Sebenarnya aku sudah pasrahkan diriku untuk kemungkinan yang akan terjadi kedepannya, aku sudah siap jika suatu hari wanita itu akan datang dengan bukti tes DNA bahwa Mas Hamdan benar-benar telah menidurinya. Tapi meski ada sedikit keraguan di hatiku namun apapun bisa saja terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan.Meski suamiku sudah berusaha untuk melindungi dirinya tapi yang namanya laki-laki ada kalanya mereka mungkin akan tergoda dan tidak kuasa menahan pemandangan dan pesona yang ada di depan mata. Mungkin saat itu dia sudah berusaha untuk menjaga diri tapi kelicikan Haifa telah berhasil membuat dia bertekuk lutut dan berhasil menjamah tubuhnya.Aku tahu bahwa Wanita itu telah meletakkan sesuatu di dalam minuman suamiku, jika tidak begitu, mana mungkin Mas Hamdan tiba-tiba jatuh pusing dan ketika bangun dia telah mendapati dirinya di sebuah klinik. Kapan dan bagaimana Haifa melakukan sesuatu dengan begitu cepat, sementara timelinenya sangat sempit.Seingat Mas Hamdan dia minum kopi b
(Kalau begitu telepon saja aku agar kita bisa bicara dengan jelas tidak perlu berjumpa karena itu akan buang waktu aku akan mendengarkan semua keluh kesahmu dan mencoba mencari solusi bersamamu.)(Apakah kau yakin ingin cari solusi denganku?)(Saat ini pikiranku sedang sangat jernih jadi aku mau bicara denganmu, silakan telepon aku sekarang!)Ya, sepertinya harus demikian, wanita pengecut itu tidak akan berani untuk menemuiku, pun dia tidak akan bisa menghadapi tuntutan Mas Hamdan. Meski wanita itu mengaku sudah ditiduri Tapi sampai hari ini dia belum juga melakukan visum untuk membuktikan bahwa suamiku sudah melakukan hal yang tidak senonoh pada dirinya, atau dalam tanda kutip memaksanya. Sesekali ia bilang terpaksa, tapi, di kali yang berbeda, ia bilang bahwa hubungan yang terjadi atas dasar suka sama suka. Kalau begitu aku sendiri bingung sebab Mas Hamdan mengaku bahwa dia tidak ingat apa-apa selain dari rasa pusing yang benar-benar menggelayuti kepalanya.*"Halo, kuucapkan sapaan
"Jujur saja aku tidak bisa membuktikannya dengan cara ilmiah karena itu akan mempertaruhkan martabatku, tapi, aku berharap ia ingat.""Sesungguhnya kamu beruntung, dari sekian wanita di dunia ini, mungkin hanya beberapa orang yang bisa diajak bicara dengan baik-baik seperti ini. Setelah perlakuan yang terjadi padamu dan suamiku, sejujurnya aku benci untuk membahas apapun denganmu Tapi ya demi kemaslahatan semua orang Aku rela menanggalkan ego," jawabku perlahan."Aku juga harus mendapatkan hakku setelah apa yang didapatkan Mas Hamdan.""Jujur saja, aku ragu. Sudah dulu ya, aku harus melayani suami, dia terdengar sudah datang,"jawabku."Lihatlah, kau beruntung dengan keistimewaan itu, kau bisa melayaninya dengan leluasa padahal dulunya kau hanya pelayan rumah itu."Maksud dirinya jelas ingin menghinaku, tapi, aku tak akan menempatkan pemikiranku sejajar dengan pemikiran orang seperti dia. Benar kata pepatah bawa kedewasaan dan kebijaksanaan tidak selalu diukur dengan umur dan tingkat p
