Setelah usai mencuci piring serta seluruh peralatan yang digunakan, seperti biasanya Senja dan ibu-ibu majelis taklim, dibawah bimbingan Umi Zahra akan langsung mengadakan pertemuan kecil-kecilan dalam membahas sekaligus mempertanggung jawabkan keuntungan dari hasil catering yang mereka kelola, yang mana dari hasil keuntungan tersebut akan menjadi uang kas dari majelis taklim itu sendiri."Alhamdulilah ya, Nja, akhirnya kita semua bisa bernapas lega karena acaranya udah selesai dan berjalan dengan lancar ..." Bu Siti terlihat berucap semringah ke arah Senja."Iya, Bu, aku juga lega banget, karena kita semua bisa menghandle bagian konsumsi dengan sebaik-baiknya ..." tutur Senja sambil tersenyum."Lancar sih lancar ... Tapi tetap aja ada yang kurang ..." Celetukan Mpok Hindun yang tiba-tiba sukses membuat berpasang-pasang mata yang duduk memenuhi pelataran samping masjid Asy-Syuhada itu sontak mengarah penuh kesatu titik."Emang apaan, Mpok, yang kurang?" ujar salah seorang dari mereka
Tok ... Tok ... Tok ..."Masuk.""Ijin, Ndan ...""Oh, kamu, Ben ... Ayo duduk ..." Tria terlihat langsung antusias menyadari kehadiran Beno yang sesungguhnya sudah ia nantikan sejak tadi.Beno pun langsung menarik salah satu kursi yang ada didepan meja sang pimpinan untuk ia duduki.Kini mereka terlihat berhadap-hadapan dengan berantarakan meja biro milik Tria yang dilapisi kaca tebal."Gimana, Ben? Surat panggilannya udah dianter belum ke Ibu Senja?" tanya Tria to the point begitu dirinya membuka obrolan."Kayaknya sudah, Ndan ..."Alis Tria nampak bertaut mendapati jawaban mengambang Beno. "Kok kayaknya sih, Ben? Yang bener aja kamu ...""Maaf, Ndan, tadi anak buah dimintai tolong sama bang Rama buat nganterin dia ambil motor di bengkel. Pas dateng-dateng, egh, surat panggilannya malah udah dibawa sama bang Ridho ...""Jadi si Ridho yang nganterin surat panggilannya?" tanya Tria, seolah ingin meyakinkan."Iya, Ndan, bahkan kemungkinan besar suratnya juga udah nyampe ke yang bersang
"Njaaaa ...!!"Teriakan panjang yang Senja sudah hafal betul siapa gerangan pemilik suara tersebut terdengar begitu nyaring."Ya Allah, apaan sih, Mpok? Pake acara teriak-teriak segala, bukannya kasih salam dulu ..." omel Senja sambil menatap wanita paruh baya berbekal sebuah payung di tangan yang datang menghampirinya itu dengan langkah bergegas."Maaf, Nja ... Maaf ... Assalamualaikum ..." Mpok HIndun pun mengucapkan salam dengan napasnya yang lumayan ngos-ngosan."Waalaikumsalam ...""Assalamualaikum, Nja ...""Waalaikumsalam ... Loh, ada Bu Siti juga ternyata?" kedua alis Senja tak ayal langsung bertaut mendapati kenyataan bahwa ternyata Mpok Hindun tidak datang sendirian, melainkan bersama Bu Siti yang tak lain tetangganya.Alhasil Senja yang tadinya berniat untuk beberes dan menutup pintu lapak akhirnya mengurungkan niatnya sejenak, memilih menarik dua kursi secara bersamaan terlebih dahulu untuk Mpok Hindun dan Bu Siti."Duduk dulu, Bu, Mpok ...""Iya, Nja ..."Tanpa berlama-la
