Theresia kemudian menemui tukang rambutnya dan sekarang dia langsung melakukan pemotongan. Di sini lain, Rona yang melihatnya terlihat begitu menyayangkan akan hal itu sehingga dia terlihat seperti sedang patah hati. Selama pemotongan rambutnya berlangsung, tidak lama kemudian dia melihat beberapa artikel berita mengenai kejadian kemarin dan itu sudah tersebar ke banyak pihak. Mereka banyak yang mengatakan bela sungkawa atas kejadian tersebut dan mendoakan mendiang. Theresia yang masih harus melupakannya kini dia memotong rambutnya sebagai pertanda bahwa dia sudah move on. Setelah selesai, dia kemudian berpamitan dengan Rona dan pulang ke dari sana dengan suasana yang baru. Dalam perjalanan, dia melihat gaya rambutnya yang membuatnya semakin percaya diri dan menunjukan sisi dia yang lain yang terlihat begitu girl crush di bandingkan dengan sebelum dia memotong rambutnya itu.
Kali ini. Di tempat yang merupakan sebuah kota di sebelah kota ini. Di sana terdapat sebuah tempat ya
“Ini membuatku gila saja.”“Pikirkan dengan hati-hati. Kau tidak harus terburu-buru.”“Aku sudah tahu. Tapi, ini menyebalkan.”“Memangnya keluargamu serumit itu?”“Ya. Sangat rumit sampai aku tidak habis pikir. Karena situasi itu lah semuanya menjadi seperti ini dan bahkan aku yang tidak seharusnya begini menjadi seperti ini.”“Hey, kau sudah mabuk.”“Ah, sialan.”Theresia hanya mendengarkan isi kepalanya Alice dan ternyata waktu semakin singkat saja. Tidak terasa sudah mulai malam lagi. Dia melihat Alice yang seperti itu dan tentunya merasakan perasaan yang sama ketika dia mengalami masalah dengan keluarganya saat itu. Alice terus meneguk alkoholnya dan kemudian dia pergi ke toilet untuk memuntahkan semuanya. Theresia yang masih ada di sana dan dengan santainya duduk sambil meminum minumannya itu. sebelumnya, dia sudah mengira bahwa Alice memang sedan
“Sudah ku duga kau akan mengatakannya seperti itu. padahal aku baru saja berteman dekat denganmu. Payah.”“Sudahlah. Bukankah itu keputusan yang tidak akan bisa di ganggu gugat?” ucap seorang pria yang berada di depan Alex yang sedang meminum beer.“Maafkan aku semuanya. Ini memang keputusan yang mendadak. Jujur saja, aku juga senang bekerja bersama kalian semua di sini. Banyak hal yang ku pelajari.”“Wah, kata-katamu itu sungguh membuatku sesak.”“Iya. Kami juga merasakan hal yang sama sepertimu Alex. Kami menghargai keputusanmu itu.”“Mau bagaimana lagi aku juga menghargainya.”“Nah, sekarang lebih baik kita nikmati saja makanannya dan jangan memikirkan hal yang lain.”“Oke.”‘Terimakasih banyak semuanya,’ batin AlexMereka yang sedang mengadakan pesta itu kemudian berubah menjadi pesta perayaan perpisahan atas r
“Apa yang kau lakukan di situ?” tanya Michael kepadanya“Diam. Jangan berisik.”“Apa orang-orang itu mencarimu?”“Iya. Mencari siapa lagi memangnya. Pokoknya jangan berisik.”“Aku tahu. Oh iya, sebaiknya kau lewat sini,” ucap Michael yang kemudian menunjukan sebuah jalan yang aman untuk mereka lalui.“Apa keluargamu selalu seperti itu?” ucap Michael lagi kepadanya.“Ah, iya.”“Kau hanya diam saja. Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?”“Tidak ada. Aku hanya menghindari mereka saja. Akan merepotkan jika mereka berhasil menangkapku.”“Kau akan di pukuli?”“Lebih parah dari itu. mungkin saja aku bisa mati.”“Tunggu, memangnya kau ini kenapa?”“Apanya?”“Bagaimana bisa mereka memperlakukanmu seperti itu? apa setiap hari selalu seperti itu
Semua orang terdiam dan sekarang dia berjalan di sekitar koridor rumahnya dan kemudian dia melihat komputernya yang ada di kamarnya yang terbuka. Rupanya beberapa menit yang lalu mereka sudah menggeledah kamarnya dan memang tidak di temukan narkotika atau apa pun di sana. Melihat reaksi mereka yang sudah seperti berada di neraka membuatnya harus pergi dari sana dan menemui seseorang. Ketika Jay hendak pergi menuju ke rumahnya Michael dia tidak sengaja berpapasan dengan Alice yang terlihat baru saja pulang dari les. Reaksinys sangat terkejut melihat dirinya yang babak belur dan kemudian mengobatinya. Jay yang merasa canggung akan hal itu mencoba untuk tetap tenang seperti biasanya.“Apa kau berkelahi? Kenapa bisa sampai seperti ini?” tanya Alice sambil mengobati lukanya itu.“Ah, iya. Aku berkelahi dengan temanku.”“Kau sebaiknya mengehentikan itu. atau kau bisa saja mati.”“Iya. Kau benar.”“Tun
“Sudah ku duga, reaksinya akan seperti ini,” gumam JayNoel dan Pihip yang sekarang masih berada di markas itu mereka masih terdiam karena terkejut dengan apa yang sebelumnya di katakan oleh Jay. Saat ini mereka mulai bersiap untuk pulang karena hari sudah semakin larut malam. Seketika Noel mengatakan sesuatu kepada Philip yang saat ini sedang bersama dengannya itu.“Ini gila. Sepertinya aku akan merubah pandanganku terhadapnya,” ucap Noel“Ah, kurasa kita memang seharusnya seperti itu.”“Dia berbakat dan jenius jadi akan menguntungkan kita. Terlebih lagi dia memiliki koneksi dengan mereka.”“Tidak sia-sia aku menghubunginya. Meski awalnya hanya penasaran saja.”“Rupanya aku harus berterimakasih karena kau sudah mengundangnya.”“Jangan terlalu di pikirkan. Ini adalah awal.”“Ya, kau benar. ngomong-ngomong apa kau sekarang berkencan?”
