Mer terlihat ketakutan melihat tatapan mata Arga, dia tidak menyangka jika wajah Arga kini kembali dingin. Mer menjadi serba salah dibuatnya, padahal dia hanya ingin mengetahui tentang Adi yang sebenarnya."Bagaimana, mau menerima tawaran saya atau tidak? Kalau mau, hari ini juga saya angkat kamu sebagai sekretaris saya. Kalau tidak, besok kamu tinggal menerima surat pemecatan dari saya." Arga berbicara dengan nada mengancam. Mer langsung membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka jika Arga akan balik mengancam dirinya. Tentu saja dia tidak mau dipecat, dia masih butuh uang untuk bapaknya dan juga Johan. Apalagi saat tahu jika Adi telah beristri, Mer rasa dia akan lebih membutuhkan banyak uang untuk biaya dia nantinya. "Baiklah, Tuan. Saya mau menjadi sekretaris anda," jawab Mer dengan cepat. Arga langsung tersenyum senang dalam hatinya, karena penawarannya langsung diterima oleh Mer. Pria itu menatap Mer dengan lekat lalu dia berkata dengan raut dingin. "Cepatlah be
"Kalau bukan istri anda, boleh dong ya, buat saya?" Tuan Alfonso terlihat mengerling nakal ke arah Mer, hal itu membuat napsu makan Mer hilang dalam seketika. "Maaf, Tuan Alfonso. Kita datang ke sini untuk urusan bisnis, saya tidak akan membahas apa pun di luar hal itu." Arga meneruskan kembali makannya.Tuan Alfonso hanya tersenyum sinis mendengar apa yang dikatakan Arga, setelah itu dia juga kembali melanjutkan acara sarapan paginya karena tidak mau terjadi perdebatan.Setelah sarapan selesai, mereka melakukan meeting sesuai dengan yang sudah direncanakan. Hingga mereka mendapatkan kesepakatan kerjasama.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, ternyata hari sudah mulai merangkak menjelang siang, pikir Mer. Mer dan Arga sedang ada dalam perjalanan menuju perusahaan tempat dia bekerja. Sebenarnya Arga kurang berminat untuk bekerjasama dengan tuan Alfonso. Mengingat lelaki paruh baya itu begitu genit, apalagi tatapan matanya tak henti memandang Mer dengan tatapan nakalnya. Namun, kare
"Jangan banyak pikiran! Jalani saja semuanya dengan baik!" ujar Arga yang melihat Mer malah melamun."Hem!" jawab Mer hanya dengan deheman saja.Akhirnya Arga dan juga Mer pergi menuju kantor pusat, harga terlihat begitu fokus dalam mengemudi. Sedangkan Mer tetap saja asyik dalam lamunannya, padahal sudah diperingatkan oleh Arga agar tidak melamun.Baru 1 jam melakukan perjalanan, Arga menepikan mobilnya di sebuah Rest Area. Arga merasakan perutnya terasa sangat lapar, makanya dia mengajak Mer untuk makan siang bersama. Tanpa banyak bicara, Arga langsung keluar dari mobilnya dan masuk ke sebuah Resto, dengan sigap Mer mengekori langkah Arga. Walaupun harus dengan sedikit berlari, karena dia harus menyesuaikan langkahnya dengan langkah Arga yang begitu cepat. 'Ya Tuhan! Apakah dia tidak berpikir jika sekretaris pribadinya adalah seorang perempuan?' tanya Mer dengan kesal. Namun, hanya mampu menggerutu di dalam hati.Setelah masuk ke dalam Resto tersebut, Arga langsung memesan dua por
