Share

Bab 3

last update Last Updated: 2023-06-24 17:21:01

Bayi itu menangis dengan keras. Tubuhnya yang semula membiru kini telah memerah, menandakan sang bayi sehat dan selamat. Semua orang yang ada di sana takjub melihat kejadian ini, bagaikan keajaiban dari Allah SWT.

Dea memberikan bayi merah itu kepada suaminya dan mencuci tangan. Setelah mencuci tangan, dia mengambil kembali sang bayi dan membungkusnya dengan kain. Dia memeluk bayi tersebut dan mendekatkannya ke dada.

"Kita harus bawa bayi ini ke bidan atau puskemas untuk pemeriksaan, Bang. Sementara ini kita urus dulu Maya," kata Dea kepada suaminya.

Tak lama kemudian, Dea menyerahkan bayi tersebut kepada mertuanya.

"Ibuk tolong urus bayinya, ya. Kita urus Maya dulu."

Ibu mertuanya yang tadi benci, menerima sang cucu itu dengan tangis haru. Kemudian, dia membawanya keluar.

"Bapak, maafkan Dea, tapi kita harus panggil Mak Sari kembali buat urus jenazah," kata Dea kepada ayah mertuanya.

"Iya, bapak coba panggil dulu," sahut ayah mertuanya.

Pak Roslan langsung menuju ke luar, mencari keberadaan Mak Sari. Ternyata perempuan itu telah pun pergi.

Karena Mak Sari tidak ada, Pak Roslan pun menghadap Pak RT dan mencoba meminta bantuan.

"Anak saya butuh diurus, Pak. Sari ngambek, lebih baik kita panggil Yu Dasimah pengurus fardu kifayah desa sebelah. Gimana, Pak?" kata Pak Roslan kepada sang kepala RT.

"Iya, Pak. Boleh aja, tapi baru besok bisa diurus. Taulah jarak desa sebelah dan Bapak tau sendiri malam ini Jumaat Kliwon. Apalagi Maya meninggal karena melahirkan," ujar Pak RT setengah berbisik.

Pak Roslan sudah tahu, pasti Pak RT tengah membicarakan tentang Iwak Merah itu. Jadi, beliau mengiakan saja perkataan Pak RT dan berjanji menunggu hingga esok tiba.

"Bapak-bapak, tolong malam ini kita jaga rumah Pak Roslan karena kepengurusan jenazah ditunda sampai besok," Kata Pak RT.

Warga yang sudah ada manut dan hanya mengangguk saja. Mereka memenuhi kursi di tenda dan para wanita sekitar rumah sudah menyediakan panganan untuk menemani warga yang berjaga.

"Maafka saya Pak RT, karena anak dan mantu saya akhirnya Mak Sari batal ngurus jenazah malam ini," kata Pak Roslan.

Pak RT menepuk bahu Pak Roslan dan menenangkannya.

"Gak papa itu Pak, semua sudah takdir. Lagi pula meskipun Mak Sari ketua fardu kifayah desa ini, kita masih bisa minta bantu orang lain kan. Bukan masalah besar itu," kata Pak RT. "Yang dosa juga dia, karena merajuk gak mau ngurus jenazah. Padahal itu wajib bagi muslim."

Pak Roslan tersenyum getir.

"Ini keajaiban Allah Pak, baru kali ini saya lihat bayi tersangkut masih bisa hidup. Menantu Bapak memang punya tangan berat," kata Pak RT.

Tangan berat adalah tangan yang punya ilmu gaib tertentu dalam artian, ilmunya benar dan kuat. Ilmu putih istilahnya.

"Cuma kebetulan. Mantu saya agak keras kepala, tapi saya bersyukur keras kepala dia ternyata benar. Saya juga gak tau mau ngomong apa."

"Itu tangan berat, Pak, jarang bayi hidup kalau ibu yang melahirkannya mati. Menantu Bapak ilmunya kuat."

Malam itu, warga seolah-olah melupakan persalinan Maya yang tragis tetapi malah membahas Dea yang berhasil menyelamatkan bayi iparnya tersebut sehingga bayi itu hidup. Padahal warga di sana meyakini kalau ada yang meninggal saat melahirkan dan bayinya masih di dalam, sudah tidak tertolong lagi. Otomatis pasti ikutan meninggal. Namun ini tidak, jadilah Dea disebut sebagai dukun oleh mereka.

