Setiap hari senin pagi Bee mengunjungi pusara kedua orang tuanya, bila tidak sempat di pagi hari ia akan berkunjung pada siangnya di sela-sela jeda jam kuliah.Seperti pagi ini sebelum ke kampus, Bee datang dengan bunga di tangan dan untuk kesekian kalinya terkejut setelah melihat gundukan tanah kedua orang tuanya telah penuh dengan bunga.Pada awalnya beberapa bulan lalu ia tidak begitu memikirkan hal ini karena mungkin ada partner sang Bunda atau teman Ayah yang berkunjung dan menaburkan bunga-bunga tersebut tapi setiap minggunya bunga-bunga itu selalu ada membuat Bee semakin tidak yakin dengan pikirannya sendiri.Bee membungkuk menarik kartu nama toko bunga yang tersemat pada satu buket bunga di depan nisan sang Ayah.Terdapat nomor telepon dalam kartu bertuliskan ‘TWS Florist’ , rasa penasaran membawa Bee menghubungi toko bunga yang mengirim dua buket bunga tulip putih.“Selamat Pagi, TWS Florist ada yang bisa kami bantu?” sapa seorang wanita di sebrang panggilan telepon.“Ha ...
Bee sudah memutuskan untuk mengikuti keinginan Beni dan suaminya dalam topeng Iron Man yang meminta agar ia menjadi istri yang baik dan bisa membawa Akbi menjadi pribadi yang lebih baik lagi agar dapat menjadi penerus Beni dalam memimpin perusahaan.Bagi Bee yang sebatang kara hal itu tidak lah sulit, ia tidak memiliki alasan untuk hidup bila bukan karena rasa syukurnya kepada Tuhan Yang Esa.Jadi setidaknya ia bisa berguna untuk orang lain semasa hidup dan semoga saja pahalanya bisa membawanya menuju syurga. Itu kenapa Bee selalu mengalah dan menahan atau segera melupakan setiap rasa sakit yang diberikan Akbi.“Lo ngelamun?” Bukan pertanyaan Akbi yang menyentak Bee melainkan sebuah kecupan di pipinya sesaat sebelum Akbi bertanya. “Eh hay, gimana presentasinya?” Bee malah balik bertanya membuat Akbi berdecak sebal karena pertanyaannya tidak di jawab oleh sang istri.“Sini aku pijitin!” Bee yang duduk di sofa ruang perpustakaan memiringkan tubuh agar menghadap sempurna ke arah Akb
“Aurystella, mau ikut ke toko buku bareng kita?” Melisa berlari ke arah Bee sambil bertanya demikian.Mendadak Bee menghentikan langkah kemudian menoleh.Beberapa meter dari sana ada Deasy dan Putri berdiri sambil memeluk buku menatap mereka.Ketiga teman sekelasnya itu adalah teman kelompok dalam tugas yang diberikan salah satu dosen mata kuliah.“Em ...,” gumamnya menimbang.Bee tidak langsung menjawab, hari ini adalah hari terakhir ujian dan minggu besok sudah masuk semester pendek.Beruntung Bee mahasiswi yang cerdas sehingga tidak ada satu mata kuliah yang harus ia perbaiki dan selama tiga bulan masa liburan semester pendeknya itu akan ia habiskan magang di salah satu butik.“Ayolah, La ... besok udah libur, enggak ada salahnya kita ngemall dulu sebelum pulang,” ajak Melisa memohon.“Panggil aja Bee, biar enak kedengerannya ...,” pinta Bee bukannya menjawab ajakan Melisa.Karena sejujurnya Bee memang risih mendengar teman-temannya memanggil nama depannya yang memang sulit diucap
“Kenapa sih enggak sama Om Aji?” Akbi bertanya ketika sang istri menceritakan bila ia akan magang di sebuah butik dan memilih butik seorang designer yang terkenal dengan rancangan kebayanya.“Pertama, Om Aji lagi enggak buka lowongan untuk magang ... yang kedua, aku lagi mau belajar bikin kebaya,” Bee menjelaskan.“Tapi gue bisa paksa Om Aji untuk nerima lo.” “Tapi Om Aji spesialisasi gaun, Bi!” “Tapi gue enggak kenal sama designer yang Ibu-Ibu itu, gue enggak bisa nitipin lo sama dia.” Akbi yang mondar-mandir di ruangan Bee berusaha membujuk istrinya agar selama beberapa bulan kedepan magang di butik designer yang dipercaya oleh keluarganya saja karena Akbi merasa nyaman bila mengetahui dengan siapa Bee bekerja.Bee tersenyum kemudian beranjak dari kursi menjait setelah sebelumnya ia memotong benang yang terhubung dari baju dengan mesin.Memasangkannya pada manekin lalu merapihhkannya, sesekali ia menyematkan jarum petul ke baju itu.“Emmm ... apa yang kurang ya?” Bee bergumam sam