"Sudah-sudah, jangan nangis. Sayang air mata kamu, kalau cuma buat nangisin lelaki kaya dia. Sekarang kamu bersiap, kita akan sarapan terus segera pergi meeting." Arga melerai pelukannya lalu menatap wajah Mer dengan lekat. Awalnya Mer terlihat begitu enggan untuk menuruti apa yang dikatakan oleh sang atasannya tersebut, saat ini dia sedang bersedih hati. Dia sedang kecewa dan juga terluka.Kalau boleh rasanya Mer ingin menghabiskan waktu seharian untuk menangis saja, biar saja air matanya kering sekalian.Namun, tidak lama kemudian dia berpikir jika menghabiskan waktu untuk menangis adalah hal yang sia-sia. Mer menghela napas berat, lalu dia berkata."Baiklah, Tuan. Saya akan bersiap," ucap Mer. Mer lalu menyusut air matanya dengan ujung bajunya, Arga sempat mengernyitkan dahinya. Dia merasa jika wanita yang sudah tidak perawan itu sangatlah jorok, lalu Arga menoyor kepala Mer."jorok! Kalau nyusut ingus ya pakai tisu, kalau nggak pakai sapu tangan." Arga tidak menyangka jika w
"Aku belum siap, Tuan. Tapi tolong jangan terlalu erat juga meluknya, sesak!" protes Mer dengan pelan tapi penuh dengan penekanan.harga memutar bola matanya dengan malas mendengar apa yang dikatakan oleh Mer, lalu dia menurunkan kedua tangannya. Dia lepaskan pelukannya, tetapi kini malah Mer yang memeluk pria itu.Arga langsung mencebikkan bibirnya, lalu dia menunduk dan berbisik tepat di telinga wanita itu. Wanita yang masih belum berani untuk menemui suaminya sendiri."Ngga usah meluk-meluk juga, kamu tuh istri orang!" Arga sengaja membalas ucapan dari Mer, Mer langsung melerai pelukannya. Lalu, dia menyembunyikan wajahnya di antara dada dan juga ketiak Arga.Ingin sekali harga tertawa melihat dari kelakuan bawahannya itu, tetapi tentunya dia tahan. Tidak lama kemudian, Arga mendorong wajah Mer dan berkata."Mereka sudah pergi," ujar Arga.Mer langsung menjauhkan diri dari Arga, lalu wanita itu mengedarkan pandangannya untuk membuktikan apa yang diucapkan oleh Arga."Terima kasih,
Sebelum Arga melajukan mobilnya, dia sempat bertanya kepada Mer. Mau diantar kemana. Awalnya saat Arga bertanya seperti itu, Mer sempat terdiam seolah sedang berpikir ke mana harus dia pergi.Tidak lama kemudian, Mer menjawab jika dia ingin pulang ke rumah bapaknya, Arga menyetujuinya. Karena menurutnya itu akan lebih baik, tetapi sebelum itu dia menanyakan alamat rumah dari bapaknya Mer. Dengan senang hati Mer mengatakan alamat rumah dari bapaknya tersebut, Arga tersenyum lalu melajukan mobilnya menuju kota asal Mer. Selama perjalanan menuju pulang, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Baik Mer atau Arga, mereka terdiam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sesekali Arga akan melirik ke arah Mer yang begitu asik dalam lamunannya, dia terlihat sangat sedih dan juga gundah. Arga merasa kasihan, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. 'Kalau diperhatikan, Mer sangat cantik. Dasar Adi bodoh! Sebenarnya untuk apa dia menikahi Mer? Dia sudah punya Hanum, lalu kenap
Adzan subuh telah berkumandang, Mer mengerjapkan matanya karena tidurnya sudah terasa sangat cukup. Saat Mer membuka mata, dahi wanita itu nampak mengernyit dalam."Di mana aku?" tanya Mer seraya mengedarkan pandangannya.Setelah sadar dia berada di mana, Mer langsung tersenyum dengan senang karena dia berada di dalam kamar kesayangan. Dia sedang tidur di atas kasur kecil ya sudah biasa dia tempati."Ya ampun! Ternyata aku di rumah bapak," ujar Mer.Mer langsung turun dari tempat tidur, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dia membuka bajunya dan langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar rasanya."Eh? Tunggu bentar deh, aku kok bisa di rumah bapak? Apa tuan Arga yang mengantarkan aku? Tapi tadi malam aku tidur, siapa yang memindahkan aku ke tempat tidur?" tanya Mer.Cukup lama Mer terdiam dan bertanya-tanya di dalam hatinya, tetapi tidak lama kemudian dia melanjutkan ritual mandinya karena takut waktu subuh akan segera berakhir.Beberapa saat kemudian."Pag