Sungguh pahit perasaan ini ketika menyadari bahwa ibu telah mengambil keputusan, aku tidak bisa menahan tangis dan kesedihan sehingga makan malam kali itu tidak bisa ku nikmati. Aku ke kamar dan menangis pilu sementara Mas Hamdan tidak sedang berada di rumah. Andai Dia ada di sini tentu aku akan memberitahunya dengan detail bahwa ibu akan menikahkan Dia segera dengan mantan kekasihnya yang dulu.Aku tidak bisa menyalahkan Ibu karena beliau juga sedang menjaga martabat keluarga dan harga diri dirinya dan mendiang suaminya. Dia tidak mau keluarga kami menanggung rasa malu dari cibirin sementara sebelumnya kami adalah orang-orang yang dihargai oleh masyarakat dan komunitas. Aku juga tidak berdaya kalau begini. Aku tak bisa melawan kehendak ibu mertua. Aku merasa berhutang Budi padanya karena dia sudah menerima kehadiranku menjadi anggota keluarga juga menyayangi anak-anakku dan memperlakukan mereka tidak berbeda dari Icha. Mereka juga menjamin pendidikan Erwin dan Vito, juga diriku yang
"Begini, sudah terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan hingga membuat wanita itu dan ayah tiri kalian harus menikah dalam waktu dekat.""Sesuatu yang tidak diinginkan itu maksudnya apa Bunda? Kenapa banyak sekali sesuatu yang terjadi di dalam keluarga ini Namun kita tidak pernah menyadarinya? Kenapa Bunda tidak pernah bercerita?""Aku tidak ingin kalian terbebani dan merasa sedih. Aku hanya ingin memberitahu bahwa mulai sekarang akan ada situasi baru di rumah ini.""Jadi Bapak Hamdan tetap akan menikahi wanita jalang itu,. Astaga, entah berapa kali aku melihat dia menggoda paham dan namun aku tidak menyampaikannya kepada Bunda. Di acara pesta kebun kemarin dia terus mepet dan mendekat pada pak Hamdan. Kayak minta perhatian.""Entahlah sayang, kenyataannya begitu.""Astaga, lalu bunda akan bagaimana? Cerai? Apakah bunda akan menyerah dengan keluarga bahagia kita.""Entahlah.""Bahagia itu kita yang buat dan pertahankan bukan orang lain! Kalau Bunda tidak bisa jadi petarung maka bunda
"Bunda, Apakah Bunda sudah gila mau menerima pernikahan yang sudah diatur dari awal, ini hanya rencana mereka agar Bunda tidak berdaya untuk menerima permintaan mereka?!" Erwin anakku langsung mendatangi diri ini ke kamar dan berkata seperti itu."Lalu, bunda bisa apa?" Aku yang sedang duduk dan memegangi pigura foto pernikahanku dengan mas Hamdan sempat menangis namun segera menyeka air mata ini dengan tangan."Lihatlah, bunda pasti habis nangis memikirkan ini!""Tidak juga....""Jangan pura-pura tegar padahal bunda sangat rapuh dan bersedih. Kalau begini ceritanya Apa bedanya dengan Bunda bertahan dengan ayah, Kenapa hidup Bunda selalu dipenuhi penderitaan?""Tidak masalah ini hanya rangkaian ujian Tuhan pada Bunda. Tuhan ingin menempa Bunda agar jadi lebih kuat dan tangguh menghadapi badai. Jangan khawatir bunda akan baik-baik saja target untuk bunda adalah menyekolahkan kalian sampai tinggi tidak apa Bunda bertahan dengan cara seperti ini.""Jangan jadikan uang dan kesejahteraan
"Tidak mungkin Om Hamdan adalah pria religius yang sangat mempertahankan prinsip dan moralnya. Apa apaan ini? Tidak ada Kak ide yang lebih kreatif dari itu agar dia bisa terdengar masuk akal dan kami bisa menerima pernikahannya dengan ayah tiri kami?""Itu sudah terjadi?""Apakah ada bukti mereka tidur berdua dan bersetubuh?""Ada bukti foto ketika mereka berdua saling memeluk, namun ketika kutanya mas Hamdan tidak begitu ingat kejadiannya dengan detail. Dia hanya bilang dalam keadaan tidak sadar dan lupa segalanya.""Kalau begitu ..." Erwin nampak berbinar dan segera meraih kedua bahuku lalu menggenggamnya kuat."Om Hamdan tak salah, dia tidak bisa mengingat kejadiannya karena kejadian itu memang tidak terjadi. Mungkin wanita itu hanya menjebaknya dan mengambil sebuah foto.""Entahlah ... bunda tak mengerti," ucapku galau."Lihat, bunda sendiri galau, jika Bunda tidak yakin, jangan berikan izin, jangan konyol.""Baiklah, Bunda akan jelaskan, begini, kalau bunda tidak izinkan, maka ke
