Share

7. Hampir Ketahuan

Author: Cucu Suliani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Terima kasih, Pak." Mer berucap dengan tulus.

"Sama-sama," jawab Pak Dian.

Mer kembali melanjutkan langkahnya, sambil memakai jaket milik pak Dian. Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, Mer melihat banyak pedagang yang menjajakan dagangannya.

Di sana terlihat begitu banyak gerobak berjejer dengan rapi, bahkan banyak juga pedagang yang menggelar dagangannya di atas tikar, tergeletak begitu saja, tapi tetap terlihat rapi dan tak meninggalkan kesan jorok.

Mer terlihat begitu semangat, dia langsung mendekat ke arah pedagang-pedagang tersebut. Tidak lama kemudian, tatapan mata Mer tertuju pada gerobak soto.

Seketika mulut Mer terasa berliur. Mer langsung menghampiri pedagang soto tersebut. Dia sudah tak sabar ingin mencicipi rasa asam dan sensasi segar dari soto tersebut.

Akan tetapi, baru saja Mer akan memesan semangkok soto. Mer malah melihat Adi yang sedang asik makan bakso bersama anak dan istri pertamanya.

Adi terlihat menyuapi istrinya dengan penuh cinta, Adi juga terlihat mengambilkan segelas air putih untuk istrinya itu.

Sangat terlihat sekali jika Adi begitu mencintai wanita yang kini berada di sampingnya. Tatapan matanya terlihat begitu mendamba pada perempuan yang ada di depan matanya.

Wanita yang terlihat sangat cantik, terlihat dewasa dan terlihat seumuran dengan Adi. Melihat kemesraan antara Adi dan istrinya, muncul banyak pertanyaan dalam benak Mer.

Untuk apa dia menikahi Mer? Untuk apa dia mencari wanita lain jika di dalam hidupnya sudah ada dua wanita? Untuk apa mencari kehangatan dari tubuhnya, jika ada wanita yang sudah bisa menghangatkan hati dan tubuhnya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja terlintas di otak Mer. Rasanya otak Mer seakan hendak meledak. Hatinya bahkan terasa sesak dengan banyaknya pertanyaan tanpa jawaban.

Mata Mer terasa panas. Dadanya langsung terasa sesak, napasnya seakan terasa tercekat. Seketika itu juga rasanya Mer ingin melompat ke jurang terdalam.

Dia ingin mengakhiri hidupnya agar tak merasa malu dengan keluarganya. Akan tetapi, wajah pak Adan seakan terlintas di pelupuk matanya, tak mungkin dia mengecewakan lelaki yang sudah memberinya kasih sayang.

Lelaki yang rela tak menikah lagi, hanya untuk membahagiakan kedua anaknya. Lelaki yang selalu menjaga dirinya selama ini.

Air matanya tiba-tiba saja meleleh. Mer tak sanggup lagi melihat kemesraan antara suaminya dengan istri pertamanya. Apa lagi saat istri pertamanya Adi yang terlihat mengecupi pipi Adi beberapa kali, hal itu membuat Mer merasa muak.

"Oh ya ampun! Kenapa mereka harus pergi ke tempat umum jika mau bermesraan seperti itu?" rutuk Mer.

Mer buru-buru menyusut air matanya. Dia berusaha untuk menguatkan dirinya, Mer tak boleh lemah. Beberapa kali, Mer mensugesti dirinya sendiri. Memberikan semangat pada dirinya, agar lebih kuat dalam menghadapi kenyataan pahit yang terlintas di depan matanya.

"Gue kuat, gue bisa ngadepin ini semua." Mer berusaha untuk menguatkan hatinya.

Mer tak memedulikan lagi perutnya yang terasa keroncongan, Mer segera pergi dari sana. Dia tak mungkin tetap tinggal dan terus menyaksikan hal yang bisa membuat hatinya lebih sakit lagi.

Mer berjalan menjauh dari sana, sesekali dia akan mengedarkan pandangannya seraya menyusut air matanya. Tidak lama kemudian dia tersenyum dan berkata.

"Di depan ada swalayan ternyata, gue beli roti aja deh buat ganjel perut," ucap Mer lirih.

