"Tapi, dia deket banget sama lo, duduk aja bersama, makan aja selalu bersama. Ke mana-mana bersama, terus apa namanya kalau bukan CLBK?" jelas mexsi bertanya padanya dengan nada cukup tinggi.
Note :CLBK adalah singkatan dari cinta lama bersemi kembali.
"Namanya juga sahabat, pasti gitu lah. Lo juga kalau misalkan punya sahabat kan pasti git.. " tiba-tiba ucapannya terpotong sendiri. Ia menatap Mexsi segan sambil menggigit bibir bawahnya.
Mexsi menatapnya. Sekarang Ia mengkedip-kedipkan matanya, semakin segan menatapnya.
"Cemburu kan, iya kan? Iya?" kini Keyla yang berbalik menggoda Mexsi.
"Gak, ngapain cemburu." Mexsi mencoba mengelak.
Sudah tidak tahan melihat Keyla seperti itu. Sangat lucu juga menggemaskan, ia semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Keyla. Gadis itu mengkedip-kedipkan matanya, tanpa menyadari hal itu.
Setelah puas mengedip-ngedipkan m
Siapa kah orang itu? Ada yang bisa tebak? See you, next part ➡️
Kedua bola mata Keyla membulat, mulutnya ternganga, kedua alisnya ditekuk. Ia sangat terkejut dengan siapa yang ia lihat, benar! Dia adalah Wino. Wino yang dulu pernah mencelakainya dan hampir membunuh kekasihnya Mexsi. Tapi tunggu, ternyata itu hanyalah topeng. Ternyata Sarah dibalik topeng itu. Gadis itu tersenyum lalu memeluknya. "Keyla gue rindu banget sama lo, apa lo juga merindukan gue juga?" Sarah bertanya padanya, melepaskan pelukannya sambil menatapnya serius. "Tentu saja, katanya lo mau sekolah di luar negeri. Kok lo cepat sekali kembali, apa ada masalah?" kata Keyla berbalik bertanya padanya. Terdiam cukup lama, semakin membuatnya khawatir. "Gue nggak bisa kembali ke sana, karena gue nggak tahu apa yang harus dilakukan. Sungguh di sana sangat membosankan, gak ada teman sebaik dirimu di sana." Sarah sungguh memujinya sampai Keyla tersipuh malu, mereka berbi
Sedikit terganggu Keyla mencoba melepaskan genggamannya dari Mexsi. Namun lelaki yang saat ini memegang tangannya, tak ingin melepaskan sambil meliriknya. Mereka tetap berpegangan tangan sampai di depan kantin. Tina yang saat itu sedang menceramahi Tino karena berusaha memaling pulpennya kembali. Tapi yang diceramahin malah asyik makan bakso, dengan sangat lahapnya. Maklum masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Ia terkejut saat melihat Mexsi dan Keyla saling berpegangan tangan. Kedua bola matanya melotot hampir keluar dari tempatnya. Lalu mulutnya terbuka lebar, Tino yang saat itu sedang melahap dengan sangat nikmat, bakso yang di dalam mulut sampai ke luar semua mendarat di atas mangkuk. Yang terisi penuh kuah bakso. BOOM! Seperti bom meledak! Air dari tumpahan itu telah membasahi wajahWill, Tina, Ino, dan juga dirinya sendiri. Mereka semua menatap tajam ke arahnya, yang ditatap senyum tanpa do
"Key, kalau kamu nggak mau pulang terus kamu mau ke mana?" kata Mexsi bertanya padanya dengan sangat penasaran dan khawatir. "Aku cuma mau ingin sendiri, kamu nggak papa kan pulang sendirian, pulang aja sana duluan," jawab Keyla memalingkan wajahnya meninggalkannya. "Kamu mengusirku?" "Bukan begitu, terserah kamu saja. Mau pikir gimana." "Key!" Gadis itu tetap pergi dari sana. Aku berharap kamu baik-baik saja. Batin Mexsi menatap punggungnya. Berjalan sendirian seorang diri mendekati makam kakanya. Mexsi sangat mengkhawatirkannya, ia hanya bisa mengikutinya dari belakang tanpa berjalan disampingnya. Sebenarnya apa yang ada dipikiran wanita itu? Kenapa dia mulai menjauh dari Mexsi? Apakah dia tidak tahu bahwa lelaki yang saat ini mengikutinya, sangat mengkhawatirkan dirinya. Sebenarnya ada apa ini? Keyla t