Sekarang di sinilah kami berdiri, berbaris di depan rumah Haifa sambil tetap memegang kotak seserahan yang ada di kedua tanganku. Erwin yang tetap merasa tidak senang dengan apa yang terjadi tetap gigih mendekat dan mempengaruhiku."Bunda, bunda yakin?""Ya.""Aku kita cegah ini terjadi.""Terlambat untuk mengharap keajaiban," jawabku sambil tersenyum tipis."Tapi kemungkinan tetap ada.""Semoga saja, tapi ... wanita itu sudah terlanjur mengaku ditiduri, terlambat untuk memperbaiki.""Apakah dia mengaku hamil pada nenek?""Kuyakin dia mengatakan bahwa ada kemungkinan dia mengandung anak Mas Hamdan pada Ibu Syaimah," jawabku."Halunya ketinggian," gumam Erwin, "aku masih gak yakin, Bapak Hamdan akan melakukan hal bodoh.""Siapa yang mengira bahwa kejadian semacam ini akan terjadi, sudahlah, kembalilah ke belakang ayahmu dan dukung dia. Kita harus bersikap baik," jawabku sambil mendorong anakku agar kembali ke barisan belakang."Astaga, aku tidak percaya dengan ini ...."*Duduklah kam
Mendengar ucapan Mas Hamdan yang sangat lugas tentu saja ibu mertua merasa tidak enak kepada calon menantunya yang kini menangis tersedu dan putus asa ibu mertua segera bangkit dan mencegah mas hamdan melanjutkan perkataannya sambil mendekati Haifa dan merangkul wanita itu."Cukup Hamdan, cukup!""Ibu, biarlah Haifa tahu kenyataan sebenarnya agar dia tersadarkan dan bisa membuka hatinya untuk cinta yang baru. Wanita itu adalah wanita yang cantik dan sukses, dia bisa dapatkan laki-laki manapun yang dia inginkan.""Sudah cukup Mas, Kamu sudah menikah jantungku dengan kalimat-kalimatmu ucap wanita itu sambil merangkum tangisannya yang melolong sedih kedua anak kami yang baru saja pulang sekolah juga kaget melihat drama yang terjadi di ruang tamu. Mereka memandang kami dengan kernyitan dahi yang begitu heran."Ada apa Bunda?""Pergilah ke dalam.""Gak bisa Bund, kami juga berhak tahu," jawab Erwin."Ini masalah kami berempat, pergilah ke dalam," tegasku.Setelah memastikan anak-anak be
“Mas, aku sungguh minta maaaf atas apa yang terjadi Mas, situasinya memanas, Yanti mulai melawan ibu dan menyerang mental beliau, Yanti mulai menunjukkan taring dan keberaniannya untuk mendominasi di dalam rumah ini. Aku sungguh tidak menyangkanya Mas," ujar Haifa yang segera saja ingin mendapatkan pembelaan, dengan panik dan memasang wajah polos dia berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Mas Hamdan.Dia pikir suamiku akan percaya semudah itu padanya. "Aku dengar percakaan kalian dari luar.'“Tapi itu hanya sebagian kan Mas? kau pasti tidak dengar dengan detil dari awal?” ucap haifa yang terus be rusaha meracuni pikiran suamiku.Sekuat apapun dia berusaha untuk meyakinkan mas hamdan wanita itu tetap dijauhi, jangankan mau disentuh, dihampiri daja suamiku langsung menjauh menjaga jaraknya.“Mas kamu kok hindarin aku?”“Kita ini bukan mahram! jaga sikapmu, kau bersikap seperti anak kecil di hadapan ibu dan istriku, apa kautak sadar?”“Saya masih tunangannya Mas…" Ada bola bening yang t