Langkahnya dia percepat, lalu masuk ke dalam swalayan tersebut. Mer memilih beberapa camilan dan juga minuman. Tak lupa, dia juga membeli roti tawar dan selai coklat kesukaannya.

Mer terlihat asik mengambil ciki dan memasukannya ke dalam keranjang, tanpa peduli sekitarnya. Dia hanya ingin secepatnya membeli makanan untuk mengganjal perutnya, lalu segera pergi dari sana.

Mer berjalan ke sana-kemari dengan hanya memperhatikan makanan incarannya saja. Hingga tanpa sadar Mer berhenti karena dia melihat makanan kesukaannya ada di depan matanya.

"Aww!" terdengar suara pekikan anak kecil dari arah belakang tubuh Mer.

Mer segera membalikan tubuhnya, dia melihat seorang anak kecil yang jatuh terduduk. Dia juga sedang mengelus-ngelus bokongnya yang terasa sakit, Mer merasa bersalah dibuatnya.

"Sorry, Sayang. Aunty ngga sengaja," ucap Mer seraya membantu anak kecil itu untuk bangun.

Dia mengulurkan tangannya, anak perempuan itu terlihat enggan untuk menyambut uluran tangan Mer. Akan tetapi, tetap dia menerima uluran tangan Mer dengan wajah cemberut.

"Maaf ya, Sayang. Aunty benar-benar ngga sengaja," ucap sesal Mer.

"Hem, lain kali Aunty ngga boleh berjalan cepat lalu berhenti mendadak. Aku tuh suka sebel sama orang gede, kalau jalan suka ngasal. Kadang kalau jalan suka sambil ngelamun juga," kata anak itu polos.

Mer tertawa renyah mendengar penuturan anak kecil berjenis kelamin wanita itu, baru kali ini dia merasa lucu mendengarkan anak kecil yang sedang menggerutu.

"Memangnya semua orang dewasa suka melamun atau suka berjalan dengan asal?" tanya Mer.

"Hem, Bunda juga sering melamun. Dia sering ditinggal ayah, tiap hari sering bengong," jawab polos anak kecil itu.

"Bunda kamu mana, Sayang?" tanya Mer yang seakan lupa dengan wajah anak itu.

"Di luar sama ayah, aku cuma mau beli minum aja sama ciki yang itu, tapi susah." Anak itu menunjuk jajanan yang berada di rak atas.

Anak itu menatap ciki itu dengan wajah yang terlihat menggemaskan, cemberut dengan bibir yang mengerucut. Berbeda dengan Mer yang malah mengedarkan pandangannya, dia melihat ke arah luar. Di sana ada Adi dan juga istrinya, untuk sejenak dia terdiam.

Mer mengingat-ingat Adi yang tadi duduk di bangku sambil menyuapi istrinya, lalu Mer memandang anak kecil yang ada di depannya.

"Ya Tuhan, anak kecil ini yang tadi bersama--"

Ucapan Mer terhenti, dia seakan tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya. Apalagi saat melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Adi, rasanya dia tak sanggup berlama-lama dengannya.

Tangan Mer dengan cepat mengambil ciki yang tadi anak itu tunjuk, kemudian memberikannya kepada anak itu dengan cepat.

"Ini, Sayang. Aunty bantu ambilkan," kata Mer.

"Terima kasih, Aunty. Bisa tolong ambilkan minumannya sekalian, ada di rak paling atas. Aku kesusahan ngambilnya," pintanya dengan nada bicara yang sangat menggemaskan.

Mau tak mau, Mer pun mengangguk.

"Boleh, yang mana, Sayang?"

Anak kecil itu langsung menunjukan minuman yang dia inginkan, Mer dengan cepat membuka show chase dan mengambilkannya.

"Ini, Sayang," ujar Mer seraya memberikan minuman yang diinginkan oleh anak kecil itu.

"Meira, Sayang. Sudah beli ciki sama minumnya?"

Deg!

Jantung Mer berdetak dengan sangat kencang kala dia mendengar suara lembut yang selalu mampu membuat hatinya berdebar, suara pria yang membuat dirinya merasakan cinta dan juga kebencian dalam waktu yang sama.