Dea tidak tahu bahwa dia jadi bahan pembahasan warga sekitar. Wanita itu fokus mengurus jenazah Maya. Dia mengelap tubuh iparnya dan menjahit liang perineum Maya yang terbuka. Tentu barang yang digunakan olehnya seadanya saja.

Jarum jahit yang lurus, dia bengkokkan dan benang yay digunakan juga benang jahit biasa, bukan benang buat menjahit luka. Berbekal alkohol dan sedikit ilmu yang dia dapatkan dari menonton YouTube, akhirnya pekerjaan Dea selesai. Dia menjahit luka dan merapikan jenazah.

Kedua tangan Maya diikatnya menggunakan potongan kan kafan. Rahang Maya juga dia ikat agar mulutnya tida terbuka. Tepat pukul 10 malam, jenazah Maya sudah bersih. Wanita itu melakukannya seorang diri karena warga yang lain takut untuk mendekat.

Setelah jenazah bersih, tubuh Maya diangkat dan dibawa ke ruang tamu. Dea sudah menghamparkan kasur dan tikar di sana, beberapa warga juga membakar stanggi dan menyediakan buku Yasin. Jenazah Maya dibaringkan di atas kasur dan diselimuti menggunakan kain batik panjang tiga lapis.

"Dek, istirahat dulu, tidur sama Ayu dan Sita," kata Zuhal kepada istrinya.

Dea menggeleng. "Belum selesai, Bang. Adek harus membereskan tempat tidur Maya dulu. Masih banyak yang harus dikerjakan. Abang tidur aja temani anak-anak," katanya.

"Ga pa-pa, abang bantu Adek aja. Anak-anak sudah sama neneknya dan adik baru mereka. Tarman menemani jenazah istrinya," kata Zuhal.

Rona wajah Zuhal berubah saat menyebut nama Tarman. Dea menyadari itu, tetapi dia tidak mau membahasnya saat warga ada di sana. Nanti bisa-bisa keluarga mereka jadi bahan ghibahan masyarakat. Dea mengajak Zuhal ke kamar Maya untuk membantunya membereskan tempat kejadian.

Sementara itu, Tarman tergugu di samping istrinya. Dia seperti kehilangan minat untuk hidup. Kadang lelaki itu menangis kadang juga terdiam. Orang yang melihatnya hanya bisa mafhum. Mungkin dia sangat mencintai Maya makanya Tarman tidak bisa mengendalikan kesedihannya.

Pak Roslan menemani pemuda dan lelaki yang berjaga di luar. Ramai sekali warga berkumpul di luar terutama lelaki. Sudah adat mereka untuk bermalam di rumah warga jika ada yang meninggal. Cuma kali ini agak lain sedikit. Biasanya jika yang meninggal di bawah jam 10 malam adalah wanita melahirkan, maka harus dikubur juga malam itu. Kejadian di rumah Pak Roslan ini hingga membuat ketua fardu kifayah ngambek sejatinya menentang kebiasaan yang berlaku.

Jadi mereka berkumpul sembari membawa pentungan, takut kuntilanak merah datang dan membuat kekacauan.

Beberapa pemuda diperintahkan berkeliling rumah dan menaburkan garam serta membakar stanggi di 4 sudut rumah.

Awalnya tidak terjadi hal-hal yang ganjil, tetapi beberapa pemuda mencium bau tidak enak. "Busuk!" kata mereka.

Pak RT yang sudah tahu hanya diam dan mulai berdoa sebisanya. Pak Roslan juga demikian. Namun pak RT menyuruh orang tua itu untuk masuk dan menjaga Maya, mengingat si Tarman bagaikan orang linglung saja.

Pak Roslan masuk dan duduk di samping jenazah anaknya, diikuti oleh beberapa warga lain yang wanita. Mereka membaca Yasin di dekat jenazah.

Sementara itu di kamar.

"Abang tolong masukkan kain dan semua yang ada darahnya ke ember," kata Dea sembari memberikan ember besar kepada suaminya.

Zuhal memungut baju dan kain berdarah kemudian memasukkannya ke ember. Sambil berkemas, dia mengobrol bersama Dea.

"Dari mana Adek tahu cara ngeluarin bayi kayak gitu" tanya Zuhal.

"Adek liat di YouTube, Bang."

"Adek ndak ngeri?"

"Ndak juga, Bang. Soalnya kan dia adik kita. Apa yang mau dingerikan? Lagi pula itu cuma tubuh kosong, gak bakalan terjadi apa-apa," ungkap Dea.