Mer merasa begitu senang karena pak Adan mau mengerti dan memahami dirinya, bapak kandungnya itu mau memberikan kesempatan kepada Mer untuk membalaskan dendamnya terlebih dahulu kepada suaminya tersebut.Bukan untuk berniat durhaka kepada suaminya, tetapi Mer merasa dirinya begitu dipermainkan oleh Adi. Dia merasa jika pria yang menjadi suaminya itu begitu kejam, karena menikahi dirinya tetapi pria itu sudah memiliki istri.Jika saja dari awal Mer tahu jika Adi adalah pria yang sudah beristri, dia tidak mau menikah dengan pria itu. Apalagi sampai menyerahkan kehormatannya, sungguh pria itu pandai merayu Mer sampai luluh.Mer bahkan sempat berpikir jika nanti dia hamil, Mer akan kesulitan menjalani harinya setelah bercerai nanti dengan Adi. Akan tetapi, setelah Mer berpikir kembali rasanya tidak akan ada yang sulit.Banyak di luaran sana single parent yang mampu menjalani hidupnya dengan baik tanpa sosok laki-laki di sampingnya, mereka tetap kuat dan mampu membiayai anak mereka.Bukan
Pada kesempatan yang ada, Mer membicarakan tentang rencana liburan yang sudah dia atur untuk kepentingan Anggi dan juga Johan. Dia mengatakan kepada Arga kalau liburan juga penting untuk mereka berdua dan kedua anaknya.Arga awalnya merasa keberatan karena perusahaan miliknya kini sedang berada di atas kejayaan, dia sedang begitu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Namun, di satu sisi dia juga tidak ingin mengecewakan istrinya, anaknya dan juga adik iparnya. Lagi pula, untuk masalah pekerjaan bisa dia kerjakan di Bali sambil liburan.Akhirnya Arga memutuskan untuk pergi berlibur ke Bali, tentunya setelah dia menekankan kepada Johan Kalau pria itu juga harus tetap bekerja walaupun lewat laptop. Jika ada meeting penting, mereka harus melakukan zoom meeting melalui layar laptop. Agar perusahaan mereka tetap berjaya, karena itu penting adanya."Yes! Kalau gitu kita harus pesan Villa aja, biar lebih leluasa saat berlibur. Jangan pesan kamar hotel, Yang. Kurang asik," ujar Mer.Mer merasa jik
Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, Johan dan juga Anggi benar-benar mengadopsi Meira. Karena mereka merasa kasihan terhadap gadis kecil malang itu.Mereka benar-benar merasa iba karena di usianya yang masih sangat kecil, dia justru malah mendapati nasib yang sangat malang.Ayahnya kini divonis jika usianya tidak akan lama lagi, sedangkan ibunya sama sekali tidak mencari keberadaan putrinya tersebut. Ibunya seolah tidak peduli dengan perkembangan anaknya dan seolah tidak ingin menoleh ke belakang lagi.Padahal, jika memang Hanum begitu membenci Adi, itu tidak masalah jika dia tidak mau menemui pria itu. Namun, masalahnya Meira adalah putri kandungnya, setidaknya wanita itu harus ingat untuk mengurus putrinya tersebut.Anggi sangat sedih karena sudah cukup lama menikah dengan Johan, tetapi belum memiliki keturunan. Padahal, dia begitu menginginkan keturunan, tetapi yang sudah memiliki keturunan malah seolah tidak mau mengurusi keturunannya.Saat Anggi dan juga Johan membawa Meir
Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya Mer diperbolehkan untuk pulang membawa baby cantiknya.Saat Mer pulang, Arya terlihat begitu bahagia sekali bertemu dengan ibunya. Karena selama Mer di rumah sakit, anak itu tidak pernah sekalipun diajak ke rumah sakit.Arya juga begitu senang saat bertemu dengan adik perempuannya, adik perempuan yang terlihat begitu cantik sekali.Di sana juga ada tuan Danu, pak Adan, Johan dan juga Anggi. Mereka nampak berada di sana untuk menyambut kedatangan dari baby cantik milik Mer.Mereka bahkan menyulap ruang tamu milik Mer layaknya ruangan untuk berulang tahun, penuh dengan balon dan juga foto-foto baby kecil Mer yang selalu Arga kirimkan kepada tuan Danu dan juga Johan."Uuhh! Keponakan aku cantik sekali, siapa namanya?" tanya Johan yang langsung mengambil alih baby cantik dari pangkuan Mer.Mer menolehkan wajahnya ke arah suaminya, wanita itu seolah berharap jika yang akan menjawab pertanyaan dari adiknya itu adalah suaminya tersebut
Arga merasa begitu bangga karena selalu bisa memuaskan istrinya, dia merasa begitu berharga sebagai seorang pria. Melihat wajah penuh kepuasan dari istrinya, dia merasa sangat puas."Balik, Yang!" pinta Arga.Mer paham dengan apa yang diminta oleh suaminya tersebut, wanita itu nampak merangkak seperti bayi. Karena itu adalah posisi yang paling difavoritkan oleh suaminya tersebut.Tidak lama kemudian, Arga nampak memompa tubuh istrinya dari belakang. Dia maju mundurkan pinggulnya dengan penuh perasaan."Enak, Yang. Sangat enak," ujar Arga seraya menekan pinggang istrinya.Tidak lama kemudian Arga merasa seperti ada gejolak hasrat yang hendak keluar, tentu saja dia langsung mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu, dia memperdalam miliknya dan memuntahkan cairan cintanya."Ouch! Yang, sangat enak." Arga memejamkan matanya karena mencapai klimaksnya.Kini Mer yang nampak tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut, dia merasa senang karena Arga selalu bisa mencapai pu
Semakin buncit perut Mer, wanita itu semakin kesulitan untuk bergerak. Karena bukan hanya perut wanita itu saja yang semakin membesar, tetapi badannya juga semakin membengkak.Beruntung kaki wanita itu tidak ikut membengkak, karena dengan seperti itu Mer masih bisa bergerak dengan begitu bebas. Walaupun memang dalam berjalan lebih lambat.Mer juga merasa beruntung karena Arga semakin perhatian saja kepada wanita itu, bahkan Arga lebih sering menemani wanita itu dalam kesehariannya.Awalnya Mer sempat ilfil karena tubuhnya yang membengkak, dia takut jika suaminya akan berselingkuh dan akan meninggalkan dirinya.Namun, dugaannya sangat salah. Karena Arga justru semakin memberikan perhatian kepada dirinya dan juga memberikan pujian.Arga berkata jika istrinya kini semakin gemoy, semakin enak saja kalau mereka melakukan percintaan panas seperti biasanya. Arga juga begitu pandai memuji dirinya.Tentunya hal itu membuat Mer percaya diri, tetapi walaupun dalam keadaan hamil wanita itu tidak
Dulu Mer memang sempat merasa kecewa dan juga sakit hati karena dibohongi oleh Adi, padahal dia begitu mencintai pria itu, tetapi nyatanya pria itu hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk mencetak bayi.Adi bekerjasama dengan istrinya sendiri untuk menipu dirinya, satu hal yang membuat Mer merasa begitu lebih sakit hati. Hanum meminta Adi untuk meninggalkan dirinya setelah dia melahirkan.Sungguh itu adalah hal kejam yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena menurut Mer, rencana Hanum benar-benar tidak manusiawi.Namun, kini setelah melihat Adi yang nampak begitu sengsara setelah ditinggalkan oleh Hanum, Mer merasa kasihan terhadap pria itu. Terlebih lagi terhadap Meira, anak itu tidak berdosa.Rasanya Mer ingin menangis ketika mendengar Adi menderita penyakit kanker hati stadium akhir, bahkan Adi berkata jika umurnya tidak akan lama lagi."Kata dokter, aku hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku--aku takut jika aku mati, Meira tidak ada yang mengurus, karena Hanum sama sekali tida