'Apakah itu benar-benar suara mas Adi?' tanya Mer dalam hati.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Karir Nya Sukses
mnh klanjutany
goodnovel comment avatar
Airin Chan
kenpa gak bisa dibuka bab nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    8. Tidak Diduga

    Rasa takut langsung melingkupi hatinya, dia takut ketahuan oleh suaminya sendiri. Dia takut jika harus bertatap muka dengan suaminya saat ini. Lebih tepatnya, dia belum sanggup untuk berbicara dengan lelaki yang sudah menyakitinya berkali-kali hanya dalam kurun waktu satu hari. Sebisa mungkin Mer ingin menghindar dari Adi, dia berusaha menutupi wajahnya dengan penutup kepala dari jaket yang pak Dian pinjamkan untuknya. Meira hanya bisa menatap Mer dengan tatapan penuh tanya, dia seperti ingin menanyakan kenapa Mer bertingkah sangat aneh. Namun, niatnya dia urungkan karena Adi terdengar melontarkan pertanyaan kepadanya."Meira, kok ditanya sama Ayah diem aja?" tanya Adi. Tatapan Meira langsung tertuju pada Adi, sedangkan Mer menggunakan kesempatan tersebut untuk segera pergi menuju kasir. Dia pergi dengan tergesa-gesa karena takut jika Adi menyadari dirinya ada di sana."Mbak, ini belanjaan saya. Tolong di itung berapa, saya mau keluar sebentar." Sebelum mendengar jawaban dari penja

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    9. Bersitatap Mata

    "Meira."Mer sangat kaget karena ternyata dia malah bertemu dengan anak dari suaminya, gadis cantik yang terlihat lucu dan menggemaskan. Sayangnya, wajahnya begitu mirip dengan Adi. Lelaki yang sudah memperistrinya, tetapi nyatanya dia sudah beristri. Perlahan Mer melangkahkan kakinya, dia menghampiri Meira yang sedang mengantri untuk membeli siomay. "Hai, Meira." Mer langsung mengusap lembut puncak kepala gadis kecil itu. Meira terlihat mendongakkan kepalanya, lalu memandang Mer dengan intens. Senyumnya langsung terukir indah saat melihat wanita yang semalam membantunya untuk mengambilkan ciki dan minuman yang dia inginkan ada di hadapannya."Hai, Aunty yang semalam kabur," jawab Meira seraya terkekeh.Mer terlihat berdecak kala Meira menyebutnya kabur. Memang kenyataannya sih dia kabur saat Adi menghampirinya, tetapi hatinya merasa tak senang jika Meira berkata sejujur itu. "Ish! Kamu tuh, Aunty ngga kabur. Aunty kebelet pipis, jadi secepatnya pergi dari sana." Mer beralasan se

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    10. Numpang

    Mer langsung berlari dan masuk ke dalam kamar kostnya. Dia sangat takut jika dia akan bertemu dengan Adi, rasanya dia belum siap kalau harus bertemu dengan suaminya itu. Apalagi, kini suaminya tengah berdua dengan istri pertamanya. Mereka bahkan terlihat sangat mesra, hati Mer terasa sangat panas. Mer langsung menangis mengeluarkan sesak di dalam dadanya. Semuanya terasa sakit dan terasa menyesakkan dada, kalau saja bisa Mer ingin sekali menghampiri Adi dan menampar wajah tampannya. Wajah tampan penuh tipu, terlihat manis tapi busuk.Sayangnya itu hanya jadi keinginannya semata, karena dia tak akan sanggup untuk melakukannya. "Kenapa aku bisa menikah dengan pria seperti itu?" tanya Mer penuh kecewa.Sampai di dalam kamar, Mer langsung merapihkan semua bajunya. Dia sudah tak kuat lagi melihat Adi dengan istrinya, dia ingin segera pergi dari sana. Semakin lama dia di sana, rasa sesak di dalam dadanya terasa semakin membuncah. Sakit, tapi tak berdarah. Setelah selesai merapikan bajun

