"Sial! Gara-gara perbuatanmu, hampir saja Marvin curiga padaku semalam," umpat Callista saat menemui Recky keesokan harinya. Dia menceritakan kejadian semalam ketika Marvin mendapati bekas percintaan Callista dan Recky. Untung saja dia cepat memutar otak dan mencari alasan lain agar Marvin percaya bahwa tanda merah itu bukanlah didapatkan dengan cara seperti yang Marvin pikirkan. "Kalau begitu, lain kali kau harus lebih berhati-hati, Sayang" balas Recky dengan santainya. "Harusnya kau yang berhati-hati. Seharusnya kamu tidak bermain di daerah-daerah yang membuat bekasnya mudah dilihat dan ketahuan orang lain," protes Callista. "Maafkan aku, Sayang. Kau tahu sendiri aku tidak bisa mengendalikan diri saat menyentuh tubuhmu. Semua itu candu bagiku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menikmati semuanya," kata Recky dengan nada sensual yang hanya membuat Callista geleng-geleng kepala. "Untung saja semalam Marvin masih bisa percaya pada alasanku," keluh Callista. Mendengar hal itu
Sudah beberapa hari pikiran Marvin tidak tenang. Semua berawal dari pernyataan Carissa tentang perselingkuhan Callista. Awalnya Marvin tidak percaya dan tidak menghiraukan hal itu. Tapi saat dia melihat sendiri ada bekas tanda merah keunguan di leher Carissa, pikiran Marvin pun mulai curiga.Malam itu Callista memberinya sejumlah alasan yang tidak dia bantah. Tapi tetap saja sejujurnya dia tidak sepenuhnya percaya. Ada yang tetap mengganjal di benaknya. Marvin pria dewasa yang tidak mudah dibodohi dengan alasan klasik. Di saat yang sama, Callista juga menolak saat Marvin mengajaknya berhubungan. Itu sebabnya Marvin semakin kecewa. Dia tidak mengerti apa yang menyebabkan Callista menolaknya. Padahal seharusnya mereka sama-sama senang menyambut hal itu untuk mengobati rindu setelah lama tak bertemu."Ada apa, Marvin? Sepertinya ada yang sedang mengganggu pikiranmu belakangan ini," tanya Andri di sela jam istirahat kantor. "Ini tentang Callista," ujar Marvin. "Ada apa dengannya?" tany
Setelah sempat berdebat di rumah sakit, Marvin pun mengantar Regita pulang ke rumah. Dia sudah cukup lega mendengar kondisi calon anaknya baik-baik saja. Namun saat tiba di rumah itu, Marvin harus berhadapan dengan Leonardo.Pria itu tampak marah melihat adiknya datang bersama Marvin. Dia berdiri di depan pintu dengan kedua tangan terlipat di dada. Regita sudah bisa merasakan hawa tidak nyaman. Pasti akan ada keributan karena Marvin membawa Regita pergi tanpa izin.“Sudah berapa kali kakak ingatkan padamu untuk tidak menemui pengkhianat ini lagi?” ujar Leonardo membuat Regita tercekat.“Kami hanya pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan,” jawab Regita.“Apa kamu tidak bisa mengajak kakak sampai harus pergi dengan dia?” cecar Leonardo dengan tatapan tak suka.“Tidak perlu marah-marah pada Regita, Leon. Aku yang memaksanya pergi denganku,” timpal Marvin.“Sudah aku duga. Adikku bukan seorang yang tidak penurut kecuali dia mendapat pengaruh buruk darimu,” kata Leonardo dengan s
“Dasar perempuan licik! Kita tidak boleh membiarkan pernikahan ulang itu terjadi,” umpat Carissa saat Regita datang ke hotel dan memberitahu permintaan aneh perempuan itu pada Marvin. Regita tahu semua itu karena bisa memonitor dari jauh lewat alat sadap dan cctv tersembunyi yang sengaja dipasang Carissa sebelum meninggalkan rumah. Dia tahu tentang Callista yang meminta mengadakan pernikahan ulang.Bukan hanya Carissa yang syok, Regita pun merasakan kegelisahan yang sama. Dia merasa tidak bisa tinggal diam dan membiarkan pernikahan ulang itu terjadi. Pasalnya, Marvin tidak tahu bahwa Callista itu bukanlah istri pertamanya yang asli.“Aku juga berpikir bagaimana cara untuk menggagalkan pernikahan ulang itu,” timpal Regita.“Kita tahu bahwa dia bukan Callista. Jika sampai pernikahan ulang itu terjadi, artinya Marvin akan menikah dengan perempuan bernama asli Arabella itu. Situasinya akan semakin rumit. Callista palsu itu akan semakin punya posisi kuat dalam kehidupan Marvin,” imbuh Regi
