai dua. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pria itu memang memiliki gangguan kecemasan sehingga membuatnya harus mengkonsumsi banyak sekali obat dan