Zuhal takjub, terbayang kejadian tadi saat sang istri menggunting bagian tubuh Maya demi mengeluarkan bayinya.

"Adek hebat, bayinya udah biru, gak napas sama sekali. Adek bisa hidupkan," kata Zuhal menambahi.

"Abang ngomong apa sih, Bang? Bukan Dea hidupkan, yang bisa menghidupkan orang mati itu cuma Allah. Adek hanya berusaha dan berdoa."

"Gimana Adek tahu caranya ngasi pertolongan pertama ke bayi?"

"Adek nonton di YouTube, Bang. Sekarang jangan cuma HP aja yang smart, orangnya juga, dong," ujar Dea.

Zuhal membatin, ternyata tontonan istrinya seram-seram juga. Dia yang melihat aja gemetaran, wanita itu malah tenang-tenang saja seolah-olah dia terbiasa melakukannya.

"Adek bisa tahu semua cuma dari YouTube?" tanya Zuhal tak percaya.

"Iya, Bang dan ditambah yakin kepada Allah. Ilmu yakin itu ilmu tertinggi loh, Bang. Kalau kita yakin, jangakan jin dan setan, iblis aja keder," kata Dea.

Zuhal manggut-manggut. Dia tidak meragukan istrinya sedikit pun. Dia percaya penuh kepada sang istri.

"Adek dibicarakan warga kampung tuh," kata Zuhal sambil membantu Dea melap ranjang.

"Bicara apa memangnya, Bang?" tanya Dea.

"Tentang Adek, kalau Adek punya ilmu dan sebagainya," kata Zuhal.

Dea tertawa. "Biarkan ajalah, Bang. Kita gak bisa menutup mulut orang lain, lebih baik kita doakan semoga apa yang mereka bicarakan itu tidak menjerumuskan mereka ke dosa," tandas Dea.

Dea meletakkan gayung yang dia gunakan untuk menyiram dipan tadi. Semua pakaian kotor sudah ada di ember dan tinggal dicuci. Dea juga sudah membersihkan darah di lantai. Kamar yang tadinya dipenuhi darah sekarang sudah bersih.

"Dea mau lanjut nyuci darah di kain kotor itu. Abang kalau mau mandi, mandi saja. Dea bisa sendiri kok."

Zuhal mengangguk dan keluar dari kamar.

Dea sudah menyiapkan ember besar untuk mencuci darah dan sebungkus deterjen bubuk ada di sampingnya. Dia membawa semuanya ke pojok kamar. Dipan yang sudah bersih, dia dorong ke pojok sebelahnya.

Dea duduk di kuda-kuda dan siap melakukan tugasnya. Pertama, wanita itu mengaliri kain berdarah dengan air yang mengalir dan memasukkan kain bersih ke bak yang sudah diisi air dan deterjen. Dia terus melakukan itu hingga semua pakaian berdarah bersih, Setelah itu dia mengucek pakaian tadi perlahan-lahan.

Saat mengucek, dia hanya diam. Namun tiba-tiba keheningan itu membuat Dea terganggu. Awalnya dia merasa biasa saja, tetapi lama-lama kok rasanya aneh? Tadi masih ada suara-suara warga yang berbincang di dapur dan diluar, ini malah sepi.

Karena terganggu dengan kesunyian itu, Dea berniat mengecek apakah ada sesuatu di luar? Namun, saat dia berdiri dan berbalik, tiba-tiba sesosok makhluk yang berbentuk manusia tengah berdiri dan menatapnya.

Astaghfirullah!

Sontak Dea terkejut dan mendapati bahwa itu semua bukan siapa-siapa melainkan bayangan dirinya sendiri yang terpantul dari kaca lemari pakaian.

Dia mengusap dadanya. "Ya Allah, bikin kaget aja," katanya.

Karena tidak mau terkejut lagi untuk kedua kalinya, Dea menutup kaca lemari itu dengan kain dan dia melanjutkan pekerjaannya.

Saat dia mencuci pakaian, mendadak wanita bertubuh kurus itu mencium bau tidak enak. Bahkan rasanya bau itu menyengat sekali, seakan-akan sumber bau itu ada di dekatnya.

Karena sudah tahu, Dea langsung membaca ayat kursi. Dia masih tenang-tenang saja menghadapi suara-suara aneh memang harus tenang.