Tumben sekali Tino pagi-pagi datang ia ingin menghibur Ino, yang telah ia campakkan menurutnya, padahal sebaliknya yang dicampakkan bukanlah Ino tapi dirinya. Sungguh pemikiran yang sangat luar biasa ia menunggu Ino, daripada menunggu di depan gerbang. Ia memilih menerobos masuk ke kelas dan melihat hal yang sangat ia inginkan bersama dengan kekasihnya. Tino melangkah dengan sangat pelan sekali, berusaha jangan sampai menimbulkan suara apa pun. Sehingga tak dapat menimbulkan suara apapun di lantai, ia berdiri di samping Mexsi dan Keyla mengangkat kedua tangannya menyentuh kedua pipi mereka berdua lalu berkata. "Cinta memanglah tak seindah mimpi dan drama Korea, tapi cinta di kehidupan nyata sangatlah indah melampaui mimpi dan drama Korea. Cinta yang begitu nyata mampu melewati halangan dan rintangan bersama, bahagia, menangis, bahkan kecewa, harus dilewati demi menggapai kebahagiaan. Yaitu cinta sejati." Tino menjelaskan panjang lebar te
Tak tahan lagi dengan perilaku Tino secepatnya Keyla mengambil alih ia datang menemuinya lalu mencengkram kerahnya. Pada saat ia masih dalam keadaan tertidur di ruang uks, tentu saja Tino menjerit karena takut dan terkejut. "Wuaaah, kodok, kodok!" teriak Tino sambil kedua matanya melotot menatapnya. Keyla hendak memukulnya namun Mexsi menangkap tangannya, menggenggam erat, menariknya keluar dari ruang uks. Sedangkan idi*t Tino hanya terdiam bengong sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, dan menatap ke sekeliling lalu tidur kembali. Mereka berdua bicara kembali di taman. Di bawah pohon besar, mereka duduk Mexsi menyuruh Keyla untuk menarik napas secara perlahan dan teratur, lalu keluarkan dari mulutnya mungkin itu akan membantunya rileks sejenak. Bukannya merasa tenang Keyla mengingat wajah Tino ia ingin menonjok wajahnya. Akhirnya Mexsi memutuskan untuk mengajak Keyla jalan-jalan ke tepi pant
CRANG! Keyla menjatuhkan gelas yang akan dia ambil, jantungnya terus saja berdegup kencang, pikirannya tak menentu. Ia terlihat gelisah dan cemas. Ibunya mendekatinya, melihat putrinya berdiri dengan tatapan kosong. Tanpa memedulikan pecahan gelas yang berserakan di bawah kakinya, ibunya menepuk pundaknya. Ia terkejut, bahunya sedikit terangkat. Hendak membereskan pecahan gelas, ibunya menyuruhnya untuk pergi tidur karena sudah terlalu larut menunggu ayahnya pulang. Bukannya tidur, semakin ingin menutup matanya, semakin berdegup jantungnya. Keyla memegang dadanya. "Apa yang terjadi? Kenapa aku gak bisa tidur," katanya bergumam sendiri mencoba menutup mata. Memaksakan diri untuk tidur. *** Di rumah Mexsi. Tiba di depan gerbang rumahnya. Ayah Mexsi menekan tombol klakson mobil, pembantu rumahnya menarik pintu gerbang. Ia secepatnya menyuruh pembantunya menyemprotkan ai
Pagi hari...Keyla membantu ibunya memasak memotong bawang merah, sedikit tak fokus sebentar melirik ke arah pintu yang berharap ayahnya datang. Pada hal ia sudah menunggunya semalaman suntuk, namun tak ada satu tanda pun yang menandakan kedatangan ayahnya.Kembali melamun. Pada hal tangannya tergores pisau bahkan mengeluarkan darah. Tak bergeming atau merasakan sakit. Ibunya menepuk pundaknya, ia melirik namun saat melihat tangannya yang berdarah hanya sedikit bereaksi. Ibunya panik mengambil kotak p3k, hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan yang tiada henti dari ibunya."Keyla, kalau kamu lagi gak merasa enak badan. Kamu istirahat lagi aja, nanti kalau ayah datang ibu bangunkan kamu," kata ibunya sedikit mengkhawatirkan putrinya."Aku hanya mau tetap di sini, menunggu ayah," ungkap Keyla menegaskan keinginannya.Tok, tok, tok.Seseorang mengetuk pintu, Keyla tersenyum bahagia ingin secepatnya memeluk ayahnya lalu meminta maaf duluan. Ia m