Semenjak mengetahui jika istrinya hamil, Arga bukan hanya mengalami mual dan lemas saja. Namun, jika pagi hari tiba dia akan mengalami mual dan juga muntah yang hebat.Pria itu akan terlihat begitu lemas sekali, dia akan merasa lebih baik jika sudah terkena cahaya matahari. Namun, Arga tidak pernah mengeluh. Dia menjalani hari-harinya dengan begitu sabar, karena dia tahu jika ini adalah efek dari kehamilan istrinya.Justru Arga sangat bersyukur karena dirinya yang mengalami ngidam dan juga mual muntah, karena dengan seperti itu dia merasa bisa meringankan beban Mer. Arga sering membaca tentang artikel kehamilan, wanita yang hamil itu sangat repot dan tentunya pasti akan ada perubahan mood pada wanita hamil itu.Setidaknya jika dia tidak bisa menggantikan Mer untuk melahirkan, dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya saat wanita hamil."Hari ini kamu pucet banget deh, Yang. Apa ngga usah kerja saja?" tanya Mer seraya mengelusi perutnya yang sudah besar.Kini usia kehamilan Mer sudah m
Malam ini Arga dan juga Mer bercinta dengan begitu penuh gairah, keduanya berlomba-lomba untuk saling memuaskan. Mer juga malam ini terlihat tidak mau diam sama sekali, dia selalu mengimbangi goyangan pinggul dari suaminya.Bahkan, setelah istirahat beberapa waktu karena mendapatkan pelepasannya, Mer naik ke atas tubuh Arga dan mencoba untuk menjadi pengendali.Alhasil setelah Mer dan juga Arga sudah merasa begitu puas, Mer merasa jika perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Arga tentunya begitu panik ketika melihat istrinya mengaduh kesakitan."Yang? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Arga panik karena wajah istrinya begitu pucat.Kalau saja Arga tahu jika bercinta dengan istrinya bisa membuat wanita itu kesakitan, Arga tidak akan mau melakukannya. Karena Arga masih bisa menahannya."Sakit banget, Yang. Tolong bawa aku ke dokter," ujar Mer karena rasa sakitnya datang dengan begitu kuat.Bahkan kini dia merasa jika perutnya keram, Mer takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. M
Setelah dijanjikan akan diberikan kenikmatan sebanyak dua kali, Arga bekerja dengan begitu bersemangat. Dia tidak merengek sama sekali kepada istrinya, sangat sigap dalam bekerja walaupun sesekali dia mengeluh lemas.Terkadang Arga mengeluh kalau dirinya merasa sakit kepala, apalagi saat mencium bau pengharum ruangan yang biasa dipakai, dia terus saja mengeluh mual dan rasanya ingin muntah.Alhasil Mer terpaksa pergi ke swalayan untuk membeli pengharum ruangan yang baru, Arga meminta kepada Mer untuk dibelikan pengharum ruangan dengan wangi lemon.Pokoknya, makanan pun Arga inginnya yang berbau lemon. Mer sampai menggelengkan kepalanya karena tingkat suaminya itu benar-benar di luar nalar."Cape banget, Yang. Pulang yuk?" ajak Arga ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.''Boleh, tapi sebelum pulang kita shalat di sini aja dulu. Takutnya malah ngga keburu," usul Mer."Boleh, Yang," jawab Arga.Pada akhirnya Mer dan juga Arga melaksanakan salat ashar terlebih dahulu, setelah i