Jarum pendek hampir menyentuh angka dua belas ketika Akbi pulang dan tidak menemukan istrinya di dalam kamar.Sudah beberapa hari mereka tidak bertegur sapa semenjak konfrontasi Akbi yang memaksa Bee agar tidak magang di butik lain selain butik langganan keluarganya.Lelaki itu terlalu egois untuk menghentikan perang dingin ini terlebih dahulu sementara Bee terlalu takut menjadi yang pertama memulai pembicaraan dengan Akbi. Apalagi Akbi seakan tidak sudi meminta bantuan Bee menyimpul dasi atau menautkan kancing pada lengan kemeja.Bee lebih memilih menunggu sampai suasana hati Akbi kembali tenang.Selain itu pekerjaan Bee yang kian padat mempersiapkan pagelaran fashion show tunggal dari karya Ibu Aneu membuat mereka semakin sulit mencari waktu untuk bicara.Bee dipercaya Ibu Aneu membuat sketsa yang akan di persembahkan pada fashion show tersebut.Bila karyanya masuk dalam kategori yang diingkan Ibu Aneu maka sketsa tersebut akan Ibu Aneu beli untuk ia wujudkan dalam bentuk nyata dan
“Hai ... sayang!” Anggit menyapa dengan suara merdu dan manja ketika membuka pintu apartemen, kebetulan hari ini ia tidak memiliki jadwal syuting atau pemotretan sehingga meminta kekasihnya berkunjung.Hanya untuk mengetes apakah lelaki itu masih menganggapnya.Tanpa sedikitpun ia berharap, nyatanya Akbi mau memenuhi undangannya.Setelah pagi tadi menemukan foto-foto yang dibuat-dibuat mesra bersama Anggit di ponsel Bee, tentu saja dengan senang hati Akbi mendatangi perempuan itu karena memang ada yang harus ia tegaskan kepadanya.“Kok ketemu aku, muka kamu cemberut gitu?” basa-basi Anggit bertanya demikian padahal akhir-akhir ini setiap mereka bertemu, bibir lelaki itu selalu melengkung ke bawah.Akbi mengembuskan nafas kasar sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa.“Kalau kamu pikir dengan mengirim foto-foto mesra kita akan membuat Bee sakit hati, kamu salah!” To the point, Akbi mengungkapkan kekesalannya.“Perempuan jalang itu lagi!” Anggit menggeram di dalam hati.Sudah bisa menangk
“Belum pulang?” “Astaga Gio, aku pikir siapa!” Bee berseru tapi nada suaranya terdengar lembut.Perempuan itu juga memegang dadanya dengan mata melebar sempurna saking terkejutnya.Di rumah produksi ini hanya dirinya yang belum pulang karena harus membuat list bahan dan perlengkapan penunjang lainnya untuk membuat pakaian hasil rancangannya sendiri.Dari sekian banyak sketsa yang dibuat Bee, ada satu yang sangat menarik perhatian Ibu Aneu dan beliau berniat untuk mewujudkannya.Besok adalah hari berbelanja dan Bee diminta untuk membuat daftar yang harus dibeli sebelum pulang.Gio terkekeh melihat ekspresi Bee yang pucat pasi.“Sebentar lagi aku pulang, masih ada yang harus aku kerjakan terlebih dahulu.” Gio menghampiri Bee yang sedang duduk di kursi meja kerja, ia berdiri tepat di samping Bee untuk melihat apa yang sedang perempuan cantik itu kerjakan.Sementara Bee tidak terpengaruh dan melanjutkan pekerjaannya dengan tekun.“Kamu enggak takut berada di sini malam-malam dengan semu
“Bi,” Bee mengguncang tubuh suaminya.Lelaki dengan sejuta pesona namun tempramental itu memejamkan mata sambil melipat tangan di dada dengan tubuh terbaring pada jok yang telah bersandar sedikit ke belakang. Akbi tidak bergerak ketika panggilan dan sentuhan pertama Bee berikan membuat perempuan itu enggan mengganggu tidurnya.Bee berpikir bila Akbi sudah masuk terlalu jauh ke dalam alam mimpi.Lelaki itu pasti akan marah besar karena dua alasan.Yang pertama adalah karena telah menunggunya berjam-jam dan yang kedua karena Bee telah membangunkannya.Double amarah yang akan Bee dapatkan dan ia harus menyiapkan ekstra mental untuk itu.Bee menatap lamat-lamat suaminya, terdapat kerutan di antara alis Akbi, sepertinya lelaki itu memang sedang sangat marah hingga terbawa dalam mimpi.Tapi mereka harus pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sama lelah setelah satu hari penuh bekerja, apalagi besok pagi-pagi sekali Bee harus kembali bekerja begitupun dengan suaminya.“Bi,” panggil Bee