Wanita yang meninggal karena melahirkan itu wangi, apalagi jika ada janin yang ikut didalam perut ibunya. Sudah umum kalau makam wanita yang meninggal saat melahirkan itu dijaga hingga 40 hari, sebab keluarganya tidak mau ada pencuri makam yang akan merampok jenazah keluarga tercinta mereka dan menjadikannya persyaratan untuk menuntut ilmu hitam.

"Ya Allah, jauhkanlah segala yag buruk dan dekatkanlah kami kepada rahmat Engkau. Sesungguhnya hanya engkaulah Tuhan Yang maha esa tidak ada Tuhan melainkan Allah." Dea berdoa.

Bau itu mereda. Alhamdulillah.

Beberapa menit kemudian, pekerjaan Dea selesai. Besok semua kain ini akan dia bilang ulang, sementara itu kain bersih tersebut dia rendam di bak berisi air dan pemutih.

Tak lupa, dia juga membersihkan tangan dan kakinya. Setelah ini dia akan mandi dan beristirahat.

Saat Dea membuka tirai penghalang kamar dan ruang tamu, tiba-tiba saja perempuan ini mendapati kalau dirinya tidak berada di rumah mertuanya tetapi dia berada di kuburan. Kuburan yang luas dan penuh dengan batu nisan. Dea bergidik, dan dia pingsan.

Related chapters

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 4

    Kuburan-kuburan itu jumlahnya ratusan. Tersebar dari ujung pemakaman ke ujung lainnya. Nisan yang ada di atasnya bertuliskan berbagai nama. Namun, yang aneh adalah, usia lahir dan wafat sang penghuni liang lahat adalah di hari yang sama!"Apa semua ini? Ya Allah, ya Rabbi!"Dia menatap nanar sekeliling, dibalik pintu yang dia buka adalah pemakaman. Yang lebih menyeramkan, rumah mertuanya sudah menghilang. Dia terdampar di pemakaman antah-berantah yang tidak diketahui letaknya di desa mana.Dea mencoba berjalan, tetapi saat hendak melangkah sesuatu menahan kakinya. Saat dia melihat ke bawah, tangan-tangan kecil memegangi betisnya!"Ya Allah!" Dia berteriak.Wanita itu mengibas-ngibaskan kakinya dengan keras agar tangan tangan itu terlepas. Tangan-tangan kecil yang penuh dengan tanah dan berbau busuk itu tercampak ke sana kemari. Saat tangan tangan itu terlepas, tangan lain muncul dari dalam tanah dan menggantikannya.Dea terus menghentakkan kakinya, sambil menangis ia mencoba melafalka

    Last Updated : 2023-06-24
  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   BAB 5

    Tujuh hari setelah kematian Maya, suasana kembali seperti semula. Orang-orang sudah melupakan kematian tragis yang dialami wanita muda itu. Namun, keberanian Dea masih menjadi buah bibir.Cerita itu tersebar dari mulut ke mulut, dari rumah ke rumah, dari pos kamling ke pos kamling, dan kampung ke kampung. Tentunya, beberapa orang menambah-nambahi kabar itu. Ada yang mengatakan kalau Dea mewarisi ilmu itu dari orang tuanya yang merupakan guru ngaji di kampung sebelah. Ada juga yang mengatakan kalau Dea memang sejak dahulu ada yang menjaganya. Sosoknya berwarna putih dan bercahaya, orang menyebutnya sebagai orang kebenaran. Katanya mereka melihat orang kebenaran itu selalu mengikuti ke mana Dea pergi. Ada juga yang mengatakan kalau kematian Maya itu karena santet.Seperti biasa, kalau sebuah cerita sudah menyebar dari mulut ke mulut pasti ada banyak tambahan dan bumbu-bumbu. Mungkin hanya 1% saja yang benar dan itu pun sisanya berupa gosip tak berdasar.Dea dan zuhal tidak terganggu ak

    Last Updated : 2023-07-19
  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   BAB 6

    "Bagaimana dia mau mengasuhnya ya Allah. Kasihan kamu, Nak" kata Dea dalam hati.Sekarang bayi itu sudah tertidur kembali setelah diberi minum susu formula dan digendong oleh Dea."Lagi apa, Dek?" tanya Zuhal saat melihat istrinya menggendong bayi sembari memasak."Ya Allah, mana bapaknya Dek?" tanya Zuhal.Zuhal sudah tahu Tarman ada di mana, dia hanya kesal saja pada iparnya yang labil itu. Dea yang melihat raut marah di wajah suaminya langsung menggeleng dan memberikan isyarat pada Zuhal agar bersabar. Zuhal menghela napas."Sudah punya anak masih saja kayak orang bujang," gerutu pria beranak dua itu."Sudahlah Bang," kata Dea. "Jangan buat keributan pagi-pagi begini."Zuhal menghela napas. "Sudahlah. Sini bayinya, kamu masak dulu setelah itu baru urus yang lain oke?" kata Zuhal.Dea menyerahkan bayi tersebut kepada Zuhal dan meneruskan acara memasaknya. Zuhal adalah seorang ayah yang telaten dan seorang suam