"Apa?!"Kedua wanita itu kompak berteriak dengan mata terbelalak Haifa sendiri sampai berdiri dari tempat duduknya sambil menatapku dengan tatapan melotot.""Apa kau yang menghasut Hamdan untuk memutuskan semua ini, Yanti?""Sudah ku bilang aku tidak berminat ikut campur, tapi aku hanya akan berdiri sesuai dengan batasan dan tugasku. Aku mengikuti apa saja kehendak mertua dan suami .... tapi semenjak mengetahui bahwa suamiku sendiri tidak setuju dengan sandiwara yang kalian buat dan pernikahan settingan ini, aku jadi punya kekuatan untuk membela Mas Hamdan," jawabku."Kau pikir kau hebat? kau pikir pengaruhmu telah mengubah Hamdan sepenuhnya dan membuat dia tidak akan mendengarkan orang tuanya, hah?" Ibu berteriak, tapi setelahnya Dia terpaksa mendudukkan diri karena akhirnya wanita itu tersengal-sengal capek dengan emosinya sendiri.Sebenarnya aku sama sekali tidak mempengaruhi Mas Hamdan tapi prinsip dan kemampuan lelaki itulah yang membuat dia akhirnya mengambil keputusan untuk men
"Oh iya? sok jago sekali kamu ingin menunjukkan dominasi dan betapa hebatnya kau di rumah ini, padahal kamu hanya orang datangan yang tidak pernah tahu apa-apa," ucap Ibu Syaimah sambil mengacungkan jemarinya ke wajahku."Saya memang orang datang dengan ibu namun saya terikat secara emosional dan secara hukum dengan keluarga ibu. Hamdan adalah suamiku dan ibu adalah mertuaku di mana aku harus memperlakukannya dengan pantas sebagai orang tua. Jadi harusnya Ibu pun memperlakukan aku seperti anak.""Dirimu jadi anakku? Sejak kapan? Sejak kapan kau punya pemikiran seperti itu. Selama ini hanya aku yang bersikap baik padamu, sementara kau, acuh tak acuh saja, kadang aku melihat bahwa kau tidak pernah tulus dalam mengurusiku!"Astagfirullah, tega-teganya Ibu mengatakan hal demikian padahal aku selalu tulus mengurusnya, penuh cinta kasih menyiapkan makanannya dan selalu memberinya perhatian yang pantas ia dapatkan. Tega-teganya Ibu mengatakan itu di hadapan Haifa dan mempermalukanku."Jadi
"Saya pergi dulu, permisi ya Pak, Bu, saya minta maaf dan memohon perngertiannya."Klik.Akhirnya ponsel pun di matikan, dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku paham betul posisi mas Hamdan yang telah dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberanian dan ketenangan dirinya untuk bicara pada keluarga yang emosional itu. Nampaknya mereka semua sangat tidak terima dengan keputusan Mas Hamdan dan merasa kecewa sekali serta tidak mampu menyembunyikan kemarahannya.Sekarang setelah suamiku mengumpulkan keberanian untuk menemui keluarga Haifa maka aku sendiri juga akan bertindak untuk menyelesaikan masalah yang ada di rumah ini. Masalah itu harus diperselesaikan bersama tidak boleh hanya di bebankan pada satu bahu saja.Segera kurapikan diriku dan jilbabku lalu turun ke ruang tamu di mana Ibu dan Haifa masih sibuk berbincang dan membicarakan masa depan mereka.Aku ketuk pintu sambil mengumpulkan nafas, aku tarik dalam-dalam nafas lalu membuangnya, kemudian mendorong pintu dan masuk
"Tapi Nak Hamdan, sudah terlanjur bahagia dengan pertunangan itu, semua keluarga juga sama, terutama Nenek Haifa yang kini sakit sakitan, kami khawatir mengetahuinya cucu dicampakkan Ibuku akan sangat syok dan kena serangan jantung.""Saya bisa memaklumi itu, tapi tidak bisa memaksakan keadaan, kalaupun saya tetap berpura-pura jadi tunangan Haifa maka itu akan melahirkan kebohongan demi kebohongan berikutnya. Saya bukan tipe orang yang suka berbohong dan bersandiwara."Tiba-tiba dari seberang sana aku bisa mendengar ibunda Haifa menangis terisak dengan kesedihannya. Di sisi lain di rumah ini Haikal dan ibu mertua sedang tertawa-tawa di ruang tamu khusus wanita. Mereka bersenda gurau layaknya ibu dan anak, sementara diri ini dan Mas Hamdan berada di tengah-tengah kegalauan dan kebingungan itu."Ibu tolong maafkan saya ya, saya mau pergi dulu," ucap Mas Hamdan."Baiklah, Nak Hamdan. Jika itu keputusanmu, maka kami akan pasrah, tapi tolong, jika ibumu mengharapkan Haifa jadi menantunya,