Tetap mencoba membujuk Keyla merelakan kepergian ayahnya, karena harus secepatnya dimakamkan. Setelah beberapa saat Mexsi menjelaskan padanya, akhirnya ia mengerti namun air mata yang mengalir deras tak bisa terhenti.Tersadar. Ibu Keyla terbangun, lalu berdiri melihat putrinya yang sedang menangis dalam dekapan Mexsi. Ia berjalan terduduk disamping putrinya, Keyla melirik kearahnya langsung memeluknya dengan sangat erat.Mereka berdua menangis bersama. Tina, Will dan Tino tiba di depan rumahnya. Tina dan Will berlari ke arah mereka yang sedang kehilangan, berduka cita."Bu, aku, aku... belum bilang sama ayah. Kalau aku sudah memaafkannya, aku ingin makan bakso buatannya lagi... aku... ak.. " kata Keyla bicara terbata-bata masih dalam dekapan ibunya."Keyla, ayahmu pasti sudah mengetahuinya. Kamu jangan berpikir yang macam-macam, tenangkan dirimu... " kata ibunya menangis memeluknya semakin erat.
Kepala Keyla sulit sekali bergerak, ia tak mampu menengok ke belakang. Ia berjanji tidak akan menangis lagi, tetapi sulit baginya berhenti. Lelaki itu melingkarkan tangannya pada tubuh Keyla, lalu mendekapnya tanpa ragu dari belakang."Kau jahat sekali, kenapa berpura-pura tidak mengenaliku?" tanya Mexsi menopang dagunya di atas pundak Keyla. "Kau tahu aku begitu menderita, setiap hari harus meminum obat dan melupakan semua hal tentangmu." "Ba .. gaimana mungkin, kau mengingatku kembali. Harusnya kau tetap melupakanku, Mexsi!" Jerit Keyla dengan wajah sedih."Itu kah maumu?" tanya Mexsi mundur selangkah. Keyla tetap tidak berani berbalik, apalagi menatap wajahnya. "Baik kalau begitu, aku pergi .... "Keyla tiba-tiba saja memegang lengannya sambil menunduk, tangannya bergerak sendiri tanpa meminta izin pada pemiliknya. "Aku ... Aku takut menembakmu, aku sangat takut kehilanganmu.""Tatap mataku, Keyla," kata Mexsi. Gadis itu hanya dapat menggeleng. "Kubilang tatap mataku, Keyla!" Teri
Tina dan Ino terdiam sesaat, mereka berharap kalau Keyla tidak memikirkan perkataan Tino. Mereka meyakini jika sampai percaya maka apa yang akan terjadi pada sahabatnya, tiba-tiba saja Keyla berdiri, menatap segan ke arah Tino. "Keyla mau ke mana?" tanya Ino pelan."Keyla, di sini aja ya. Gak usah dengerin apa yang barusan Tino bilang, kita kan tahu kalau dia suka bercanda. Dan selalu membangkitkan emosi kita, iya kan Ino?" kata Tina melirik pelan ke arah Ino."Oh iya haha." Ino sedikit tertawa sambil memukul pelan pundak Tino.Selama ini Mexsi yang menemani Kayla dalam keadaan sesulit apapun, bahkan sampai detik-detik terakhirnya saja. Mexsi mampu membuat bahagia di masa sulitnya, apakah Keyla menyadari hal itu. Tentu saja, Keyla sangat memahami hubungan mereka berdua. Satu hal lagi yang belum Keyla tahu. "Gue sama Mexsi udah saling benci pada saat usia kanak-kanak."Tina langsung bertanya. "Apa penyebab kalian saling membenci?"Ino dan Tino hanya menatap ke dalam mata Keyla sambil m