    Last Updated : 2023-07-20
  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 7

    Dea menatap suaminya sebentar kemudian kepada ibu dan bapak mertua nya. Zuhal mengangguk dan memberi isyarat kepada Dea untuk membantu Makcik."Baik Makcik, Dea akan mengecek terlebih dahulu, tapi dia nggak janji bisa bantu. Dea hanya orang biasa, bukan dukun beranak atau bidan," kata Dea."Iya ... Tolong sekali ini saja, Dea." Makcik memohon."Bang titip anak-anak, kompor sudah Dea matikan," ujar Dia kemudian bergegas memakai sandal.Zuhal yang merasa tidak enak membiarkan istrinya pergi sendiri, kemudian memberikan bayi kepada orang tuanya."Zuhal mau menemani Dea, tolong jaga anak-anak ya Pak Buk?" Tak lama setelah itu, zuhal pun menyusul Dea dan Makcik yang telah terlebih dahulu pergi. Kabut tebal mengiringi perjalanan mereka. "Duh kenapa tiba-tiba ada kabut pagi-pagi gini. Tadi pas pulang dari pasar cerah terang benderang kok," kata Dea kepada Makcik."Sudahlah Dea, ayo kita cepat. Kabut gini biasa terjad

    Last Updated : 2023-07-21
  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 8

    Setelah selesai, wanita itu meminumkan airnya kepada Suci. Sisanya dia percikkan. Setelah itu, semuanya hening. Tidak terjadi apa pun. Suci yang lemah, kian bertambah lemah. Orang-orang yang menungguinya pun semakin resah."Insya Allah dengan pertolongan Allah, anak ini akan lahir. Tiada Tuhan yang dapat disembah dan tiada sebaik-baiknya menolong kecuali Allah." Dea menutup rangkaian doanya sambil memegang perut Suci.Tiba-tiba saja entah bagaimana, suci yang sudah terkulai kembali menegakkan kepalanya. Dia berkata, "Tolong, Suci mau ngeden, Buk."Dea langsung pergi ke ke ujung ranjang, dia menunggu di bawah. Bidan yang tadi keluar, tiba-tiba masuk kembali. Mereka ikut membantu Dea.Lalu, dengan tiga kali, dorongan bayi tersebut terlahir ke dunia.Semua orang yang ada di sana serempak mengucapkan alhamdulillah tatkala mendengar suara tangisan bayi. Mereka terharu, wajah-wajah yang tadinya gusar kini telah lega. Sang bayi diambil

    Last Updated : 2023-07-25
  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 9

    Setelah ketegangan di pagi itu, Dea akhirnya bisa menikmati istirahat di malam hari bersama anak dan suaminya. Setelah melaksanakan salat isya, dia berbaring di kasur bersama suaminya. Tadi sore mereka pun telah resmi menamai anak si Tarman. Abdurrahman Farizi nama bayi laki-laki itu. Tepat di hari ke-7 kematian Maya, bayi itupun akhirnya punya nama.Sita dan Ayu sangat senang, mereka yang sejak dulu menginginkan adik kecil laki-laki memperlakukan Farizi dengan penuh kasih sayang.Setelah drama Suci melahirkan tadi pagi, warga berbondong-bondong datang ke rumah Pak Roslan, mereka semua ingin bertemu Dea. Beberapa juga mengantarkan hasil kebun, ternyata mereka semua adalah keluarga Suci."Terima kasih sudah menyelamatkan Suci, Nak. Kalau ndak ada kamu, mungkin dia sudah lewat," kata ibu Suci.Wanita berusia setengah abad yang sering dipanggil Mbah itu, menyalami Dea dan hampir mencium tangannya. Namun, Dea mencegah beliau melakukan itu."S

    Last Updated : 2023-07-27
  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 10