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    11. Numpang 2

    "Pindah! Karena saya bukan sopir," ujar Arga. Mer terlihat malu, karena ternyata lelaki yang bernama Arga itu tidak suka jika dia duduk di belakang. Awalnya, Mer mengira jika dia tidak akan suka jika Mer duduk di depan bersama dengannya. Akan tetapi, ternyata dia salah. Malah yang ada kebalikannya, lelaki itu tak suka Mer duduk di belakang. Karena dia merasa jadi sopir untuk Mer. Wajah Mer terlihat memerah, dia yang merasa malu langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Arga. Duduk tepat di samping pria itu. "Maaf, Tuan. Saya tak bermaksud untuk--""Tidak apa," pungkas Arga. Arga mulai melajukan mobilnya, karena dia memang harus buru-buru sampai di kota. Walaupun pekerjaannya akan dimulai besok pagi. Akan tetapi, dia juga harus membenahi apartemennya terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan menuju kota, Mer hanya terdiam. Sesekali dia mencuri pandang ke arah lelaki yang sebentar lagi akan menjadi atasannya itu. Berbeda dengan Arga, dia terlihat begitu fokus dalam menyetir. Arga tak s

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    12. Kecewa

    "Iya, Tuan," jawab Mer.Dengan cepat Mer memakan makanan yang sudah dipesan oleh Arga, beruntung dia adalah pemakan segala. Sehingga hal itu tidak membuat dirinya protes dengan makanan yang sudah ada di depan matanya.Selepas makan malam, Arga mengantarkan Mer pulang. Awalnya Mer sempat ragu, dia takut akan ada orang yang berpikiran buruk tentang dirinya. Pulang malam-malam, diantarkan oleh seorang pria pula. Akan tetapi, untuk apa memikirkan hal tersebut, pikir Mer. Toh orang lain tidak akan tahu dengan apa yang menimpa dirinya, Mer juga awalnya sempat bingung untuk minta diantar ke mana. Dia merasa enggan untuk pulang ke rumah suaminya, tetapi Mer juga lebih tidak enak hati kalau misalkan dia pulang ke rumah bapaknya. Apa nanti kata bapaknya kalau dia pulang pada larut malam seperti ini, pikirnya. Padahal, pernikahannya saja baru saja berlangsung selama 3 hari. Akhirnya, Mer memutuskan untuk pulang ke rumah suaminya. Walaupun merasa sakit hati, tetapi dia merasa lebih baik jika h

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    13. Tawaran

    Mer merasa sangat kesal sekali, karena lelaki yang sudah menjadi suaminya itu ternyata tidak bisa pulang tepat waktu sesuai dengan apa yang sudah dia katakan. Awalnya Mer akan berusaha untuk mencoba melupakan semuanya, tetapi hati Mer terasa panas dan otaknya terasa mendidih. Tentu semua itu karena Mer merasa sangat cemburu, Mer menikah karena cinta. Dia mengagumi sosok Adi yang lembut dan berwibawa, sayangnya Adi seorang pembohong. Dia tidak menyangka, jika Adi akan dengan mudahnya mengatakan jika dia tidak bisa pulang. Padahal, mereka masih pengantin baru. Akan tetapi, dengan teganya Adi sudah meninggalkannya begitu saja. Bahkan dengan teganya Adi membohonginya, dengan teganya Adi memperistri dirinya di saat dia sudah punya istri. Mer jadi penasaran, Mer ingin sekali mengecek data pribadi milik suaminya itu. "Aku harus melakukannya, aku ingin tahu akan hal itu."Mer langsung bangun, dia ingin sekali mengecek data pribadi milik Adi yang mungkin saja ada di dalam lemarinya. Mer de