Hanyut dalam dekapan ibu Ino membuat Keyla semakin tak sanggup menahan air matanya. Cukup lama ia menahannya, terbendung sudah hampir meluap keluar. Air matanya mengalir deras turun melewati pipinya yang kini memerah, ia tidak tahu kalau selama ini ia butuh dipeluk oleh seseorang dalam keadaannya yang sedang mencari informasi terkait kematian kakaknya.Ibu Ino berniat menceritakan sedikit tentang semasa hidup Kayla, waktu itu di mana geng Sarah menghancurkan usahanya. Sebagai ibu pemilik kantin di sekolah Ino dulu, Ibu Ino melepaskan pelukannya. Menatap Keyla yang saat ini sedang mengusap air matanya. "Kakakmu Kayla adalah gadis yang sangat baik, dia sangat berjasa bagi kami." Tiba-tiba saja ibu Ino membahas tentang kakaknya."Benarkah?" Kedua bola mata Keyla berbinar-binar saat mengatakannya."Tentu saja, Kayla maju digaris paling depan. Saat kantin kami sedang diobrak-abrik oleh Sarah dan teman-temannya, Kayla sempat terluka dia tidak menyerah sedikit pun. Demi membantu kami, dia sa
Ibunya mendongak ke atas menatap wajah putranya. "Aku tahu betul, jika tangan Bunda bergetar seperti ini. Artinya Bunda berbohong, apakah sangat sulit bagi Bunda memberitahuku yang sebenarnya?" tanya Mexsi masih tetap memegang tangan ibunya."Bunda sudah memesan tiketnya, lebih baik kita bergegas. Nanti ketinggalan pesawat.""Cukup Bunda!" Mexsi sedikit meninggikan suaranya, tapi masih dalam batas wajar. Ia melangkah pergi ke depan pintu."Mau kemana?" tanya ayahnya yang baru saja sampai di depan pintu."Ayah, cegah dia Yah. Mexsi kita mau pergi, dia tidak ingin ikut bersama kita kembali ke Singapura. Ayo Ayah cegah dia," kata istrinya merasa ketakutan yang amat sangat dalam.Suaminya menggeleng. "Biarkan saja.""Apa maksud Ayah?""Biarkan saja Mexsi tinggal dan melanjutkan studynya di sini."Mexsi berhenti melangkah, membulatkan matanya, menengok ke arah ayahnya sedang bicara. Ternyata ayahnya malah memilih membela dirinya ketimbang ibunya sendiri. Selama ini, ayahnya selalu tunduk d
Puk. Sekotak kecil menimpa kepalanya, sampai Mexsi mengelus kepalanya beberapa kali tanpa bersuara. Kotak kecil itu patah, sehingga terlihat isinya sedikit. Ia memegang kotak itu lalu memperhatikannya dengan seksama, nampak tidak asing baginya. Ia mengambil buku diary ingin membuka selembar kertas. "Mexsi!" Jerit ibunya dari luar kamar. Mexsi sampai menjatuhkan buku diary milik kakaknya, ia jongkok mengambil buku diary itu. Ibunya langsung merebut buku itu darinya, ia mengangkat kedua alisnya."Bunda kembalikan, buku diary itu milikku." Pinta Mexsi merengek dengan sedikit bergurau."Nggak, mulai detik ini, buku diary ini. Milik Bunda," jawab ibunya tersenyum masam."Kenapa begitu?" Mexsi menaikan sebelah alisnya karena tak terima buku itu tiba-tiba diambil ibunya."Gak usah banyak tanya, kalau kamu mau buku diary ini. Maka kembalilah ke Singapura, Bunda pasti memberikannya padamu." Ibunya melangkah pergi dari sana setelah mengatakannya.Mexsi hanya terdiam sambil memikirkan segala ke
"Biar gue tarik kata-kata gue waktu itu, beres kan?" jawab Keyla lalu bertanya padanya."Bisa gak, jangan egois. Ambil keputusan secara sepihak begitu, kita.""Kenapa, kenapa, nyawa kalian bisa dalam bahaya jika terus bareng gue. Kalian tahu sendiri kan, ayah gue udah jadi korban. Dan gue gak mau kehilangan lagi, gue mohon sama kalian jangan pedulikan untuk kali ini saja, jangan menoleh. Cukup berpaling aja," ungkap Keyla yang bersungguh-sungguh takut kehilangan lagi.Tina dan Ino terdiam sesaat, lalu Tina maju selangkah menujunya. "Terus lo pikir kita juga mau gitu kehilangan sahabat kita lagi?""Kenapa kalian sampai segitunya, harusnya kalian gak usah melakukan hal ini.""Karena kita ini sahabat," jawab Ino dengan tersenyum sambil menutup matanya."Huaaaa!" Keyla menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Tina dan Ino kembali saling pandang, mereka memeluk Keyla bersamaan. Mereka menumpahkan kesedihan, kerinduan, serta persahabatan menangis bersama di sana. Beberapa saat Ino menghapus a
