Alice dan Theresia pada malam harinya, mereka berdua terlihat sedang berada di sekitar kota. Tempat yang cukup ramai dan itu memberikan sebuah kesan yang cukup bagus di mata mereka berdua. Tidak lama setelahnya, Alice melihat sebuah toko perhiasan yang terlihat cantik dan dia langsung datang menghampiri ke dalam toko tersebut. Di dalamnya berisikan banyak perhiasan yang terbuat dari mutiara. Mereka berdua yang melihatnya dengan tatapan yang seakan terpana. Theresia kemudian membeli salah satunya dan begitu juga dengan Alice. Mereka berdua sangat menikmati waktu belanja dan hingga akhirnya sampailah mereka di sebuah restoran yang menyajikan BBQ. Di tempat tersebut, mereka berdua terlihat begitu bahagia dan memesan beer. Liburan kali ini memeberikan kesan yang luar biasa dan mereka besoknya akan pergi lagi ke sebuah tempat yang merupakan pulau kecil yang tidak jauh dari pantai sebelumnya. Malam yang terlihat indah di hiasi oleh bintang-bintang memberikan suasana yang begitu nyaman. Al
Tidak lama setelahnya, Theresia kemudian merasa pusing dan akhirnya dia memuntahkan isi perutnya. Di sana, ada beberapa orang yang melihatnya dan ternyata reaksi mereka terlihat biasa saja. Theresia yang merasa malu kemudian dia bersembunyi. Alice yang melihatnya seperti itu seketika semakin khawatir karena perjalanan baru saja di mulai. Ada beberapa menit lagi sehingga mereka harus bertahan untuk sementara di atas kapal yang membuatnya nyaris mabuk laut. Theresia kemudian duduk dan sekarang dia terlihat lemas. Berbeda dengan sebelumnya yang ceria dan bersemangat. Alice memberikannya minum dan juga obat penghilang mabuk laut. Tapi itu semua tidak mempan dan dia terlihat semakin menderita. Tinggal sedikit lagi, dan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Sebuah pulau yang di isi banyak batu karang membuat pemandangannya sangat indah. Semua orang yang berada di kapal tersebut tidak lama kemudian mereka turun. Theresia yang merasa lega akhirnya dia bisa bernafas tanpa harus merasakan
“Tentu saja aku tahu. Dia yang mengatakannya sendiri.”“Apa?” ucap Marchell dengan terkejut“Kau terkejut? Sekarang apa yang akan kau lakukan? Haruskah aku yang memberitahukanya?”“Sudah ku bilang hentikan.”“Kau ini memang...”“Adeline.”“Astaga.”“Hey, Marchell apa dagingnya sudah matang? Cepat berikan padaku,” ucap Billy“Iya. Tunggu sebentar.”“Wh, lihatlah ini sepertinya enak.”“Jangan terlalu memikirkan apa yang ku katakan tadi,” ucap Adeline lagi“Aku sudah tahu. Kau menang sifatnya seperti ini. Jadi bukan masalah.”“Baguslah jika kau sadar.”Marchell yang merasa tertampar akan kenyataan yang baru saja di katakan oleh temannya itu membuat
Ke esokan harinya, mereka langsung berkemas dan bersiap untuk pulang. Beberapa barang yang di beli sebagai hadiah rupanya langsung di masukan ke dalam koper dengan cepat. Alice yang sudah mulai merapikan barangnya itu dan sekarang mereka berdua sudah selesai berkemas. Setelah itu, mereka pergi menuju ke stasiun untuk berangkat. Di sana, ternyata kebetulan jadwalnya masih sempat sehingga mereka bisa langsung pulang saat itu juga. Perjalanan yang cukup panjang di mulai kembali. Alice mencoba untuk menenangkan dirinya dan begitu juga dengan Theresia yang terlihat sedang mulai tertidur karena dia memang seperti itu orangnya. Kali ini di kediaman Alice. Antoni yang sedang sibuk mengerjakan proyeknya itu membuat dirinya merasa stress dan kemudian mengumpat. Tidak lama setelahnya dia memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu dan pergi ke suatu tempat untuk menyegarkan pikirannya. Sesampainya dia di kedai kopi tempat temannya itu bekerja paruh waktu, dia kemudian bersantai utuk sejenak.