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    14. Jadi Sekretaris

    Mer terlihat ketakutan melihat tatapan mata Arga, dia tidak menyangka jika wajah Arga kini kembali dingin. Mer menjadi serba salah dibuatnya, padahal dia hanya ingin mengetahui tentang Adi yang sebenarnya."Bagaimana, mau menerima tawaran saya atau tidak? Kalau mau, hari ini juga saya angkat kamu sebagai sekretaris saya. Kalau tidak, besok kamu tinggal menerima surat pemecatan dari saya." Arga berbicara dengan nada mengancam. Mer langsung membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka jika Arga akan balik mengancam dirinya. Tentu saja dia tidak mau dipecat, dia masih butuh uang untuk bapaknya dan juga Johan. Apalagi saat tahu jika Adi telah beristri, Mer rasa dia akan lebih membutuhkan banyak uang untuk biaya dia nantinya. "Baiklah, Tuan. Saya mau menjadi sekretaris anda," jawab Mer dengan cepat. Arga langsung tersenyum senang dalam hatinya, karena penawarannya langsung diterima oleh Mer. Pria itu menatap Mer dengan lekat lalu dia berkata dengan raut dingin. "Cepatlah be

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    15. Merasa Kurang Beruntung

    "Kalau bukan istri anda, boleh dong ya, buat saya?" Tuan Alfonso terlihat mengerling nakal ke arah Mer, hal itu membuat napsu makan Mer hilang dalam seketika. "Maaf, Tuan Alfonso. Kita datang ke sini untuk urusan bisnis, saya tidak akan membahas apa pun di luar hal itu." Arga meneruskan kembali makannya.Tuan Alfonso hanya tersenyum sinis mendengar apa yang dikatakan Arga, setelah itu dia juga kembali melanjutkan acara sarapan paginya karena tidak mau terjadi perdebatan.Setelah sarapan selesai, mereka melakukan meeting sesuai dengan yang sudah direncanakan. Hingga mereka mendapatkan kesepakatan kerjasama.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, ternyata hari sudah mulai merangkak menjelang siang, pikir Mer. Mer dan Arga sedang ada dalam perjalanan menuju perusahaan tempat dia bekerja. Sebenarnya Arga kurang berminat untuk bekerjasama dengan tuan Alfonso. Mengingat lelaki paruh baya itu begitu genit, apalagi tatapan matanya tak henti memandang Mer dengan tatapan nakalnya. Namun, kare

Latest chapter

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    Liburan Yang Menyenangkan

    Pada kesempatan yang ada, Mer membicarakan tentang rencana liburan yang sudah dia atur untuk kepentingan Anggi dan juga Johan. Dia mengatakan kepada Arga kalau liburan juga penting untuk mereka berdua dan kedua anaknya.Arga awalnya merasa keberatan karena perusahaan miliknya kini sedang berada di atas kejayaan, dia sedang begitu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Namun, di satu sisi dia juga tidak ingin mengecewakan istrinya, anaknya dan juga adik iparnya. Lagi pula, untuk masalah pekerjaan bisa dia kerjakan di Bali sambil liburan.Akhirnya Arga memutuskan untuk pergi berlibur ke Bali, tentunya setelah dia menekankan kepada Johan Kalau pria itu juga harus tetap bekerja walaupun lewat laptop. Jika ada meeting penting, mereka harus melakukan zoom meeting melalui layar laptop. Agar perusahaan mereka tetap berjaya, karena itu penting adanya."Yes! Kalau gitu kita harus pesan Villa aja, biar lebih leluasa saat berlibur. Jangan pesan kamar hotel, Yang. Kurang asik," ujar Mer.Mer merasa jik

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    73. Rencana Berlibur

    Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, Johan dan juga Anggi benar-benar mengadopsi Meira. Karena mereka merasa kasihan terhadap gadis kecil malang itu.Mereka benar-benar merasa iba karena di usianya yang masih sangat kecil, dia justru malah mendapati nasib yang sangat malang.Ayahnya kini divonis jika usianya tidak akan lama lagi, sedangkan ibunya sama sekali tidak mencari keberadaan putrinya tersebut. Ibunya seolah tidak peduli dengan perkembangan anaknya dan seolah tidak ingin menoleh ke belakang lagi.Padahal, jika memang Hanum begitu membenci Adi, itu tidak masalah jika dia tidak mau menemui pria itu. Namun, masalahnya Meira adalah putri kandungnya, setidaknya wanita itu harus ingat untuk mengurus putrinya tersebut.Anggi sangat sedih karena sudah cukup lama menikah dengan Johan, tetapi belum memiliki keturunan. Padahal, dia begitu menginginkan keturunan, tetapi yang sudah memiliki keturunan malah seolah tidak mau mengurusi keturunannya.Saat Anggi dan juga Johan membawa Meir