“Apa alasanmu ingin menghancurkan Marvin? Kau pikir aku akan semudah itu percaya padamu, Regita?” ujar Recky meremehkan. Pria itu tidak percaya dengan tawaran Regita untuk bekerja sama.“Kau pun tahu bahwa sekarang hubungan keluargaku dengan Marvin sudah rusak. Kakakku bahkan memusuhi pria itu. Aku punya banyak alasan di balik hasratku untuk menghancurkan Marvin. Dia sudah mempermainkan diriku, perasaanku, pernikahanku, bahkan kepercayaan keluargaku. Dia menikahiku hanya sebagai batu lompatan untuk mencapai tujuannya. Setelah semua itu, apa menurutmu aku tidak akan membencinya?” balas Regita.“Apa kau yakin akan mengkhianati suamimu sendiri?” tanya Recky masih memastikan.“Kenapa tidak? Dia bahkan tidak pernah berniat sungguh-sungguh menjadikanku sebagai istrinya. Aku mendengar sendiri dia berkata dia menikahiku dengan terpaksa. Aku sakit hati mendengarnya. Beraninya dia mempermainkan perasaanku. Dia membuangku setelah Callista kembali.”“Tapi kau tahu kalau itu bukan Callista yang as
“Apa kau sudah gila, Regita?” sanggah Leonardo tak habis pikir.Leonardo tidak mengerti kenapa Regita tiba-tiba punya pemikiran untuk memiliki saham di perusahaan Marvin. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh adiknya itu. Leonardo tahu Regita bukan seseorang yang akan mengincar kekuasaan orang lain yang dia sendiri sudah memilikinya.Regita tidak kekurangan sehingga akan bersikap materialistis. Jika hanya ingin kekuasaan dan jabatan, dia bisa meminta Leonardo memberinya posisi di perusahaan keluarga mereka. Selama ini Regita tidak tertarik dengan semua itu. Tapi entah mengapa kini perempuan itu memiliki jalan pemikiran yang berbeda. Dia dengan terang-terangan menyatakan ingin mulai bergelut dalam dunia bisnis.“Seseorang pasti akan merasa tidak nyaman saat harus berbagi apa yang menjadi miliknya dengan orang lain. Setidaknya Marvin harus merasakan itu dengan terpaksa menyerahkan sebagian saham perusahaannya dengan kita,” kata Regita.Leonardo hanya bisa geleng-geleng
“Aku tidak berkata seperti itu, Marvin. Aku hanya tidak mau menahan diri untuk melakukan apa yang aku suka. Apalagi jika harus menahan diri hanya karena kepentinganku. Seperti yang kau lakukan, aku pun akan melakukan apa yang aku inginkan. Satu hal lagi, sebenarnya ide untuk menyebarkan berita palsu tentang perusahaanmu adalah ideku.”“Apa?”Marvin benar-benar terkejut mendengar pernyataan Regita. Berbeda dengan Regita yang tampak santai saja dan Leonardo hanya tersenyum miring.“Kenapa? Kamu terkejut?” ujar Regita dengan senyum sinis.“Sebelum mengkhianati seseorang, seharusnya kau bisa memperhitungkan dengan baik apa yang bisa dilakukan oleh orang yang kau khianati,” imbuhnya.“Kurang ajar! Ternyata kau seorang perempuan licik. Apa yang sebenarnya kau inginkan?” tanya Marvin sudah berada di puncak emosi.Tidak menjawab dengan kata-kata, Regita justru melemparkan sebuah dokumen ke atas meja. Dia memberi isyarat agar Marvin membacanya. Marvin pun meraih dokumen itu dan memeriksa isiny
“Regita meminta kepemilikan sebagian saham perusahaanku sebagai ganti rugi atas kerugian pembatalan kerja sama dengan perusahaan keluarganya.”“Apa?”Callista merasa terkejut saat mendengar cerita Marvin tentang masalah perusahaan yang sedang dihadapinya. Awalnya dia tidak terlalu peduli dengan hal itu. Dia hanya sibuk menikmati fasilitas yang diberikan Marvin. Tapi dia mulai merasakan perbedaan sikap Marvin yang akhir-akhir ini tampak lebih sibuk. Marvin tidak punya waktu untuk Callista.Marvin tidak bisa mengontrol emosi dan terkadang memarahi habis-habisan pekerja rumah hanya untuk kesalahan kecil. Bahkan Marvin juga menghindar saat Callista mencoba untuk mendekatinya pada suatu malam. Di situ lah Callista mulai merasa ada hal yang aneh. Dia tidak bisa membiatkan ada jarak di antara mereka berdua.Sebenarnya dia tidak benar-benar peduli pada kesulitan Marvin. Dia hanya peduli pada dirinya sendiri. Dia khawatir jika perubahan sikap Marvin menandakan lunturnya perasaan pria itu terha