    Dea terperanjat lalu menjauh dari dinding. Suara itu ... suara itu benar-benar menakutkan. Bulu romanya merinding. Suara teriakan itu sangat jelas di telinganya, seakan-akan sumber suara tersebut berada begitu dekat. Dea memucat, tubuhnya dingin. Wanita itu mencoba membangunkan suaminya."Bang ... Bang!" Wanita itu mencoba membangunkan Zuhal."Bang, Bang!" katanya sembari menggoyangkan tubuh sang suami.Dea duduk di dekat suaminya dan Zuhal pun terbangun. Lelaki itu duduk. "Apa, Dek?" tanya Zuhal."Abang dengar suara gak, Bang?" tanya Dea."Gak dek," jawab Zuhal sambil menguap."Ya Allah, ada suara dari kamar Tarman. Dea dengar jelas tadi," kata Dea.Zuhal mengucek matanya dan berdiri. Pria itu membuka pintu dan menengok keluar sebentar, tak lama dia pun masuk kembali. "Gak ada apa-apa di luar? Suara apa? Adek yakin?" tanya Zuhal."Suara teriakan perempuan, Bang," kata Dea.Saat Dea mengatakan itu, tiba-tiba saja terdengar tawa cekikikan dari luar. Sejenak, keduanya membeku. Suara ce

    Last Updated : 2023-08-01
  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 11

    Pak RT dan Pak Roslan naik ke mobil, saat Zuhal mau ikut, bapaknya melarang. "Jaga Ibuk dan keluargamu di rumah, biar bapak yang pergi," katanya."Iya, Pak," ujar Zuhal, lalu dia pun turun dari kendaraan roda empat itu.Tak lama, kendaraan itu pun pergi meninggalkan rumah tersebut. Zuhal dan para pemuda duduk di depan rumahnya, berjaga-jaga."Bang, kami bisa jaga di rumah Abang, kalau Abang mau," kata pemuda lainnya yang tertinggal."Pulanglah, istirahat di rumah kalian. Ada abang di sini Abang bisa," kata Zuhal menimpali.Pemuda-pemuda itu pun bubar, begitu juga dengan warga lainnya. Beberapa masih berjaga di luar. "Tadi kalian ngeliat sesuatu, ya?" tanya Zuhal pada pemuda tanggung yang masih ada di teras rumahnya."Iya, Bang. Kayak orang pakai baju merah gitu, melayang-layang," sahut pemuda itu.Zuhal yang sudah tahu arah pembicaraan mereka, hanya diam. Tak lama kemudian para pemuda itu pun pulang ke rumah ma

    Last Updated : 2023-08-02

Latest chapter

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 34

    "Bunuh anak ini, Nak. Dia akan mengacaukan segalanya di masa depan. Seperti saya, mungkin Farizi pun akan kembali ke desa ini suatu saat dan membangkitkan iblis itu. Bunuh dia, Nak." Nek Saidah memohon sembari menggenggam tangan Dea. "Jangan lakukan kesalahan seperti kakek buyutmu. Dia menolak membunuh saya padahal dia tahu saya akan jadi malapetaka," katanya kemudian.Dea terdiam dan menatap wanita tua itu. Dari raut wajahnya, dia begitu memerlukan pertolongan. Wajah pucat dan keriput itu begitu memprihatinkan. Dea kasihan padanya. Namun sesaat dia tersadar kalau semua ini tidak benar."Bayi yang suci dan tidak berdosa ini bukanlah penyebab kutukan itu kembali." Suara seseorang berbisik di telinga Dea. "Jangan tertipu bujuk rayu setan!"Dea mengambil Farizi dan menggendongnya. "Mungkin saya harus kembali ke ruang tamu, Mbah. Saya sudah selesai," kata Dea.Wanita itu ingin berlalu, tetapi Nek Saidah menggenggam pergelangan tangan Dea. Wajahnya ber

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 33

    Dea menarik pegangan kursi roda nenek Saidah dan mendorong perempuan tua itu menuju kamar Farizi. Rumah kuno ini sangat luas. Sebelum menuju kamar keponakannya, Dea melewati lorong dengan banyak kamar di dalamnya. Padahal mereka hanya beberapa orang, tetapi kenapa banyak sekali kamar?Wanita itu juga melewati dapur, ada Dewi dan Uni yang sedang bekerja di dapur. Saat Dea dan nenek Saidah melewati mereka, kedua perempuan itu hanya menatap dengan tatapan kosong."Mereka berdua tidak menikah, makanya masih tinggal dengan saya," kata Nek Saidah kepada Dea."Maaf, Mbah, Pak Sopian dan Pak Bejo juga?" tanya Dea ingin tahu."Iya," kata Saidah.Keduanya melewati dapur dan menuju kamar Farizi. Sesaat kemudian sampailah mereka di sana. Farizi sedang tertidur di kasur ketika Dea sampai. Anak itu tampak begitu pulas dan tenang.Dea duduk di kasur dekat Farizi dan memandangi bayi tersebut."Kasian dia, ibu bapaknya sudah berpulang."