Setelah itu, mereka berdua pergi terlebih dahulu ke rumahnya dan tidak lama setelahnya mereka berdua sudah berada di depan pintu rumahnya Grace. Di sana, Alice menekan bell rumahnya dan ternyata tidak kunjung ada jawaban. Dia juga sudah menghubunginya tapi ponselnya mati. Mereka berdua merasa frustrasi di buatnya hingga akhirnya pergi dari sana dan menuju ke sebuah bar. Alice yang merasa ada sesuatu yang aneh dengan Grace dia kemudian mengatakannya kepada Theresia yang ada di depannya itu. Tapi, dia hanya mengatakan kata-kata positif dan itu seketika membuat Alice merasa lega dan sekarang dia sedang minum-minum di bar khusus perempuan. Hari pun mulai larut malam. Setelah mereka berdua selesai dari bar, rupanya Alice harus segera pulang. Dia sekarang sedang dalam perjalanan untuk pulang. Begitu juga dengan Theresia yang juga ikut pulang. Satu minggu kemudian. Rupanya di hari ini pun mereka tidak kunjung mendapatkan kabar dari Grace. Meski begitu, dia juga tidak bisa mencari k
“Memang benar. tapi mau bagaimana lagi.”“Apa yang di katakan dokter? Apa dia bisa sembuh?”“Dokter hanya mengatakan kondisinya saat ini masih belum baik jadi akan lebih bagus jika terus menjalani pengobatan.”“Berapa lama pengobatannya?”“Soal itu, dokter tidak mengataknnya. Yang jelas pasti sampai kondisinya membaik.”“Semoga saja dia cepat sembuh.”“Iya. Aku juga berpikir yang sama. Seandainya dia tidak seperti ini, tidak akan ada yang bersedih.”Grace yang tersenyum kepada Alice itu seketika dia langsung menutupkan matanya dan tertidur. Selama ini, Alice memang sudah mengetahui sebagian dari rahasianya. Dan lagi dia sebelumnya mengatakan akan bertahan hidup walau bagaimana pun juga dan ternyata maksud dari perkataannya adalah ini. Sekarang Alice duduk di samping Theresia dan mereka terlihat termenung begitu mengetahui keadaan temannya saat ini. Sel
Alice kemudian mematikan panggilannya itu dan sekarang dia kembali tidur. Beberapa jam kemudian, Theresia kini sudah berada di depan rumah sakit dan langkah kakinya perlahan memasuki tempat tersebut. Begitu dia memasuki rumah sakit dan menuju ke ruangan di mana Grace berada. Saat ini dia merasa harus bertemu dengannya dan itu ada di dalam pikirannya. Theresia membawa bucket bunga berwarna putih dan begitu dia hendak menaiki tangga, dia mendapatkan sebuah pesan dari seseorang. Dia melihat nomor ponsel yang tidak di kenal itu dan kemudian berusaha untuk menghubunginya. Hanya menunggu beberapa menit sampai di angkat oleh orang tersebut dan kemudian ai mengangkat panggilan dari Theresia itu. Dia dengan perlahan mengatakan sesuatu.“Apa ini kau Theresia?” tanya orang itu kepadanya“Ya. Ini dengan siapa?”“Lama sekali tidak menelpon. Apa kau sekarang ada waktu?”“Apa? memangnya siapa kau?”“Hah, kau m
Jay langsung meninggalkan Theresia yang ada di sana. Dia terlihat sedang kesal dan mencoba untuk tetap waras. Apa yang baru saja di katakannya itu memang membuatnya sangat frustrasi hingga membuatnya sekarang ini menghabiskan banyak sekali alkohol di sebuah bar. Bartender yang mencoba untuk menghentikannya ternyata tidak mempan. Theresia terus mabuk hingga kesadarannya nyaris hilang. Sementara itu, beberapa jam yang lalu tepatnya di markasnya Noel. Mereka bertiga sedang mendiskusikan mengenai hacking yang akan di targetkan untuk salah satu jaringan bandar narkotika tersebut. Mereka sudah mencari banyak informasi dan begitu mendapatkannya, rupanya Jay sangat terkejut karen orang yang menjadi bandarnya itu tidak lain adalah orang tuanya Theresia. Mereka berbisnis barang terlarang tersebut karena mendapatkan sebuah perintah dari seseorang yang tidak lain adalah keluarganya Jay. Dia yang mengetahui kenyatatan itu kemudian tidak berhenti mengumpat dan kemudian dia mengutuk semua itu. Noe
Mereka yang sudah berusaha dengan baik kemudian pergi keluar ruangan tersebut dan mereka merasa lega. Namun, tidak lama setelah tindakan yang terlihat seolah berhasil itu rupanya hanya sebuah kebetulan semata. Sekarang denyut jantung Grace yang sebelumnya sudah normal kembali perlahan mulai melemah dan akhirnya berhenti. Alex yang masih ada di depan pintu ruangan itu dan hendak keluar, dia kemudian terkejut karena hal tersebut dan langsung bergegas ke arah pasien kemudian melihat apa yang terjadi. Dirinya langsung terdiam dan suster yang ada di sana juga sangat terkejut. Grace yang merupakan pasien komplikasi syaraf ini dinyatakan meninggal dunia pada malam itu.“Mustahil,” gumam AlexMalam yang terasa sunyi ini membawa kabar duka yang mendalam. Tepat pada tengah malam, Grace dinyatakan meninggal dunia karena komplikasi penyakit yang di deritanya selama ini. Di balik kehidupan yang di jalaninya, dia menyimpan rasa sakit yang mendalam seorang diri hingga akh