“Ambil aja, Bee ... itu rezeki, jangan di tolak,” Ibu Aneu memberi saran ketika Bee mengungkapkan permintaan Aura agar dirinya yang membuat kebaya sekaligus gaunnya untuk akad nikah dah pesta pernikahan Zeline.Seperti dugaan Bee, Mama Rena dan Zeline yang mendengar hal itu langsung protes dan meminta Bee untuk membuatkannya juga.Tapi yang akan dibuat Bee adalah gaun pengantin, membutuhkan kerja keras dan extra perhatian khusus.“Kehamilan Bee semakin lama semakin besar, Bu ... Ibu tau sendiri kalau Bee enggak bisa me-manage stressnya ... Akbi takut nanti berdampak pada kondisi psikis dan kehamilannya,” tukas Akbi yang kali ini akan memperjuangkan pendapatnya meski harus dijutekin sang Ibu mertua angkat Bee.Ibu Aneu berdecak sambil memicingkan matanya menatap tajam ke arah Akbi, ia taruh mangkuk besar berisi lauk pauk untuk makan malam mereka di atas meja makan kemudian bergabung di ruang televisi.“Kamu tenang aja, ada Ibu yang bantuin ... pokoknya mereka taunya yang bikin semua it
Akbi menatap langit malam yang bertabur bintang, di halaman belakang rumahnya yang luas itu terdapat kolam ikan.Terdapat mini waterfall memanjang di sepanjang dinding kolam ikan tersebut dan suara gemerecik air selalu bisa membuatnya rileks.Apalagi Bee yang semenjak hamil terlalu overthinking dan tidak bisa me-manage stressnya.Keduanya sering duduk-duduk di sana sambil minum teh setelah makan malam, bertukar informasi mengenai apa yang telah mereka lalui hari ini.Namun sekarang, istri cantiknya itu tidak banyak bicara atau mengeluh tentang pekerjaan akan tetapi menurut laporan yang ia dapatkan dari Jessie bila seharian ini Bee keluar mencari bahan untuk kebaya dan gaun pernikahan Zeline beserta keluarganya.Mendengarnya saja Akbi sudah merasa lelah juga jengkel namun untuk ke sekian kalinya ia harus menekan ego agar terhindar dari pertengkaran apalagi sampai menyakiti perasaan Bee. Saat ini hati Bee begitu rapuh, jiwa tegar dan mandirinya menghilang entah kemana semenjak ia menga
Tiba-tiba saja Bee terjaga, ia bermimpi buruk tapi tidak jelas juga mimpi mengerikan apa yang membuatnya terbangun paksa hingga peluh membanjiri keningnya.Tidak berselang lama, ponselnya yang berada di atas nakas berdering menghasilkan gema di kamar yang luas itu.Ia menoleh ke samping dan tidak mendapati suaminya.Lalu menatap dinding dimana sebuah jam tergantung di sana, pukul dua dini hari yang ditunjukan oleh jam. Oh mungkin sang suami sudah berada di teras dan lupa membawa kunci sehingga menghubunginya.Ia raih ponsel tersebut dari atas nakas dan sedikit terkejut karena nama Zidan tertera di layar.Bukannya sang suami tadi pamit untuk pergi bertemu dengan Zidan?Lalu kenapa sahabat suaminya itu menghubunginya?Apa terjadi sesuatu dengan Akbi?Tiba-tiba perutnya terasa sakit dan jantungnya berdetak kencang, buru-buru ia menggeser icon hijau pada layarnya.“Hallo,” Bee menjawab dengan suara parau.“Bee ...,” panggil Zidan menggantung.“Kenapa, Dan? Apa ada sesuatu terjadi sama Ak
“Akbi,” Bee menggumamkan nama suaminya.Raut wajah cantik itu menunjukan kekhawatiran yang besar meski tidak bisa membohongi semua yang ada di sana bila terdapat perih dari sorot mata Bee setelah melihat Anggit mengecup bibir Akbi.“Baby,” panggil Akbi kemudian menegakkan tubuhnya.Bee melangkah ragu-ragu diikuti Zidan dan Raka padahal tadi ketika ia baru mendengar kabar Akbi dari Zidan, dunia Bee seakan runtuh dan ingin segera berlari menemui suaminya.Ketika kedua lengan Akbi yang terentang menyambutnya saat itu juga Bee memaksa kedua kakinya untuk melangkah lebih mendekat ke arah lelaki itu.Pancaran mata sang suami yang menyiratkan penyesalan dan beribu maaf menjadi alasan Bee untuk terus mengayun langkah tanpa sedikit pun mau menoleh ke arah Anggit yang masih berdiri di dekat suaminya.Tinggal beberapa langkah lagi jarak antara dirinya dan Akbi tapi tertahan oleh tangan Anggit yang menyentuk pundaknya.“Bee, kamu ‘kan lagi hamil ... sekarang kamu pulang aja, serahkan Akbi sama ak