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 32

    Hari itu adalah hari yang sangat mengejutkan dan mengubah hidup banyak orang, termasuk Dea dan keluarganya.Setelah tidak sadarkan diri selama satu minggu di rumah sakit sejak operasi karena tusukan pisau itu, Dea akhirnya bisa kembali ke rumahnya.Tentu saja Zuhal dan para warga kampung tidak tinggal diam. Mereka sudah melaporkan Tarman jauh-jauh hari ke polisi, tetapi semuanya terlambat. Lelaki itu ditemukan gantung diri di kamarnya sehari setelah menusuk Dea.Polisi tentu saja menanyai keluarga tersangka, tetapi tidak mendapatkan apa pun. Tarman sendiri tidak meninggalkan surat, catatan, dan rekaman apa pun tentang kenapa dia menusuk Dea. Polisi tidak tau dan tidak bisa menyimpulkan apakah itu dilandasi oleh dendam kesumat atau sebagainya. Keluarga Tarman juga tidak memberikan penjelasan yang kongkrit. Jadi, kasus itu ditutup begitu saja karena tersangka bunuh diri.Sementara itu, setelah pulang, Dea dijaga betul oleh Zuhal dan keluarganya. Mer

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 31

    Dea mendekat, diikuti sang pemuda. Banyak warga berkumpul di sana, tetapi tidak ada satu pun yang bergerak untuk memadamkan apinya.Dea panik melihat itu, dia begitu gusar sehingga menyuruh pemuda yang mengaku sebagai qorin kakek buyutnya itu untuk membantu."Siapa tahu ada warga di dalam," kata Dea.Pemuda itu tak menggubris Dea, dia memandangi wanita itu dengan tatapan yang tidak bisa Dea artikan. Wanita tersebut lantas tidak menyerah, dia memberitahu warga desa yang ada di sana untuk menolong. Namun, teriakannya bagaikan suara tak kasat mata Begi mereka. Tidak ada satu pun yang bergerak ketika Dea berteriak."Percuma, mereka tidak akan mendengar suaramu," kata pemuda itu.Dea diam, lantas menyadari kalau saat ini yang dia lihat adalah semu semata. Wanita itu akhirnya menyerah dan memilih menyaksikan kebakaran tersebut bersama yang lainnya.Saat itu Dea melihat seorang pemuda yang begitu mirip dengan orang yang mengaku qorin ka

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 30

    Dea mencoba meraih portal itu, dia mengulurkan tangan dan ingin menjangkaunya. Detik berikutnya, kaki Dea mengambang dan perlahan-lahan tubuhnya terangkat.Dea tersenyum, perasaannya bahagia sekali. Aura teduh dan menenangkan yang datangnya dari portal itu membuat Dea ingin segera memasukinya. Namun mendadak, sebuah tangan terasa menggenggam pergelangan kaki Dea.Otomatis Dea melihat siapa yang mengusik dirinya. Ternyata seorang pemuda tampan berpakaian serba putih tengah tersenyum padanya.***Dea berjalan keluar dari gedung yang menurut Dea tampak seperti rumah sakit itu didampingi oleh pemuda yang tadi menahannya memasuki portal.Sejak tadi keduanya hanya diam. Dea tidak bertanya apa pun, pemuda itu juga tidak mengatakan sebarang kalimat. Dea pun berpikir kenapa pemuda itu menariknya? Apakah Dea mengenalinya? Orang-orang tidak melihat keberadaan Dea, tetapi kenapa pemuda itu bisa melihat dan menyentuhnya?"Bukan waktumu untuk