Dipikiran Senja, Yusuf Akhyar yang notabene seorang ASN tentu saja bisa lebih mudah mengurus segala sesuatu dengan Pemerintah setempat, mengingat pekerjaannya pun berkecimpung di dunia Pemerintahan.Yusuf punya banyak relasi dan teman-teman sejawat yang berkompetensi di badan dinas terkait, yang tentunya mampu mempermudah segala urusan.Kala itu Senja tak menyangka sama sekali jika kelak pernikahannya hanya seumur jagung, lebih tak menyangka lagi jika Yusuf Akhyar bisa berdiri dihadapannya saat ini dengan ekspresi wajah yang penuh kelicikan setelah sukses mengambil kesempatan atas keteledoran Senja.Kini pria itu telah mengungkapkan keinginannya untuk mengambil alih rumah begitupun juga dengan lapak miliknya, yang sudah jelas-jelas merupakan harta warisan peninggalan kedua orang tuanya.Apa boleh buat, sekarang semua harta tersebut pada kenyataannya memang telah berpindah tangan menjadi milik Yusuf Akhyar secara sah."Jujur aja yah, awalnya aku juga gak berkeinginan menguasai semua in
'Ayah sudah tua, dan memang sudah saatnya kamu kembali ..'...Tria menengadahkan kepala, menatap langit malam yang yang dihiasi bulan separuh.Kalimat terakhir ayahnya kembali terngiang dibenak, setelah hampir sejam yang lalu pembicaraan mereka via telepon itu berakhir.Ayah memang benar, perihal bahwa beliau sudah tua, begitupun dengan sudah saatnya dirinya kembali.Dua tahun lebih bahkan sudah nyaris tiga tahun, memang bukanlah waktu yang singkat, apalagi dalam kurun waktu tersebut terhitung tidak lebih dari dua kali Tria pulang menengok sang ayah.Luka hati Tria bisa jadi sudah sembuh, akan tetapi mengembalikan kepercayaan diri seperti sedia kala ternyata tidak semudah itu.Untuk itulah Tria tidak terlalu ngotot mengenai keberadaan dirinya ditempat yang masih bisa dibilang terpencil ini.Santai melewati hari, dan berusaha berdamai dengan kenyataan.Sesungguhnya kalau Tria boleh memutar waktu, tentu saja dia tidak ingin berlaku bodoh seperti yang pernah terlanjur dirinya lakukan!M
'Aneh ... Kenapa Pak Tria gak seperti biasanya, yah?''Tadinya aku pikir beliau pasti bakalan langsung bersemangat pas tau kehadiran Ibu Senja di kantor ini. Tapi kenyataannya, jangankan bersemangat, Pak Tria bahkan seolah gak lagi berminat meskipun hanya sekedar ingin tau apalagi sampai mencuri kesempatan biar bisa ketemu Ibu Senja ...''Apa yang terjadi ...?''Masa iya perasaan simpati dan empati bisa secepat itu hilang ...?''Mustahil ...!''Pasti ada sesuatu, pasti ada alasannya ...'Benak Beno dipenuhi spekulasi, namun toh ia tidak senekad dan sekurang ajar itu sehingga berani menginterogasi perasaan pria yang notabene merupakan pimpinannya sendiri.Beno pun akhirnya memilih undur diri dari ruangan sang pimpinan, sembari membawa setumpuk dokumen surat masuk yang hendak ia register dan arsipkan kedalam buku register surat masuk yang ada di ruang SPK, sesuai perintah yang baru saja ia terima.Namun begitu Beno keluar dari bingkai pintu sembari mengatupkannya kembali, ia malah dikej
"Akh, yang benar aja kamu kalo ngomong, Ben ..." Tria berucap sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali.Setelah sempat termanggu untuk beberapa saat pada akhirnya kalimat itulah yang malah terucap dari bibir Tria, demi menanggapi informasi yang disampaikan oleh Beno bahwa seorang Pelangi Senja ingin bertemu dirinya.Jujur, pada awalnya Tria merasa sangat senang campur terkejut setengah mati begitu mendengar penuturan Beno, sebelum kemudian timbul rasa sangsi mengingat seperti apa penerimaan Pelangi Senja atas dirinya selama ini, lalu bagaimana mungkin secara tiba-tiba wanita itu ingin bertemu?'Gak mungkin karena dia kangen aku, kan?'Pikiran konyol Tria masih sempat-sempatnya berseliweran seperti itu."Tapi anak buah berkata yang sebenarnya, Ndan. Ibu Senja benar-benar sedang menunggu diluar, katanya ingin bertemu komandan ..." ucap Beno lagi penuh keyakinan, berusaha untuk tidak terkesan memaksa, karena jika Tria tidak segera mempercayai info yang ia berikan, Beno malah takut w