“Heh! Ngapain kamu di sini, keluar sana ... keluar!!” Ibu Aneu berteriak seraya mengibaskan tasnya pada tubuh Anggit yang sedang berbaring di sofa panjang.Wanita paruh baya itu begitu geram hingga membabi buta mengusir Anggit.Pagi sekali dirinya diberitau Jessie bila sang menantu dilarikan ke rumah sakit, maka dari itu buru-buru ia pergi ke rumah sakit sampai melupakan olah raga rutin yang ia lakukan setiap pagi tapi setibanya di rumah sakit malah menemukan betina tidak tau diri itu di ruang rawat menantunya.Anggit mengerjap kemudian mendudukan tubuhnya masih mencari kesadaran setelah direnggut paksa dari alam mimpi. Sementara Akbi dan Bee yang masih tertidur pulas dengan saling memeluk di atas ranjang hydrolick juga tersentak kaget, seketika bangun dari tidur yang baru terlelap beberapa jam lalu.“Ibu Aneu?” gumam Anggit.“Iya, ini saya ... sekarang keluar kamu!” Ibu Aneu berseru geram. “Jessie, seret dia keluar! Saya tidak ingin melihat dia di ruangan menantu saya!” Berhubung
Hati orang tua mana yang tidak sakit melihat rumah tangga anaknya di ambang perpisahan.Sama seperti hati Ibu Aneu yang sakit saat mengetahui Beni justru menyerahkan semua keputusan kepada Bee.Bukan keputusan biasa karena ini menyangkut kebahagiaan dan keutuhan rumah tangga sang anak angkat tersayang.Baru kemarin Anggit melempar hinaan yang seakan mendesak Bee agar segera melepaskan Akbi sementara yang menjadi alasan Bee masih bertahan memperjuangkan rumah tangga dan cintanya adalah Beni.Ibu Aneu tau betul bila Bee sangat mencintai Akbi terlepas dari sikap Akbi yang tempramental tapi kenyataannya lelaki itu telah berubah karena rasa cintanya yang besar kepada Bee.Lalu bila Bee dan Akbi memang saling mencintai, bersedia menerima segala kekurangan dan kelebihan juga mampu menekan ego masing-masing demi kebahagiaan satu sama lain maka sungguh sangat disayangkan bila mereka harus berpisah hanya karena masalah yang timbul dari pihak luar.Lain hal dengan dirinya dan sang suami yang mem
“Tuan sedang beristirahat, jadi saya harap Nyonya tidak mengganggunya dulu ...,” kata Aldo menahan Diana yang akan masuk ke dalam kamarnya.Sekertaris suaminya itu tampak sibuk dengan laptop dan tab saat baru saja ia tiba di lantai tiga.Dan ia juga tidak menemukan Beni di manapun sehingga ia mencari suaminya di dalam kamar dan ternyata dugaannya benar namun ia berang ketika Aldo menghadangnya.“Sejak kapan kamu berani melarang saya? Saya Nyonya di rumah ini dan saya berhak masuk ke bagian manapun di rumah ini justru kamu yang hanya pegawai suami saya dan saya bisa saja mengusir kamu sekarang juga!” Diana berseru geram membalas Aldo yang menurutnya telah lancang.Aldo menunduk kemudian tersenyum tipis, sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan Diana bahkan dibalik senyum tipisnya tersirat secuil penghinaan karena wanita yang telah jelas-jelas berkhianat kepada keluarga pemilik syah rumah ini masih mengaku sebagai Nyonya rumah.“Maaf Nyonya, saya diperintahkan Pak Beni untuk menahan
“Apa Bapak akan memproses laki-laki itu secara hukum?” Aldo bertanya kepada Beni sesaat setelah mereka memasuki ruangan Beni-pimpinan paling tinggi di perusahaan itu.Beni mengembuskan nafas, ia duduk di kursi kebesarannya dengan tampang kuyu padahal sinar mentari yang begitu cerah seharusnya bisa membuat siapa saja bersemangat.Laki-laki yang dimaksud Aldo pasti simpanan istrinya, jujur ia tidak ingin memikirkan itu lagi. Demi apapun hal itu sangat melukai hatinya, ia tidak bisa janji untuk mempercayai Diana lagi setelah pengkhianatan sang istri padanya.Ia ingin lari sejauh mungkin dari masalah ini, jantungnya selalu terasa nyeri bila benaknya mulai memikirkan ke arah sana.“Nanti dia akan berkoar-koar di depan media dan malah akan mencoreng nama baik perusahaan dan keluarga saya,” balas Beni lemah.“Maksud saya karena telah membuat Akbi terluka hingga mengalami gegar otak ringan,” Aldo meralat meski ia tau akan berujung sama karena Beni menjunjung perusahaan dan nama baik keluarga