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 29

    Marini dan Pak Roslan pergi ke sawah, sedangkan Sita dan Ayu di rumah Aini. Zuhal pergi entah ke mana setelah zoom meeting tadi pagi. Hari ini wanita itu memasak jantung pisang lodeh dengan sambal terasi dan ikan goreng. Tak lupa dia membuat kue untuk makan keluarganya. Saking seringnya memakan makanan buatan Dea, Zuhal dan anak-anaknya sangat sehat. Marini yang walaupun masih kurang suka terhadap menantunya pun tidak memungkiri kalau masakan Dea sangat enak. Perempuan itu jadi suka makan ketika sang menantu tinggal di sini. Sementara Dea, seperti kebanyakan ibu rumah tangga biasa, sangat senang kalau anggota keluarganya menghabiskan semua makanan yang dia buat. Wanita itu seolah tak kehabisan akal mengolah hasil kebun yang selalu dia dapatkan dari warga desa. Kebetulan para warga yang bersawah dan berkebun sering lewat di depan rumah Pak Roslan, karena jalan ke kebun ya lewat situ saja. Warga desa sering memberi hasil kebun buah Dea. Mereka sangat mengagumi Dea

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 28

    Dea berpikir ada benarnya juga. Namun larangan dari suami Ningsih ditambah gunjingan serta pandangan tuduhan dari warga membuat dia tak berani maju. Zuhal menghampiri istrinya dan mencoba menahan Dea. Bisa jadi masalah jika Dea tidak mengindahkan. Sebagai gantinya, Zuhal meminta Pak RT untuk bermufakat dengan pejabat desa setempat agar membujuk keluarga Ningsih. Keluarga Ningsih dan Prayitno juga terpecah menjadi dua. Ada yang setuju membiarkan Dea menolong, ada yang tidak."Kubur aja, anaknya sudah meninggal. Mungkin itu cuma kebetulan!" seru salah seorang ibu-ibu."Gimana kebetulan, Cu? Coba Cu lihat sendiri, janinnya masih gerak! Lihat!" kata Intan sembari menunjuk ke jenazah Ningsih. "Kalian semua nggak mikirin itu permintaan tolong dari sang bayi! Nggak mikir kalian?" pekik gadis itu. Semua yang ada di sana terdiam. Dea kagum melihat Intan yang masih muda tetapi sangat pemberani. Sejak tadi hanya gadis itu yang memihaknya. Dea pun tidak bisa bicara b

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 27

    Wajah Dea memucat, jantungnya seolah berhenti Dea terkejut saat Mbah dengan kasar menepis tangannya."Mbah, kenapa?" tanya Dea.Mbak Menik menangis, air mata berjatuhan di wajah keriputnya. "Kalau kamu ndak menyarankan ke rumah sakit, pasti Ningsih masih ada sekarang," kata perempuan itu sembari menunjuk muka Dea.Dea gemetaran, sendinya seketika lunglai. Wanita itu tidak menyangka Mbah Menik akan menyalahkan dirinya. Apakah dia memang benar-benar bersalah atas kematian Ningsih? Apa kesalahannya sesungguhnya? Batin Dea. Wanita beranak dua itu bingung ingin merespon masalah ini ini dengan cara apa."Maafkan Dea, Mbah. Sa-saya pikir kalau di rumah sakit, Ningsih akan bisa melahirkan. Lagian Dea bukan dukun bera .....""Pikar, piker! Katanya jenengan itu bisa bantu orang susah beranak. Ngapain ke rumah sakit kalau jenengan bisa. Jangan-jangan ilmu jenengan cuma bualan aja!" maki Mbah Menik.Dea gemetaran, air matanya mulai menggenan

  • Janin Tersangkut di Jalan Lahir Ibunya   Bab 26

    Mbah yang sudah sepuh itu akhirnya mengangguk melihat ketulusan dalam hati Dea. Kemudian dia berkata, "Sing dicoba ya, Nak?"Dea mengangguk. Wanita itu lalu menyuruh pemuda yang tadi untuk mengangkat Ningsih. Dibantu Zuhal, mereka membawa Ningsih ke mobil menggunakan tandu. Sebelum pergi, Dea menyuruh Ningsih meminum air yang telah diberikan. Tak lupa botol itu pun dia bekalkan untuk Ningsih. Di dalam mobil sudah ada anak Pak RT, Mbah Menik, dan juga pemuda tadi. Mereka berangkat begitu semuanya selesai. Rumah gubuk itu terlihat sepi rumah seiring dengan kepergian semua penghuninya. Dea menutup pintu rumah dan bersiap untuk pulang. Pak RT sudah mendahului tadi, katanya mau mengabari RT setempat tentang kepergian warganya ke rumah sakit. Sekaligus mengurus surat keterangan tidak mampu yang diminta oleh Mbah tadi. Dea dan Zuhal pun naik ke motor untuk berangkat pulang. Di perjalanan, mereka mengobrol sedikit."Adek mau bicara sama siapa

DMCA.com Protection Status