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    72. Mempersiapkan Semuanya

    Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya Mer diperbolehkan untuk pulang membawa baby cantiknya.Saat Mer pulang, Arya terlihat begitu bahagia sekali bertemu dengan ibunya. Karena selama Mer di rumah sakit, anak itu tidak pernah sekalipun diajak ke rumah sakit.Arya juga begitu senang saat bertemu dengan adik perempuannya, adik perempuan yang terlihat begitu cantik sekali.Di sana juga ada tuan Danu, pak Adan, Johan dan juga Anggi. Mereka nampak berada di sana untuk menyambut kedatangan dari baby cantik milik Mer.Mereka bahkan menyulap ruang tamu milik Mer layaknya ruangan untuk berulang tahun, penuh dengan balon dan juga foto-foto baby kecil Mer yang selalu Arga kirimkan kepada tuan Danu dan juga Johan."Uuhh! Keponakan aku cantik sekali, siapa namanya?" tanya Johan yang langsung mengambil alih baby cantik dari pangkuan Mer.Mer menolehkan wajahnya ke arah suaminya, wanita itu seolah berharap jika yang akan menjawab pertanyaan dari adiknya itu adalah suaminya tersebut

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    71. Baby Girl

    Arga merasa begitu bangga karena selalu bisa memuaskan istrinya, dia merasa begitu berharga sebagai seorang pria. Melihat wajah penuh kepuasan dari istrinya, dia merasa sangat puas."Balik, Yang!" pinta Arga.Mer paham dengan apa yang diminta oleh suaminya tersebut, wanita itu nampak merangkak seperti bayi. Karena itu adalah posisi yang paling difavoritkan oleh suaminya tersebut.Tidak lama kemudian, Arga nampak memompa tubuh istrinya dari belakang. Dia maju mundurkan pinggulnya dengan penuh perasaan."Enak, Yang. Sangat enak," ujar Arga seraya menekan pinggang istrinya.Tidak lama kemudian Arga merasa seperti ada gejolak hasrat yang hendak keluar, tentu saja dia langsung mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu, dia memperdalam miliknya dan memuntahkan cairan cintanya."Ouch! Yang, sangat enak." Arga memejamkan matanya karena mencapai klimaksnya.Kini Mer yang nampak tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut, dia merasa senang karena Arga selalu bisa mencapai pu

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    70..Sebentar Lagi

    Semakin buncit perut Mer, wanita itu semakin kesulitan untuk bergerak. Karena bukan hanya perut wanita itu saja yang semakin membesar, tetapi badannya juga semakin membengkak.Beruntung kaki wanita itu tidak ikut membengkak, karena dengan seperti itu Mer masih bisa bergerak dengan begitu bebas. Walaupun memang dalam berjalan lebih lambat.Mer juga merasa beruntung karena Arga semakin perhatian saja kepada wanita itu, bahkan Arga lebih sering menemani wanita itu dalam kesehariannya.Awalnya Mer sempat ilfil karena tubuhnya yang membengkak, dia takut jika suaminya akan berselingkuh dan akan meninggalkan dirinya.Namun, dugaannya sangat salah. Karena Arga justru semakin memberikan perhatian kepada dirinya dan juga memberikan pujian.Arga berkata jika istrinya kini semakin gemoy, semakin enak saja kalau mereka melakukan percintaan panas seperti biasanya. Arga juga begitu pandai memuji dirinya.Tentunya hal itu membuat Mer percaya diri, tetapi walaupun dalam keadaan hamil wanita itu tidak