“Halo, Mas.”Tidak ada jawaban, tapi terdengar suara percakapan antara beberapa orang pria dan wanita. Sepertinya Mas Hamdan sengaja menghubungiku agar aku bisa mendengar percakapan mereka."Saya datang kemari untuk menjelaskan yang sebenarnya, bahwa saya dan Haifa tidak benar benar bertunangan,' ujar Mas hamdan memulai pembicaraaan. "Lho, kok bisa Nak Hamdan, tolong, kami tidak mengerti, bisa kamu jelaskan dari awal ?""Baiklah, awalnya, saya dan dia pergi untuk bertemu klien bisnis, usai deal kesepatakan, aku dan Haifa ngopi di sebuah cafe dan tiba tiba saya lupa segalanya. Aku sadar saat kutemukan diri ini di klinik. Tapi entah kenapa para perawat dan dokter yang ada di sana tidak memberi tahu apa yang terjadi. Pada akhirnya aku ingat semuanya, aku tidak meniduri Haifa, aku hanya kehilangan kesadaran dan tertidur. Belakangan aku tahu alamat klinik tempatku dirawat kemarin, dan setelah kutelusuri ternyata aku kelebihan obat tidur dan dosis obat perangsang.""Apa?""Ya, Haifa mela
'Gimana ini Mas, ibu bersikeras untuk menjadikan haifa menantunya, kita harus bagaimana?"Mas hamdan yang aku ajak bicara hanya terdim sambil menggengam erat kotak cincin yang ibu berikan. Kuguncang bahunya untuk menyadarkan dirinya, suamiku tersentak dan menatap diri ini dengan tatapan penuh makna, dia seakan memintaku untuk memberinya waktu.“Aku akan pergi sebentar,” ucapnya.“Kemana?”“Ke rumah keluarga Haifa, kau tunggu disini saja, aku akan membereskan kesalahpahaman ini, aku akan beritahu keluuarga Haifa bahwa pertunangan kami tempo hari hanya settingan, aku akan jelaskan semuanya bahwa haifa sudah menjebak diri ini agar mau menikah dengannya dengan cara apa saja,” balas Mas Hamdan sambil membuang napasnya.Kuantar suamiku ke depan pintu rumah, dia naik ke mobilnya sedang aku mengiringi kepergiannya dengan doa, berharap bahwa semua masalah ini akan selesai secepatnya. Kuharap suamiku bisa kembali ke pelukanku tanpa gangguan wanita lain.Aku kembali ke dalam rumah tepat saat s
"Hamdan, yang terjadi di belakang kami tidaklah penting karena yang diketahui orang lain adalah kalian sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Yang diketahui orang adalah kau lelaki baik yang akan meminang Haifa sementara Haifa adalah wanita cantik berprestasi yang akan menjadi madu dari istrimu yang berhati mulia. Itu yang terlihat. Aku tidak mau citra yang kita bangun hancur dan mempermalukan semua orang, karena itu, aku ingin kalian melanjutkan pertunangan."Mendengar ucapan ibu tentu saja Mas Hamdan langsung berdiri dari tempat duduknya memandang dengan satu tarikan nafas dalam di dadanya. "Ibu, Kenapa Ibu tega mengambil keputusan sepihak seperti ini?""Membatalkan pertunangan tanpa persetujuan kedua belah pihak adalah perbuatan yang zalim Hamdan, lagi pula apakah kau tidak menimbang perasaan haifa yang kemudian akan mendapatkan penghakiman jika orang-orang tahu bahwa kau dan dia hanya bertunangan dengan palsu?!""Tapi apakah ibu tahu apa masalahnya, hingga aku memutus