Satu bulan kemudian ...Sudah sejak awal Yusuf Akhyar bisa menebak kedatangan Senja, dan dia memang sengaja berdiam diri tak bersuara begitu menyadari daun pintu yang sedang berusaha dibuka oleh anak kunci dari arah luar, yang menandakan jikalau sang tuan rumah tengah berusaha memasuki rumah tersebut.Yusuf bahkan terlihat cukup tenang, saat ia sengaja membiarkan Senja masuk kedalam kemudian mengunci kembali daun pintu tanpa menyadari kehadirannya.Baru setelah wanita yang mengenakan mukena itu membalikkan tubuhnya, saat itulah ia baru tersadar akan kehadiran seorang pria di sana."Astagafirullahhaladzim ... Kak Yusuf ...?!"Senja terperanjat hebat, nyaris tak percaya dengan penglihatannya sendiri, saat menyadari siapa gerangan sosok yang tengah duduk manis bertopang kaki diatas sofa minimalis yang menghuni ruang tamunya yang sempit.Sebatang rokok yang menghiasi jemari pria itu sedang mengepulkan asap putih, yang kemudian semakin terlihat mengepul saat pria itu menyesapnya dalam-dala
Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r
Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel
Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa
"Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga
Senja sedang duduk lesehan diatas tikar sambil memilah dan mengemasi tumpukan baju-baju miliknya untuk dimasukkan ke dalam sebuah kotak kardus dan sebuah koper besar, saat Mpok Hindun datang menyambangi rumahnya ba'da maghrib."Assalamualaikum ...""Waalaikumsalam. Eh, Mpok? Masuk, Mpok ..." jawab Senja semringah, menyadari salah satu sosok terbaik yang dia miliki muncul di bingkai pintu.Mpok Hindun pun bergegas masuk dengan tatapannya yang tak henti mengawasi tumpukan baju yang berjejer rapi diatas tikar."Udah mulai beberes rupanya ..." gumam Mpok Hindun sambil ikutan duduk lesehan diatas tikar, tepat dihadapan Senja yang kini menjeda sejenak aktifitasnya karena fokus dengan kedatangan Mpok Hindun."Iya, Mpok, ini lagi dipisah-pisahin. Soalnya kemarin kata abang jangan bawa banyak barang, karena selain rumah dinasnya kecil, ntar kalo hijrah ke kota juga gak mungkin dibawa semua ..."Mpok Hindun terlihat manggut-manggut sejenak mendengar penjelasan Senja yang panjang lebar."Trus baj
Semilir angin yang menerpa lembut di wajah sesaat membuat Senja merasa semakin terbuai, sebelum akhirnya dia bak mendapatkan setitik kesadaran yang datang dalam sekali sentak."Astagfirullah ... Aku ada dimana ...?"Punggung Senja sontak menegak, sepasang matanya yang masih terasa sepat mengerjap berkali-kali, sedangkan kepalanya celingak-celinguk kebingungan.Kini Senja sudah sadar sepenuhnya, bahwa ternyata dirinya sedang berada didalam mobil yang terparkir tanpa suara mesin, juga tanpa seorang pun selain dirinya.Di kursi sebelah terdapat seragam dinas yang tersampir begitu saja di jok pengemudi.Seragam tersebut menguarkan perpaduan aroma parfum manis dan maskulin, yang mulai terasa familiar di indera penciuman Senja.Dua kaca depan kiri dan kanan seolah sengaja diturunkan setengah demi memudahkan kesejukan angin laut masuk dengan leluasa.Di ufuk barat, kolaborasi warna yang khas membuat suasana yang mulai temaram terasa semakin syahdu.Sungguh, bahkan hanya dalam sekejap kesadara