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    69. Bersedia

    Dulu Mer memang sempat merasa kecewa dan juga sakit hati karena dibohongi oleh Adi, padahal dia begitu mencintai pria itu, tetapi nyatanya pria itu hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk mencetak bayi.Adi bekerjasama dengan istrinya sendiri untuk menipu dirinya, satu hal yang membuat Mer merasa begitu lebih sakit hati. Hanum meminta Adi untuk meninggalkan dirinya setelah dia melahirkan.Sungguh itu adalah hal kejam yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena menurut Mer, rencana Hanum benar-benar tidak manusiawi.Namun, kini setelah melihat Adi yang nampak begitu sengsara setelah ditinggalkan oleh Hanum, Mer merasa kasihan terhadap pria itu. Terlebih lagi terhadap Meira, anak itu tidak berdosa.Rasanya Mer ingin menangis ketika mendengar Adi menderita penyakit kanker hati stadium akhir, bahkan Adi berkata jika umurnya tidak akan lama lagi."Kata dokter, aku hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku--aku takut jika aku mati, Meira tidak ada yang mengurus, karena Hanum sama sekali tida

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    68. Kanker Hati

    Semenjak mengetahui jika istrinya hamil, Arga bukan hanya mengalami mual dan lemas saja. Namun, jika pagi hari tiba dia akan mengalami mual dan juga muntah yang hebat.Pria itu akan terlihat begitu lemas sekali, dia akan merasa lebih baik jika sudah terkena cahaya matahari. Namun, Arga tidak pernah mengeluh. Dia menjalani hari-harinya dengan begitu sabar, karena dia tahu jika ini adalah efek dari kehamilan istrinya.Justru Arga sangat bersyukur karena dirinya yang mengalami ngidam dan juga mual muntah, karena dengan seperti itu dia merasa bisa meringankan beban Mer. Arga sering membaca tentang artikel kehamilan, wanita yang hamil itu sangat repot dan tentunya pasti akan ada perubahan mood pada wanita hamil itu.Setidaknya jika dia tidak bisa menggantikan Mer untuk melahirkan, dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya saat wanita hamil."Hari ini kamu pucet banget deh, Yang. Apa ngga usah kerja saja?" tanya Mer seraya mengelusi perutnya yang sudah besar.Kini usia kehamilan Mer sudah m

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    67. Baik-baik Saja

    Malam ini Arga dan juga Mer bercinta dengan begitu penuh gairah, keduanya berlomba-lomba untuk saling memuaskan. Mer juga malam ini terlihat tidak mau diam sama sekali, dia selalu mengimbangi goyangan pinggul dari suaminya.Bahkan, setelah istirahat beberapa waktu karena mendapatkan pelepasannya, Mer naik ke atas tubuh Arga dan mencoba untuk menjadi pengendali.Alhasil setelah Mer dan juga Arga sudah merasa begitu puas, Mer merasa jika perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Arga tentunya begitu panik ketika melihat istrinya mengaduh kesakitan."Yang? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Arga panik karena wajah istrinya begitu pucat.Kalau saja Arga tahu jika bercinta dengan istrinya bisa membuat wanita itu kesakitan, Arga tidak akan mau melakukannya. Karena Arga masih bisa menahannya."Sakit banget, Yang. Tolong bawa aku ke dokter," ujar Mer karena rasa sakitnya datang dengan begitu kuat.Bahkan kini dia merasa jika perutnya keram, Mer takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. M

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    66. Panik

    Setelah dijanjikan akan diberikan kenikmatan sebanyak dua kali, Arga bekerja dengan begitu bersemangat. Dia tidak merengek sama sekali kepada istrinya, sangat sigap dalam bekerja walaupun sesekali dia mengeluh lemas.Terkadang Arga mengeluh kalau dirinya merasa sakit kepala, apalagi saat mencium bau pengharum ruangan yang biasa dipakai, dia terus saja mengeluh mual dan rasanya ingin muntah.Alhasil Mer terpaksa pergi ke swalayan untuk membeli pengharum ruangan yang baru, Arga meminta kepada Mer untuk dibelikan pengharum ruangan dengan wangi lemon.Pokoknya, makanan pun Arga inginnya yang berbau lemon. Mer sampai menggelengkan kepalanya karena tingkat suaminya itu benar-benar di luar nalar."Cape banget, Yang. Pulang yuk?" ajak Arga ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.''Boleh, tapi sebelum pulang kita shalat di sini aja dulu. Takutnya malah ngga keburu," usul Mer."Boleh, Yang," jawab Arga.Pada akhirnya Mer dan juga Arga melaksanakan salat ashar terlebih dahulu, setelah i

DMCA.com Protection Status