Saat ini Alice di hadapkan akan kenyataan yang rumit. Semua yang terjadi seperti tidak pernah bisa di bayangkan sebelumnya dan itu membuatnya meraskaan kemarahan yang tiada hentinya. Liliy yang melihatnya seperti itu kemudian dia mencoba untuk menghiburnya dan mengajaknya ke beberapa tempat yang menarik di kota tersebut untuk menghilangkan rasa frustrasi yang ada di dalam dirinya itu. Alice yang terlihat terdiam namun suram itu kemudian melihat ke arah Lily dan kemudian dia mengatakan sesuatu kepadanya namu tertahan. Alice yang terlihat tidak baik-baik saja itu kemudian di bawa oleh Lily ke suatu tempat berharap agar moodnya kembali bagus. Ketika mereka sudah sampai suatu tempat, akhirnya mereka mengunjungi sebuah restoran daging dan mulai memakan makanan yang ada di sana. Tidak lama setelahnya, dia kemudian pergi ke rumahnya Lily dan sesampainya di sana dia melihat suasana rumah yang terlihat sepi dan berada di kaki bukit di daerah tersebut. Di saat yang bersamaan, rupanya hujan tu
“Kalau begitu apa sekarang yang kalian inginkan?” tanya Alice. Pertanyaannya itu langsung membuat Lily terdiam untuk sesaat. “Sebenarnya, tidak ada yang kami inginkan.” “Benarkah?” “Iya. Tentu saja. Tidak sepantasnya mengatakan keinginan kami kepadamu.” “Berhenti berbohong.” “Apa?” “Aku sudah tahu dari caramu mengatakan semuanya. Kau hanya mengatakan beberapa hal yang memang seharusnya ku ketahui bukan? Jadi apa tujuanmu ingin menemuiku selain omong kosong tadi?” “Ah, ternyata ketahuan ya. Padahal aku tidak ingin berdebat denganmu tapi apa boleh buat jika itu maumu.” “Ayolah. Kau tidak seperti biasanya Lily. Ucapanmu di telepon memang terlihat tulus. Tapi kenyataannya salah besar ya.” ‘Apa aku harus memberitahunya? Sial. Antoni seharusnya dia mengatakannya sendiri dan kenapa malah melibatkanku,’ batin Lily “Apa yang sebenarnya terjadi?” Pembicaraan yang semakin lama semakin membuatnya terasa begi
Beberapa saat yang lalu, Antoni mendapat sebuah pesan mengenai kompetisi yang akan di lakukan olehnya itu dan ternyata itu semua bukan main-main sehingga membuatnya harus berada di posisi yang menguntungkan baginya. Saat ini dia sedang serusaha keras dan tentunya memerlukan bantuan juga dari orang lain. salah satu orang yang bisa membantunya hanya orang yang ada di depannya ini. Meski kadang terlihat tidak meyakinkan. Namun, dia justru sangat ahli. Saat ini, Antoni yang sedang berada di rumah temannya itu kemudian dia melihat ponselnya yang berbunyi. Tidak lama setelahnya, dia mulai mengeceknya dan ternyata itu adalah panggilan dari Alex. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut dan kemudian berbicara dengannya melalui panggilan telepon.“Halo, kak. Ada apa?” ucap Antoni dengan sedikit keras kepadanya“Kau sekarang ada di mana?”“Ah, aku berada di rumah temanku. Memangnya ada apa?”“Sekarang aku sudah berada