Matahari mulai condong ke arah barat saat mobil yang dikemudikan Tria memasuki area Mapolsek Beo."Gak usah dibangunin ..."Tria urung menyentuh pundak dari wanita yang ada disebelahnya."Biar ayah turun dulu, nanti kamu antarkan saja Senja pulang ke rumah. Kasian dia, kayaknya kecapean ..."Tria pun mengangguk patuh, menerima titah ayahnya yang langsung melarangnya untuk membangunkan Senja.Surya Narajendra membuka pintu disebelahnya dengan hati-hati sembari beringsut keluar, begitupun juga dengan Tria yang akhirnya ikut melakukan hal yang serupa yakni membuka pintu yang ada disamping dan keluar dari mobil.Keduanya seolah kompak bergerak perlahan, sepertinya dengan tujuan yang sama yakni sekecil apapun pergerakan mereka tidak akan mengusik wanita yang sedang tertidur nyenyak di kursi depan.Sementara itu, mendapati pergerakan mobil berwarna merah yang melesat masuk ke area Mapolsek Beo, para anggota polisi yang sejak awal sudah standby di sana sontak mendekat dengan sigap.Surya Nara
Pesawat Wings Air tipe ATR 72-500 dengan kapasitas penumpang yang kurang lebih tujuh puluhan kursi, serta menjadi satu-satunya tranportasi udara yang melayani masyarakat di salah satu wilayah terluar perbatasan NKRI tersebut telah mendarat dengan sempurna di landasan pacu.Tak berapa lama kemudian para penumpang pesawat itu pun sudah dipersilahkan turun oleh dua orang pramugari yang bertugas.Yanwar Akhyar bersama istrinya Aminah Akhyar, nampak berada diantara barisan para penumpang yang turun dengan tertib.Ternyata keduanya merupakan bagian dari sekian banyak penumpang pada penerbangan barusan.Baru saja menginjakkan kaki di ruang tunggu Bandar Udara Melonguane, setelah melewati penerbangan selama kurang lebih lima puluh lima menit dari Bandar Udara Sam Ratulangi Manado, hiruk-pikuk kesibukan di bandara itu sudah terlihat jelas."Ada apa yah? Tumben rame banget ..." tanya salah seorang penumpang kepada sesama penumpang yang lain, menyadari ada begitu banyak Polisi yang memadati banda
Rencana kedatangan Irjen Polisi Surya Narajendra di salah satu wilayah perbatasan NKRI sudah jelas-jelas merupakan kunjungan pribadi dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan urusan kedinasan.Bahkan Surya Narajendra sengaja mengambil cuti demi bisa mendampingi Tria guna melamar wanita pilihan putra kebanggaannya itu.Namun begitu mendengar kabar kedatangan seorang yang berpangkat jenderal, meskipun sudah jelas-jelas bukan merupakan kunjungan dinas, pada kenyataannya tetap di respon oleh petinggi-petinggi kepolisian di wilayah tersebut."Pak Kapolsek, bisa-bisanya kedatangan Irjen Surya Narajendra gak kamu kasih tau saya?""Siap salah, Ndan." jawab Tria pasrah, saat dirinya ditodong dengan pertanyaan tersebut oleh bapak Kapolres via ponsel di pagi hari, sebelum dirinya memimpin apel bersama para anggotanya."Waduh, untung saja saya dikasih bocoran Pak Kabag Sumda, kalo gak saya malah gak tau sama sekali ..." imbuh sang pimpinan dari seberang sana."Siap salah, Ndan." lagi-lagi T