Suara pintu yang dibuka secara kasar membuat Akbi dan Rani yang sedang terlibat diskusi serius mengenai pekerjaan, menoleh mencari tau siapa manusia tidak sopan yang memaksa masuk ke ruangan.Sosok Anggit muncul dari balik pintu dan keduanya langsung memasang tampang kesal.“Akan saya perbaiki sesuai perintah Bapak, setelah selesai nanti saya kirim lewat email,” Rani berujar sambil membereskan berkas di atas meja.Untung saja diskusinya dengan Akbi memang sudah selesai, jadi Rani tidak perlu menyeret perempuan itu keluar dari ruangan sang Bos.Ia sudah menduga bila Anggit adalah dalang dari perceraian sang Bos dengan sang istri, dan semenjak itu ia membayangkan mengusir Anggit dengan cara menjambak rambutnya.Dari awal Rani memang tidak menyukai Anggit dan lebih menyukai Bee yang ramah dan lembut. Akbi mengangguk memberi tanda bila Rani sudah boleh pergi kemudian berpindah duduk ke kursi kebesarannya, menghiraukan Anggit yang berdiri sambil melipat tangan di dada sambil memandangi fo
Bee terhenyak ketika mendengar suara bell pintu rumahnya berbunyi.Baru tersadar bila sedari tadi ia melamun menatap ruang televisi dengan satu cangkir kopi yang telah mendingin di tangan.Berarti sudah cukup lama ia hanya berdiri mematung di tempatnya hingga kopi yang tadinya panas telah berubah suhu.Ia larut dalam ingatannya tentang Akbi dan si kembar yang sering bermain di ruangan itu.Gelak tawa menggema ketika Akbi dengan kejailannya meniup perut Aarash kemudian Aarav secara bergantian.Ia merindukan kehangatan itu bisa terjadi lagi di ruang televisi rumah pemberian suaminya.Bee menyimpan cangkir kopi tersebut di atas meja makan, melangkah gontai menuju pintu depan mencari tau siapa orang yang sepagi ini mengunjunginya.Ia tidak berpikir bila itu Ibu Aneu atau Jessie, karena tadi malam beliau mengajaknya untuk bersepeda santai pagi ini namun Bee menolak dengan alasan ia harus menyelesaikan kebaya pesanan istri salah satu Mentri untuk acara pernikahan anak artis terkenal minggu
“Pergilah Bee, biar si kembar sama Ibu ...,” kata Ibu Aneu, membujuk Bee agar mau menghadiri pesta pernikahan salah satu anak artis terkenal dengan seorang youtuber.“Ibu aja deh, aku titip salam sama hadiah ...,” tolak Bee secara halus.“Ibu udah males dateng ke acara-acara seperti itu, Bee ... lagian Ibu mau ada tamu sebentar lagi.” Ibu Aneu masih bersikeras membujuk Bee.“Kamu tuh jadi jendes enggak ada semangat-semangatnya sih, Bee ... di sana, kamu bisa cari mangsa, sapa tau ada anak pengusaha macem Akbi gitu yang bisa kamu jadiin suami,” celoteh Jessie membuat Bee memutar bola matanya.“Mana ada yang mau sama emak-emak kaya aku,” Bee melirih, tangannya sibuk mengerjakan salah satu kebaya pesanan keluarga Gunadhya.“Yuk ... sama Gio yuk ke kondangannya, sapa tau kita juga bisa duduk di pelaminan ... nanti,” seloroh Gio yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.Kini Ibu Aneu yang merotasi bola matanya, malas menanggapi sang anak yang sampai saat ini belum menemukan tambatan hati.
Langkah Bee terpaksa berhenti ketika satu tangan kokoh melingkar di pundaknya dan satu tangan kokoh lainnya melingkar di pinggangnya.Bee memejamkan mata saat bibir Akbi menyusuri lehernya memberi banyak kecupan lembut seringan bulu membuat kinerja jantung Bee menaikan tempo.Lelaki itu itu bahkan dengan kurang ajar menurunkan kain brukat di ujung pundak Bee kemudian memberikan kecupan dalam melibatkan lidah hingga tercipta tanda merah di sana.Bee tidak bisa bergerak seberapa pun ia ingin karena tubuhnya terkunci oleh kungkungan pria itu.“Kamu milik aku, Bee ... selamanya akan begitu!” Akbi menggeram, ibu jarinya mengusap maha karya berwarna merah di pundak Bee.“Kamu ngelecehin aku, Bi ... kamu anggap aku apa?” Kalimat tadi tidak terlontar dengan nada ketus atau sinis, lebih terdengar pilu dan terdapat muatan kekecewaan.“Aku anggap kamu wanita yang sangat aku cintai, Ibu dari anak-anak ku,” balas Akbi penuh keyakinan dan penekanan disetiap kata.Akbi berubah pikiran, keegoisan me
“Aku sengaja belajar masak untuk kamu loh, Bi ... aku usaha banget jadi istri terbaik buat kamu,” kata Anggit seraya menyimpan piring berisi lauk-pauk hasil masakannya.Tidak berniat menanggapi, Akbi mengambil satu piring kosong kemudian mengisinya dengan nasi dari dalam mangkuk besar.Baru memasak saja perempuan itu sudah sangat bangga, sedangkan Bee melayaninya dari mulai bangun tidur hingga akan tidur lagi tidak pernah sedikitpun merasa bangga.Bee melakukannya dengan ikhlas semenjak pertama kali mereka menikah padahal saat itu keduanya sepakat hanya bersandiwara dengan pernikahan tersebut.“Mau sampe kapan kamu cuekin aku, Bi?” tanya Anggit sambil menopang dagunya dengan tangan di atas meja.Menatap sang calon suami yang begitu lahap menghabiskan makan malam buatannya. Bukan karena enak tapi agar makan malamnya segera berakhir dan ia bisa secepatnya pergi dari apartemen Anggit.Anggit menghubungi Akbi tadi sore, mengajak makan malam di luar namun pria itu menolak keras.Tidak ing
Akbi merutuki perbuatannya pada Bee sebelum si kembar menangis tadi, Bee pasti akan diam-diam membencinya.Tapi ia tidak menyesali sama sekali dan tampaknya tadi sang mantan istri juga menikmatinya.Bibir Akbi melengkungkan sebuah senyum, satu tangannya pada kemudi dan satu tangannya lagi menumpu pada pintu untuk menopang sisi wajahnya.Ia harus mandi air dingin malam ini agar hasrat yang kadung memuncak bisa kembali turun.“Duh si kembar pake bangun segala lagi, coba kalau enggak ... Mommy sama Daddy ‘kan bisa kangen-kangenan,” gumam Akbi kemudian melipat bibirnya ke dalam menahan senyum.Sesaat kemudian ia baru ingat bila beberapa jam tidak mendengar ponselnya berbunyi.Merogoh saku celana kainnya sebelah kanan, Akbi tidak menemukan ponselnya lalu merogoh saku celana sebelah kiri dan ia juga tidak menemukan benda pipih yang dicarinya.Akbi berdecak sambil menepuk keningnya, merasa bodoh karena baru ingat ponselnya tertinggal di apartemen Anggit.Meski enggan tapi ia harus ke sana m
“Ngapain lo pada?” tanya Akbi yang terkejut saat melihat empat sahabatnya berkumpul di ruangannya.Rapat koordinasi antara para Direktur di bawah kepemimpinannya baru saja selesai.Tidak ada masalah serius dan semua pekerjaan mereka bahkan melebihi apa yang sudah di targetkan.Ternyata bila sesuatu ditekuni secara serius akan membuahkan hasil yang memuaskan.“Ada yang mau kita omongin, Bi ... lo mending duduk dulu.” Ekspresi Gio tampak serius ketika memberitau maksud kedatangan mereka.“Jadi gini, Bi ... gue sama yang lain enggak bermaksud merubah keputusan yang udah lo buat, kita semua tau alasan lo cerai sama Bee dan menikahi Anggit bukan hanya karena ingin menepati janji akan tanggung jawab lo tapi juga biar Anggit enggak ada alasan untuk nyakitin Bee dan si kembar ... seperti yang kita ketahui kalau Anggit perempuan nekat, bisa berbuat di luar bayangan kita.” Kalimat pembukaan tadi diucapkan oleh Zidan dan semua mendengarkan dengan seksama termasuk Akbi yang ekspresi wajahnya tid
“Akbi ... Akbi ... denger aku dulu Akbi ... please, aku mohon!” Anggit berlari menahan Akbi yang baru saja keluar dari lift hendak melewati lobby untuk kemudian memasuki mobilnya yang sudah terparkir eksclusive di depan pintu lobby.Pria yang berjalan sambil memasukan tangannya ke dalam saku celana itu akhirnya menghentikan langkah.“Aku dari pagi nunggu kamu di sini, Bi ... mereka bilang aku enggak boleh ke ruangan kamu, Rani malah bilang kalau kamu enggak kerja hari ini ... tapi aku enggak percaya, Bi ... aku bertahan nunggu kamu di sini, jangan sampai penantian aku sia-sia, Bi ... aku mau jelasin sesuatu sama kamu.” Anggit memohon di balik kaca mata hitam besar untuk menutupi wajahnya agar tidak dikenali tapi itu justru membuatnya menjadi pusat perhatian, di dalam gedung memakai kaca mata hitam? Akbi nyaris menyemburkan tawanya bila saja ia tidak sedang ingin membuat perhitungan dengan perempuan itu.“Ya udah ayo, kamu punya waktu selama perjalanan ke coffeshop, aku mau ketemu k