Para pelayan itu kembali setelah beberapa saat, Mexsi mulai bingung dengan dirinya sendiri. Terkejut dengan apa yang baru saja ia pesan, ternyata makanan itu sama dengan apa yang dipesan gadis itu. Tapi makanan itu sangat familiar untuknya, rasanya ia sudah pernah memberikan makanan itu pada seseorang tetapi siapa?Keyla bukan tanpa sebab memilih berada di lestoran itu, ia merindukan sahabatnya yaitu Ino berada di sana. Tanpa gadis itu sadari Ino telah berada dihadapannya, duduk di sana sembari terus memperhatikannya.Mexsi sedang mengunyah makanannya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ia menoleh dengan santai, setelah mengetahui siapa orang itu ia tetap melanjutkan makan. "Gue cari lo kemana-mana ternyata lo ada di sini, lagi enak makan lagi. Bla, bla." Dito ngedumel dengan seribu bahasanya.Dirasa cukup lelah membacot sendirian, akhirnya ia memilih duduk memesan minum. Kembali menatap wajah Mexsi. "Udah makannya kan?" tanya Dito sambil menyeruput segelas kopi hangat."Iya,"
"Iya Keyla, maksudku kanker itu kantong kering," jawab Dito sedikit membekap mulutnya sendiri. Terdengar cekikikan kecil di sana. Keyla mengerutkan keningnya. "Aku mau beli bunga buat dimakam, masalahnya aku gak bawa uang. Gimana ya?" lanjutnya kembali melirik Keyla dengan penuh harap.Tanpa berpikir panjang Keyla langsung mengambil dompetnya dari dalam tas selempangnya. Ia mengeluarkan beberapa sejumlah uang dari sana, memberikannya pada lelaki itu tentu saja sudah mengerti Dito tak mau mengambilnya. "Apa lagi, masalahnya?" tanya Keyla sedikit geram.Dito malah melangkah dengan cepat memegang tangan Keyla. Entah kenapa Mexsi merasa kesal setengah mati, ketika melihat Dito memegang tangan gadis itu. "Bisa tolong pilihkan, aku gak paham caranya memilih bunga yang bagus. Aku mohon banget sama kamu. Bantu aku untuk kali ini aja ya, ya." Dito mengatakannya dengan penuh harap. Dengan amat sangat terpaksa Keyla mengangguk. "Emang kamu mau ziarah ke makam siapa?""Kak Morgan, terus aku sam
Dito meraih daun pintu mobilnya, lalu menyuruh Mexsi masuk ke dalam. Ia langsung tancap gas, ditengah perjalanan menancap rem sampai tubuh Mexsi sedikit terpental ke depan. Lelaki itu menatapnya sinis, sedangkan Dito menoleh ke belakang dengan mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanya Mexsi sedikit kesal dibuatnya."Gue baru inget Mexsi," selorohnya dengan nada sombongnya."Inget apaan?" Kembali bertanya dengan menaikan sebelah alisnya."Mau pergi ke mana?""Ck," Mexsi berdecak heran. "Mangkannya tanya dulu, cari aja di Maps. Makam terdekat taman indah buana," katanya melipat kedua tangannya di atas dada."Oke!" Mereka kembali melanjutkan perjalanannya.Sesampainya mereka di tempat tujuan. Dito turun dari balik pintu mobil, ia mulai sigap membukakan pintu mobil untuk Mexsi. Kenapa demikian? Mexsi berpikir jika Dito tak membukakannya pintu nanti akan disuruh masuk kembali. Seperti kejadian di waktu yang lalu, saat mereka berada di Singapura. Ingatan Mexsi tajam mengenai hal itu, tapi ia