"Apa ada orang yang dengan sengaja menyuruh kamu, untuk melakukan itu kepada Mayang?! Dan juga memfitnah saya?! Cepat katakan! Sebelum kesabaran saya benar-benar habis! Dan membunuh kamu sekarang juga!" ancamku berteriak dengan menggeletupkan gigi serta mengepalkan tangan. Karena diri ini, sudah dari tadi menahan emosi dan amarah, yang terlalu memuncak kepada sosok pria brengsek yang ada di hadapanku. Sehingga kuku-kuku di jari tanganku menjadi memutih dan urat di sekitar tanganku menonjol ke permukaan kulit.Mendengar ancaman dari atasannya itu, yang sepertinya memang tidak main-main. Membuat wajah Firman sendiri menjadi pucat pasi serta menelan ludahnya sendiri. Apalagi melihat wajah Arman, yang benar-benar sudah berubah bengis. Dengan sedikit bergetar Firman langsung menjawab ucapan Arman tersebut."Se-se-benarnya, sa-sa-ya disuruh oleh seseorang pak Arman. Saya disuruh dan dibayar untuk melakukan pemerkosaan kepada Mayang." Firman yang mencoba jujur mengakui semuanya kepada atas
Saat Cindy mulai mencoba menghubungi Arman sekali lagi, dengan diiringi doa di dalam hatinya. Ia berharap telponnya diangkat oleh atasannya itu. Tapi, di menit pertama, Arman tidak juga mengangkat telponnya. Tapi Cindy mencoba untuk tidak menyerah, ia mencoba untuk menghubungi sekali lagi, untuk yang terakhir kalinya. Tapi disaat panggilan terakhir, tiba-tiba saja..."Hallo...," Ucap yang di sebrang.Mendengar suara dari dalam Handphone, membuat Cindy terkejut senang."Hah!" Dengan sedikit berbisik, Cindy berbicara kepada Irma, dengan senyuman yang merekah."Diangkat, Beib," ucapnya tersenyum senang.Mendengarnya, membuat Irma ikut senang. Dengan menjawab ucapan Cindy, Irma hanya memberikan ucapan jempol kepada Cindy. Dan Cindy pun membalas jempol juga ke arah Irma. Setelah itu, barulah Cindy fokus kembali ke handphone yang saat ini berada di tangannya."Hallo...," Ucap seseorang yang ada di sebrang sekali lagi."Hallo, maaf Pak Arman, ini Cindy Claudia," jawab Cindy yang sedikit deg
Saat mereka ingin pergi makan siang ke kantin, tiba-tiba saja, Arman beserta 2 polisi datang dan berdiri di depan mereka berdua. Melihat kedatangan Arman yang membawa polisi, membuat sang atasan menjadi pusat perhatian seketika di dalam ruangan tersebut.Ditambah lagi, sekarang adalah waktunya karyawan untuk beristirahat dan makan siang. Tentulah banyak karyawan yang berlalu lalang di Lobi kantor itu sekarang.Membuat orang-orang yang ada di sana menjadi heran serta bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Kenapa ada polisi di sini? Tetapi, mereka segan untuk bertanya langsung kepada atasannya itu.Melihat polisi yang dibawa oleh Arman, membuat Cindy serta Irma terkejut dan tanpa sadar, mereka mundur kebelakang, karena ketakutan. Dengan menelan ludah dengan kasar, Cindy bertanya kepada atasannya itu."P--pak A--arman, ada apa ini? Ke--kenapa ada polisi di sini?" Tanya Cindy yang terbata-bata, dengan keringat yang sudah membasahi kening gadis tersebut.Sementara Irma gemetaran berdiri di be
Saat polisi akan melewati pintu keluar, untuk membawa Cindy dan Irma keluar dari gedung tersebut. Tiba-tiba saja, mereka diberhentikan oleh suara bariton seseorang, yang baru saja datang dari lantai atas."Tunggu sebentar!""Berhenti kalian!" Seorang pria yang sudah berumur dengan rambut yang mulai memutih berjalan dengan cepat mendekati mereka.Sesampainya di hadapan kedua polisi tersebut, pria itu dengan cepat menyuruh mereka untuk melepaskan Cindy dan juga Irma."Lepaskan mereka, Pak Polisi. Kenapa mereka di tangkap seperti itu?! Apa kesalahan mereka?! Apa mereka mencuri?!" Tanya Pak Indra yang terkejut melihat dua karyawannya digiring oleh para polisi tersebut.Mendengar suara bariton dari Pak Indra, Irma pun terlihat sangat senang. Dengan cepat dia melepaskan diri dari pegangan polisi tersebut. Dan berlari secepatnya ke arah atasan yang lebih tinggi jabatannya itu dari Pak Arman sendiri."Pak Indra! Pak Indra, tolong kami Pak! Kami tak mau ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjar
"Bukankah semua kejadian itu, sudah berlalu Pak Arman. Sedangkan Mayang sendiri, yang selaku korban tidak tahu entah dimana sekarang? Tetapi Anda, yang bukan siapa-siapanya, malah mengungkit dan memperkarakannya.""Apa segitu sepinya kehidupan Anda, sehingga mencari kesibukan seperti ini, Pak Arman. Lebih baik, Anda mencabut kembali tuntutan itu sekarang, dan melupakan semuanya. Mungkin saja, saat itu, mereka hanya bercanda kepada Mayang. Atau sebatas kekilafan saja dan mereka hanya iseng belaka. Karena, setahu saya, mereka itu sudah berteman lama," ucap Pak Indra yang sengaja membela mereka, karena teringat akan ucapan Irma selama ini, yang mengaku berteman dengan Mayang. Lagipula, Pak Indra tidak rela melihat kekasih gelapnya itu masuk penjara. Jadi bagaimanapun, dia harus bisa menggagalkannya. Dan dia tidak peduli, kalau memang benar kejadian tersebut.Mendengar ucapan laki-laki di hadapannya, membuat Arman makin geram dan tersenyum sinis menanggapinya."Jangan karena salah satu d
Sesampainya di luar kantor dan mereka hendak menaiki mobil polisi tersebut. Mereka malah dikejutkan oleh seseorang yang lebih dulu berada di dalam mobil itu, dengan dijaga oleh 2 orang polisi pula."Kamu?!" Ucap Cindy dan Irma terkejut berbarengan. Sementara, orang tersebut, tidak merasa terkejut melihat mereka berdua. Karena sudah tahu, mereka juga akan ditangkap seperti dirinya.Karena melihat pekerja tersebut, membuat Cindy dan Irma makin cemas dan gelagapan seketika. Karena setelah tertangkapnya pekerja tersebut, maka semakin kuatlah semua bukti-bukti yang mengarah kepada mereka. Karena mereka memanglah dalang di balik percobaan perkosaan terhadap Mayang.Jadi, apa yang mereka lakukan pada saat itu, akan ketahuan semuanya. Otomatis untuk masuk penjara sangatlah jelas. Sedangkan untuk bebas, tidak ada jalan keluarnya bagi mereka.Ya, orang tersebut adalah Mila, teman satu profesi dengan Mayang, yang menjadi buruh di bagian lahan sawit. Teman yang mengkhianati Mayang.Mila adalah k
"Kalian pikir, orang seperti saya ini, takut dan tunduk sama gadis-gadis bodoh yang sok cantik dan sok kaya seperti kalian ini. Saya tidak pernah takut dengan kalian. Kalau bukan karena uang kalian, mungkin sudah dari dulu, saya hajar kalian dan menjambak wajah kalian yang sok kecakapan itu!"Degh!Mendengar ucapan dari Mila, wanita yang dianggap bodoh selama ini oleh Cindy dan Irma. Membuat nyali mereka menciut seketika. Dan tanpa sadar, mereka mundur ke belakang dengan berlahan.Melihat reaksi yang diberikan oleh kedua perempuan di depannya, membuat Mila tersenyum menyeringai."Kenapa kalian jadi mundur begitu? Apa kalian jadi takut dengan saya? Bukankah kalian tadi ingin menghajar saya? Ayo silahkan hajar saya sekarang, tapi ingat! Jangan salahkan saya, kalau tiba-tiba wajah kalian yang cantik itu, akan rusak dengan tangan saya ini." Mila yang mencoba memperingati mereka dengan memperlihatkan kepalan tangannya ke arah kedua gadis tersebut.Mendengar dan melihat kepalan tangan Mila,
Saat melintasi Lobby kantor dan melihat 2 orang yang mengisi bagian Resepsionis, membuat Pak Indra sedikit terkejut. Dengan cepat, Pak Indra melangkah dan mendekati Meta dan Santi. Setelah sampai di depan Resepsionis, Pak Indra pun bertanya kepada mereka."Siapa kalian? Kenapa kalian berada di sini?" Tanya Pak Indra heran."Maaf, Pak Indra. Perkenalkan, nama saya Meta Wulandari dan teman saya ini bernama Santi Sri Rahayu. Kami adalah karyawan yang di tempatkan di bagian resepsionis. Dan kami merupakan pengganti dari Ibuk Cindy dan Irma yang ditunjuk oleh Perusahaan, " ucap Meta menjelaskan."Apa?!" Teriak Pak Indra terkejut, beliau tak menyangka, begitu cepat posisi kekasihnya diganti oleh orang lain.Dengan perasaan geram, Pak Indra bertanya kepada mereka."Kenapa tiba-tiba saja Perusahaan menggantikan posisi Irma dan Cindy dengan kalian? Mereka masih menjabat sebagai Resepsionis di sini! Karena mereka tidak dikeluarkan dari Perusahaan ini! Siapa yang menyuruh kalian menggantikan po
Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia
Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma
Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi
"Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu
"Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende
"Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi
Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag