Beranda / Pendekar / Jalan Pendekar / Pemula Untuk Pemula, Menengah Untuk Menengah

Share

Pemula Untuk Pemula, Menengah Untuk Menengah

Penulis: Bangaw
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-28 13:46:24

Abimana berlari kencang ke arah balai desa. Ia yakin sudah terlambat dari janji temunya bersama dua temannya. Tapi ia tidak begitu khawatir karena ia baru saja menyelamatkan seseorang. Perasaannya sangat bagus sekarang. 

 "Aku tidak sabar memberitahunya kepada Sekar. Ia pasti sangat bangga kepadaku," gumam Abimana sendiri sambil berlari. 

 Beberapa saat kemudian, akhirnya Abimana sampai di balai desa. Seperti biasa suasananya ramai diisi oleh pendekar yang hendak mengambil misi atau pun melaporkan misi. Mata Abimana mencari ke segala arah, hingga akhirnya ia mendapati dua temannya ternyata sudah menunggu dengan kesal di luar balai desa.

 "Abimana! Kemana saja kau! Beraninya kau membuat kami menunggu!" jerit Sekar. Ia adalah pendekar perempuan yang mempunyai kemampuan pengobatan. Rambutnya panjang sepundak ia ikat satu, kulitnya putih bersih. Bagi Abimana ia adalah gadis tercantik di Desa Asoka. 

 "Hehe maaf Sekar yang cantik. Aku tadi ada sedikit urusan, tapi akan aku ceritakan. Jadi beberapa saat yang lalu...."

 "Hey Abimana, bagus sekali. Sering-sering saja terlambat seperti ini sehingga aku bisa berduaan dengan Giri," bisik Sekar langsung tanpa memperdulikan penjelasan Abimana. Padahal sebelumnya ia terlihat sangat kesal dengan Abimana. Sekar memang seorang gadis berwajah dua, sulit menebak bagaimana sifat aslinya. Tapi sepengetahuan Abimana, Giri adalah segalanya bagi Sekar. 

 "Ah Sekarku, selalu aja Giri," balas Abimana lemas. 

 "Kau selalu saja berulah Abimana," ucap Giri dingin yang dari tadi ada disana. 

 "Hey aku tidak memintamu menungguku!"

 "Kau ini sudah berulah, sekarang malah bertingkah!" balas Giri geram. 

 "Aku bisa mengambil misi sendiri! Aku juga bisa menyelesaikan misi sendiri!" 

 Peletak! Kepala Abimana kemudian menjadi hangat setelah Sekar akhirnya memukul kepalanya. 

 "Abimana bodoh! Apa kau lupa tentang peraturan pendekar pemula seperti kita hah!" bentak Sekar. 

 Abimana langsung terdiam tidak ingin membuat Sekar lebih marah lagi. Ia tidak takut dengan bandit seperti apapun, tapi entah kenapa ia sangat takut ketika melihat Sekar marah. 

 "Giri, jangan pedulikan anak bodoh ini. Ayo kita masuk ke dalam mengambil misi," ucap Sekar kemudian dengan nada yang sangat lembut. Berbeda sekali dengan nadanya saat berbicara dengan Abimana. 

 Giri tidak memperdulikan ucapan Sekar. Ia berjalan santai masuk duluan ke balai desa. Baginya Sekar itu sama saja seperti Abimana. Orang-orang menyebalkan yang mengganggu ketentraman hidupnya. 

 "Ah Giri, lagi-lagi kau sangat dingin kepadaku," gumam Sekar. 

 Giri adalah pendekar sempurna dari Desa Asoka. Ia memiliki paras tampan, rambutnya hitam menutupi leher. Ketika masih belajar di perguruan silat ia adalah murid paling tinggi nilai kelulusannya.

Semua perempuan jatuh hati kepadanya termasuk Sekar, tidak peduli sedingin apa sikapnya. Justru itu yang membuat dirinya semakin menarik di mata perempuan. Abimana dan Sekar pun kemudian mengikuti Giri masuk ke balai desa. Mereka bertiga adalah regu satu pendekar pemula, dengan Giri pemimpinnya. 

Seperti yang sempat dijelaskan Sekar. Untuk menjalankan misi, pendekar pemula harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh Kerajaan Geni. Bahkan konon katanya peraturan ini juga diterapkan oleh empat kerajaan lainnya yang mempunyai desa pendekar di kekuasaannya. 

 Pendekar pemula harus mengerjakan misi secara beregu, yang dimana dalam satu regu terdiri dari tiga orang pendekar. Setiap regu anggotanya ditentukan langsung oleh kepala desa, yang dimana adalah pendekar terkuat di desa. Hal ini untuk meminimalisir kematian pendekar pemula.

 Biasanya dalam satu regu akan dimasukkan tiga orang pendekar dengan kemampuan berbeda agar bisa saling melengkapi. Seperti halnya Giri, pendekar dengan nilai tertinggi di pasangkan dengan Abimana, pendekar nilai terendah. Kemudian ditambah Sekar, yang memiliki kemampuan pengobatan.

 Dalam dunia pendekar juga sudah ditetapkan secara turun menurun bahkan sejak era kerajaan. Pendekar dibagi menjadi tiga tingkat. Pendekar pemula sebagai tingkat terendah, para pendekar yang baru saja lulus dari perguruan.

Kemudian di atasnya, terdapat pendekar menengah. Dan di atasnya lagi pendekar tingkat tinggi. 

Begitupun misi, terdapat tiga tingkatan sama seperti tingkat pendekar. Pemula, menengah, tinggi. Misi akan diberikan sesuai tingkatan pendekarnya. 

Setelah mengantri cukup lama, akhirnya Regu 1 itu pun sampai di depan ruang kepala desa. 

"Gara-gara kau kita mengantri cukup lama untuk mengambil misi. Dan Abimana tolong jangan membuat kami malu nanti!" gerutu Sekar sebelum mereka masuk ke ruangan.

Regu 1 berdiri menghadap kepala desa yang duduk dengan meja penuh dengan gulungan dan kertas. Di kanan kirinya terdapat dua pendekar berpakaian biru tua mereka adalah pendekar tingkat tinggi yang bertugas mengawal kepala desa.

"Kakek Tua! Jangan berikan kami tugas rendahan lagi. Berikan regu kami tugas yang sedikit berbahaya agar kami cepat menjadi kuat!" teriak Abimana. Langsung saja Sekar dan Giri tertunduk malu, dalam hati ingin rasanya mereka menghajar Abimana saat itu. Tapi mereka harus tetap bersikap sopan di depan kepala desa. 

 Urat-urat leher dua pendekar yang mengawal kepala desa pun langsung menegang karena tingkah Abimana. 

 "Abimana ini sudah sekian sekalinya kau berteriak di ruangan ini dan bertingkah tidak sopan kepada kepala desa dengan menyebutnya Kakek Tua. Apa kau ingin aku penggal hah!" ancam Djani, pengawal yang berdiri di sebelah kanan. 

 Sementara Zali, pengawal yang berdiri di sebelah kiri walau tampak diam sebenarnya tangannya sudah menggapai pedang yang ia sangkutkan di punggung. 

 Melihat Djani dan Zali yang terlihat tidak main-main, Abimana langsung mati kutu. Ia tahu betul kenapa seorang pendekar disebut sebagai pendekar tingkat tinggi. Ia tidak ingin mati sekarang karena cita-citanya menjadi Raja belum tergapai. 

 "Hey sudah-sudah...," celetuk Batara Hardiyanta, Kepala Desa Asoka. Ia berusaha menenangkan dua pengawalnya. Seperti biasa, pria berumur 40 tahunan itu selalu sabar dan bijaksana. 

 "Ia hanya pemuda yang sedang semangat-semangatnya," ujar Batara kemudian. 

 "Tapi anak itu sudah keterlaluan Raden. Ia berteriak dan menyebut anda kakek tua!" balas Djani. 

 "Hey Djani, barusan kau juga berteriak di ruangan ini dan menyebut aku Kakek Tua. Dua kali malah."

 Djani langsung pucat setelah mendapatkan sindiran halus dari Batara. Ia yang malu langsung meminta maaf dengan sedikit menundukkan kepala kemudian mundur kembali ke posisinya. 

 "Regu 1, kalian akan mendapatkan misi tingkat pemula. Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar mengapa," ucap Batara kepada tiga orang pendekar di depannya. Abimana terlihat sangat kesal lagi-lagi mereka akan mendapatkan misi yang sangat ringan. 

 Batara memilah-milah sebuah gulungan, misi mana yang cocok diberikan kepada Regu 1. 

 "Raden Batara," celetuk Giri tiba-tiba. Sontak saja Batara menghentikan kegiatannya sejenak, tidak biasanya Giri berbicara. Jadi ketika Giri bicara pastilah itu sangat penting menurutnya.

 "Ada apa Giri?" Sementara Abimana dan Sekar tampak bingung, apa yang diinginkan Giri sebenarnya. 

"Raden, izinkan kami mendapatkan misi setidaknya tingkat menengah kali ini. Kami akan membuktikan bahwa kami bisa di tingkat itu walau kami masih pendekar tingkat pemula," ujar Giri kemudian.

Sebenarnya Giri juga bosan ketika mendapatkan misi tingkat pemula yang biasanya berupa membantu pekerjaan ringan dan remeh. Seperti mencari hewan hilang, membantu pekerjaan peternakan, atau menjaga rumah. Jika pun bertemu musuh mereka hanya bertemu dengan para berandal dengan kemampuan silat dan kanuragan yang sangat rendah. 

Batara tersenyum mendengar ucapan Giri. Abimana dan Sekar tampak terkejut dengan ucapan Giri. 

'Giri, kau selalu bertindak seperti pria tampan!' Sekar membatin. 

"Giri, kau terkenal sebagai pendekar yang pintar dan bijak. Ada apa denganmu hari ini?" celetuk Djani. 

"Maafkan kelancanganku Kakanda Djani. Sebenarnya aku juga tidak ingin mengatakan ini, tapi bukankah dari semua regu pendekar pemula yang terdapat di Desa Asoka.

Regu 1 lah yang paling banyak menyelesaikan misi. Bahkan kami menyelesaikan semua misi nyaris sempurna. Tidak pernah sekali pun kami luka berat sepulang dari misi. Bukankah ini berarti kami sudah setara dengan Pendekar Menengah?"

 Semua kembali terkejut karena ucapan pintar dari Giri. Walau Abimana membencinya, ia sangat senang Giri sekarang memihak kepadanya. 

 "Berikan saja mereka misi tingkat menengah wahai Raden. Agar mereka tidak besar cakap lagi selanjutnya. Jika mereka berhasil kembali, mereka pasti kembali ke desa dengan salah satu organ tubuh mereka hilang," ujar Zali dingin. 

 Batara mengangguk-angguk, sepertinya ia sudah tahu harus memberikan misi apa kepada Regu 1. 

 "Maaf Giri, permintaanmu aku tolak juga. Kalian tetap mendapatkan misi tingkat pemula."

 Ketiga orang itu langsung kaget sembari sedikit kesal. Djani dan Zali tersenyum puas. 

 "Tugas kalian kali ini adalah membersihkan rumput di halaman rumah milik seorang bangsawan Kerajaan Geni," tambah Batara. 

Ketiga orang itu tambah kaget bukan main mendengar tugasnya sambil mengepal keras tangan mereka.

'Dasar Kakek Tua!' batin mereka serentak kepada Batara. 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Naffy
bikin males baca, bikin cerita yg kreatif dikit lah, masa jadi penulis tapi njiplak hasil karya orang lain, PLAGIAT!!!
goodnovel comment avatar
Naffy
ceritanya mirip Naruto, agak mirip dikit sih gpp, tapi ini mirip bgt, dua tmnnya ini pasti Sasuke dan sakura plagiat!!!
goodnovel comment avatar
Edison188611
iya ya,haha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jalan Pendekar   Pangeran yang Menundukkan Kepalanya

    Batara tahu betul kenapa Giri sangat ingin menjalankan misi tingkat menengah. Ia tahu, Giri juga berambisi untuk menjadi jauh lebih kuat. Tapi tidak seperti Abimana, yang berambisi menjadi Raja. Giri berambisi jauh lebih kuat hanya sekedar balas dendam.Giri Mahasura, berasal dari keluarga yang disegani Desa Asoka. Tapi malangnya kini hanya ia sendirilah satu-satunya orang yang berasal dari keluarga Mahasura.Beberapa tahun yang lalu, seluruh garis keturunan Mahasura dibantai oleh seorang yang tidak dikenal, termasuk ayah dan ibu Giri. Giri satu-satunya Mahasura yang selamat atas insiden tersebut karena saat itu ia sedang berlatih di hutan selepas belajar dari perguruan.Sejak saat itu Giri bersumpah akan mencari pelaku atas pembantaian itu. Tapi Giri yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • Jalan Pendekar   Perjalanan Tidak Mencolok

    Di gerbang Desa Asoka, Regu 1 sudah berkumpul bersama Pangeran Jati serta para pengawalnya. Hanya satu orang lagi yang sedang mereka tunggu saat itu."Ah sial, kenapa pria itu harus ikut? Bukankah kita bisa mengawal Jati sendiri hingga sampai ke rumahnya?" gerutu Abimana sembari melipat tangannya dan menghentak-hentakan kakinya. Sementara orang-orang yang disana hanya pura-pura tidak mendengar ocehan Abimana termasuk dua temannya Sekar dan Giri."Sekar, kau sependapat denganku bukan?"Buk! Sekar malah menjitak kepala Abimana dengan cukup keras."Argh Sekar kenapa kau selalu memukulku?""Sopanlah kepada Pangeran Jati. Kau tidak bisa begitu saja menyebut namanya seolah dia temanmu! Kau juga tidak boleh meremehkan misi ini!" bentak Sekar geram."Ah baiklah-baiklah." Abimana segera menciut saat Sekar memarahinya. Sementara Giri sungguh malu melihat tingkah Abimana dan Sekar di depan Pangeran Jati."Pangeran apa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Jalan Pendekar   Nasi Telah Menjadi Bubur

    Sudah cukup lama mereka berkuda meninggalkan Desa Asoka. Perjalanan itu sungguh sangat membosankan bagi Abimana. Sementara Zali dan Giri tampak waspada menjaga depan dan belakang. Sedangkan Sekar sibuk curi-curi pandang ke arah Giri. "Sekar, apa kau tidak lelah berkuda sendirian? Bagaimana kalau kita berdua menunggangi di satu kuda yang sama saja?" celetuk Abimana mengganggu konsentrasi Sekar ketika melihat Giri. "Abimana kau benar mau mati ya!!" balas Sekar geram. Sementara Jati cukup terhibur melihat tingkah Abimana dan Sekar. "Abimana, tetaplah waspada," celetuk Giri. "Haha Giri, kau terlalu penakut. Bukankah kita sedang menggunakan rencana Zali agar perjalanan kali ini tidak mencolok? Tidak ada yang sadar bahwa ada pangeran disini." "Awas!" jerit Zali tiba-tiba menarik kudanya dengan kencang. Semua orang yang dibelakangnya pun ikut panik dan menghentikan kuda juga secara bersamaan. Sreek! Sreek! Dua or

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Jalan Pendekar   Daerah yang Tidak Mengakui Kekuasaan

    Sesaat kemudian beberapa pendekar utusan Desa Asoka tiba ke tempat Zali dan Regu 1 berada. Tapi Pendekar Pedang Bersaudara pun tetap tidak buka suara. Oleh karena itu Zali memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka, sedangkan Pendekar Pedang Bersaudara dibawa paksa ke Desa Asoka untuk diperiksa lebih lanjut.Kelompok Pendekar Pelarian memang sudah terkenal sepak terjangnya. Jadi mereka tidak akan bicara hanya dengan interogasi biasa.Perjalan berkuda kembali berlanjut, tapi sekarang kondisi sangat tegang dan waspada. Apalagi Abimana merasa sangat tidak berguna saat mereka diserang terakhir kali. Ia menatap Giri dengan kesal, kenapa selalu saja ia kalah dengan Giri. Giri selalu berada di satu tingkat di atasnya."Hiya! Hiya!" Abimana tiba-tiba memacu kudanya dengan sangat cepat melewati Zali bahkan mulai sangat jauh meninggalkan teman-temannya."Abimana! Sedang apa kau!" jerit Zali. Tapi Abimana tidak peduli, ia sengaja melaju l

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Jalan Pendekar   Daerah yang Tidak Mengakui Kekuasaan (2)

    "Eh? Apa ini tidak apa?""Pria itu berani sekali. Apa ia sudah memikirkan perbuatannya?""Bukankah kelima orang itu pencuri yang memang sudah sering berulah disekitar sini?"Orang-orang yang melihat Abimana sebenarnya daripada kagum atas apa yang telah ia lakukan mereka sejatinya khawatir."Raja katanya? Apa dia sudah gila?""Hey ayo kita pergi dari sini sebelum orang itu tahu,""Benar, palingan dia besok akan merasakan akibatnya,"Satu per satu warga yang tadi penasaran dengan ulah Abimana mulai membubarkan diri tanpa sepatah rasa terimakasih pun. Tidak ada yang satu warga pun yang tampak memberinya selamat.Abimana yang sedang menunggu pujiannya pun terheran. Kota itu memang tidak beres, pikirnya. "Tuan Pendekar teri..makasih atas bantuan anda. Tapi sebaiknya tadi kau tidak perlu membantu saya," ucap wanita yang ditolong Abimana. "Kenapa Nona? Apa sebenarnya yang akan terjadi," balas Abimana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Jalan Pendekar   Daerah yang Tidak Mengakui Kekuasaan (3)

    "Baiklah, besok kami akan pergi sendiri tanpamu," ujar Zali dengan dingin. "Terserah kalian," balas Abimana tidak mau kalah. "Abimana, jangan gegabah. Apakah kau tahu atas pilihanmu itu? Kau akan dianggap pendekar yang tidak patuh oleh Desa Asoka dan Kerajaan Geni. Kau akan diasingkan sebagai pendekar. Masa depanmu sebagai pendekar akan terancam kecuali kau menjadi pendekar pelarian," jelas Sekar. "Cih." Abimana sedikit terbayang dengan apa yang dijelaskan Sekar. Sepertinya pilihannya kali ini akan membuatnya sulit kedepannya. "Baiklah, aku sadar penuh akan pilihanku. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi ke depannya. Bagiku, ini adalah jalan pendekarku. Membela yang lemah. Apa gunanya setia kepada kerajaan yang tidak dapat mengatasi hal ini?" ucap Abimana kemudian dengan dingin. Semua tercengang mendengar ucapan Abimana. Tidak biasanya Abimana seserius itu. "Aku akan ikut Abimana," celetuk Giri t

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Jalan Pendekar   Legenda si Bengis

    Abimana dengan semangat pendekar mencari tiap jalan di kota Hancur untuk mencari Wangkawa yang dikatakan pemimpin dari semua berandal yang ada di kota Hancur. "Hey apa kau tahu dimana Wangkawa?" tanya Abimana bertanya kepada seorang pemuda yang duduk di pinggir jalan. Tapi pemuda itu langsung lari kocar-kacir. "Tidak! Aku tidak tahu!" jerit pemuda itu sambil berlari. "Dasar aneh," gumam Abimana. Tidak jauh dari sana Abimana melihat pengemis, segera ia bertanya juga kepada pengemis tersebut hal yang sama. "Ah pergilah! Jangan ganggu aku!" teriak pengemis tersebut dan langsung lari secepat mungkin meninggalkan Abimana. Tapi Abimana yang sudah geram dan tidak tahu lagi harus mencari kemana, langsung saja ia mengejar pengemis tersebut dan buak! Pengemis tersebut dibuat jatuh oleh Abimana hingga ia tersungkur di tanah. "Tolong lepaskan aku, lepaskan. Aku tidak tahu apa-apa," ucap si pengemis saat tubuhn

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • Jalan Pendekar   Ajian Diri Tangan Es

    Sekar tampak panik, Zali terdesak beradu senjata dengan Wangkawa. Giri pun begitu kaget dengan kehebatan lawannya. Jika ia bergerak maka Pangeran Jati akan tanpa perlindungan, bagaimana jika ada musuh lain yang menargetkan Pangeran. "Hey bangun, aku belum selesai," ucap pria yang membuat Giri terhempas. Kini Giri diangkat hanya dengan menarik pakaian pendekarnya ke atas. "Giri!" jerit Sekar lagi, kali ini ia ingin beranjak dari tempatnya. "Sekar! Fokus saja melindungi Pangeran! Giri tidak selemah itu" jerit Zali membuat langkah Sekar terhenti. Lagi-lagi Sekar tidak bisa mengkendalikan perasaannya ketika melihat Giri terluka. Ia sampai lupa bahwa saat ini keselamatan Pangeran Jati adalah yang utama. "Haha Zali, kau pikir siapa yang sedang dihadapi bawahanmu itu? Dia adalah Manggala, muridku," ucap Wangkawa. "Aku tidak peduli siapa dia, Cepat atau lambat ia akan dikalahkan Giri." "Zali, seharusnya kau mengkhawatir

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-16

Bab terbaru

  • Jalan Pendekar   Yodha vs Lika

    Lika maju ke arena dengan perasaan yang sangat takut. Sementara Yodha tampak biasa saja dan terlihat yakin dapat mengalahkan Lika."Mereka berdua dari keluarga yang sama? Tapi berbeda desa?" celetuk Abimana polos."Ya begitulah, keluarga Kusuma tidak hanya ada di Asoka. Mereka juga ada di tempat lain yang masih kekuasaan Kerajaan Geni, tapi Desa Alamanda jumlah anggota keluarga Kusumanya hampir sama banyak seperti Desa Asoka," jelas Sadana.Abimana pun termangu-mangu mengerti."Nona Lika, aku tidak akan menahan diri. Aku akan menghabisimu disini," ujar Yodha, pendekar dengan rambut dikepang tersebut."Ba..iklah," balas Lika masih takut."Djani, kali ini muridmu akan tidak baik-baik saja," celetuk Rumi yang melihat pertarungan tersebut."Cih. Aku sudah tahu itu, Yodha, pendekar pemula terbaik asal Desa Alamanda pasti akan menyulitkan Lika," balas Djani.

  • Jalan Pendekar   Kamayan vs Tikta

    Para pendekar yang lain cukup kaget dengan hasil imbang tersebut. Beberapa dari mereka juga baru tahu ternyata jika kedua pendekar tidak dapat melanjutkan pertandingan maka keduanya akan dianggap gugur."Sekar! Kau sudah melakukan yang terbaik!" jerit Abimana.Sekar yang mendengar Abimana berteriak tidak marah lagi kepadanya. Sekar hanya melemparkan senyum saat beberapa pengawas menggotongnya dengan tandu, di pertarungannya dengan Inge barusan jika Abimana tidak berteriak ketika Inge melakukan jurus pemindah jiwa, mungkin ia akan kalah saat itu.Sekar walau telah dianggap gugur pada ujian pendekar. Ia sangat senang dengan hasil pertandingannya terakhir, dulu ia pikir ia tidak bisa melampaui Inge, tapi ternyata tidak. Sekar bisa menyeimbangi Inge.Sementara Inge yang setengah sadar saat digotong oleh beberapa pengawas. Ia sangat kesal tidak bisa mengalahkan Sekar pada saat itu."Uhuk...baiklah aku akan mengambil kertas untuk

  • Jalan Pendekar   Sekar vs Inge

    Sekar dan Inge sudah berdiri di tengah arena. Inge tampak tersenyum menyeringai, Sekar sendiri tampak terintimidasi karena senyuman Inge tersebut."Sekar berjuanglah!!! Jangan kalah dari nenek lampir itu!" teriak Abimana berusaha memberi semangat Sekar."Diam kau Abimana!!" jerit Sekar kemudian. Abimana pun menjadi ciut. Bukannya tambah semangat, teriakan Abimana di ruangan justru membuatnya tertekan sangat malu."Sekar belahan jiwaku! Berjuanglah!" teriak seseorang lagi, dan ternyata itu adalah Laksmana."Kau juga diam!!!" Sekar sungguh naik pitam."Sekar, masih ada waktu untuk menyerah. Seperti yang kau tahu, kau tidak akan bisa mengalahkan aku," ucap Inge dengan nada provokasi."Diam kau Inge pesek! Aku tidak akan menyerah darimu!""Apa kau bilang? Pesek? Dasar dada rata!""Apa!!!"Eka terlihat jengah, padahal pertarungan belum dimulai, tapi keduanya sudah sangat berisik di arena pertarungan.&n

  • Jalan Pendekar   Jaku vs Sakta

    "Mungkin lebih baik kau menyerah daripada menyesal selanjutnya," ucap Sakta serius."Heeeeh? Kenapa pendekar-pendekar Asoka begitu menyebalkan?" balas Jaku kesal."Aku serius," ucap Sakta lagi."Brengsek kau!""Mulai!" seru Eka.Sakta hanya berdiri begitu santai di tempatnya sementara Jaku langsung menyerang membabi buta. Ia terus menyerang Sakta dengan pukulan dan tendangan. Tapi Sakta tampak santai seolah dia sedang berlatih."Sialan kau! Kau tidak menganggap serius pertarungan ini hah!" ucap Jaku geram."Tembakan angin!" Bush!! Sakta kemudian terdorong saat menerima jurus dari Jaku."Hehe, mampus kau.""Apa hanya ini kemampuanmu? Angin memang sesuatu yang berbahaya. Tapi jika itu anginnya cukup kencang. Jika hanya sebatas ini, bukankah kau hanya akan membuat diriku lebih nyaman dari gerahnya ruangan ini?""Apa kau bilang!!!!" Jaku terpancing saat Sakta memprovokas

  • Jalan Pendekar   Giri vs Yada (2)

    Para pendekar Asoka tampak terbelalak, terlebih Abimana dan Sekar.Pembimbing pendekar Swara tampak sangat senang melihat Giri terdesak seperti itu. Tapi tiba-tiba ia mengucapkan beberapa mantra yang hanya dirinya sendiri yang mendengar.Giri melihat Eka hendak menghentikan pertarungan."Aku belum menyerah," ucap Giri dengan leher tercekik. Langsung saja Eka mengurungkan niatnya."Menyerahlah!" ucap Yada semakin kuat menyekik leher Giri."Arrrrg..""Arrrrgghhhhh!" tiba-tiba Giri menjerit hingga terdengar menggelegar satu ruangan."Hey Eka kenapa kau tidak menghentikan pertarungannya! Giri temanku terdesak!" jerit Abimana.Tapi Eka tahu Giri menjerit bukan karena dicekik, tapi karena suatu hal lain."Wuarghhhh!!!!" Giri menjerit menggelegar lagi. Bahkan Yada sendiri tahu itu bukan karena dirinya.Giri dengan sekuat tenaga berdiri, membuat Yada tergendong di belakang Giri.&n

  • Jalan Pendekar   Giri vs Yada

    Batara duduk di kursinya, di dekatnya banyak sekali pendekar tingkat tinggi yang berasal dari kerajaan Geni. Baik dari desanya maupun desa lain. Dan terdapat pula dua pendekar tingkat tinggi yang diluar kerajaan Geni.Seorang bernama Biki, ia adalah guru pembimbing tiga pendekar bersaudara Wedhi. Dan satu yang lain tidak diketahui namanya, beliau adalah guru pembimbing dari pendekar asal Desa Swara.Batara tampak senang dari kursinya, karena dalam ujian pendekar kali ini Kerajaan Geni tampak unggul. Tiga regu berasal dari Desa Asoka dan dua regu berasal dari Desa Alamanda.Dari lima kerajaan besar, hanya pendekar Wedhi yang berhasil sampai ke tahap tiga. Sungguh memalukan bagi tiga kerajaan besar lainnya. Banyu, Kilat, Hawa. Pasti mereka gugur pada tahap dua yang memang terkenal paling menyeramkan.Malah Desa Swara yang berhasil maju sampai ke tahap tiga, sebuah tempat yang sangat jauh dari kekuasaan lima

  • Jalan Pendekar   Ujian Pendekar Tahap Tiga Dimulai

    Di Tugu Batu, tidak jauh dari tugu tersebut terdapat bangunan satu lantai yang cukup luas. Bangunan tersebut adalah satu-satunya bangunan yang terdapat di Hutan Terlarang. Bangunan itu sebelumnya berfungsi sebagai tempat peristirahatan untuk para pendekar yang sedang melakukan latihan di hutan tersebut.Tapi kali ini, tempat itu menjadi tempat berkumpulnya para pendekar yang sedang melaksanakan ujian pendekar tahap dua. Tentunya yang sudah berhasil membawa dua gulungan, hitam dan putih.Semua regu yang sudah dinyatakan lolos tahap dua ujian pendekar ada disana. Beberapa regu tampak mengasingkan diri memencar diri dari regu lainnya. Hanya para pendekar Kerajaan Geni yang berkumpul dan bercengkrama satu sama lain."Haha Abimana, aku pikir kau tidak akan lolos pada tahap dua ini," sindir Kaloka."Hey Kaloka, apa kau lupa apa yang sering aku katakan? Aku ini calon Raja. Tentu saja tidak akan begitu saja gugur pada ujian rendahan sepert

  • Jalan Pendekar   Hari Terakhir, Gulungan Terakhir (2)

    Regu 1 bersama Fusena segera bergegas menuju daerah tengah hutan. Ternyata rencana Fusena cukup sederhana, yaitu hanya sebatas pergi ke tengah hutan. Karena menurut pengalamannya yang telah berulang kali mengikuti ujian pendekar, di saat hari terakhir seperti ini akan banyak regu disana yang akan saling menunggu dan bertarung.Jadi Fusena berniat membantu Regu 1 agar kesempatan menang dalam pertarungan tengah hutan tersebut semakin besar. Hal itu juga menguntungkan Fusena sendiri, sehingga dirinya bisa pergi ke Tugu Batu dengan selamat. Karena jika ia sendiri ke tengah hutan tentu itu sangat berbahaya."Baiklah! Ayo kita rebut gulungan milik mereka!" ucap Abimana semangat yang berlari paling depan.Suatu ketika mereka berempat beristirahat sejenak di sebuah bongkahan kayu untuk menegak sedikit air demi mengisi tenaga."Tugu Batu sudah terlihat," tunjuk Fusena. Benar saja yang disebut Tugu Batu itu sangat mudah dikenali. Karena batu

  • Jalan Pendekar   Hari Terakhir, Gulungan Terakhir

    Kaloka sontak langsung menutup mulut Arka yang sejak tadi ia gendong. Sakta pun memberi isyarat jangan berisik dengan jari di bibirnya. Kaloka dan Lika pun sontak saling mengangguk tidak bergerak."Tidak ada siapapun disana," ujar Ranti."Benar, ayo kita segera Tugu Batu," tambah Kamayan.Ranti dan Kamayan sebenarnya juga menyadari ada tiga orang yang sedang bersembunyi di pepohonan tersebut. Tapi mereka ingin mencegah Darsana untuk membunuh orang lagi, mereka sangat tidak bisa mengatasi jika sesuatu yang di dalam diri Darsana keluar."Jangan bodoh, jelas aku merasakan ada tiga orang bersembunyi disana," ucap Darsana dingin.Deg. Darsana tidak bisa didustai, ia bukan pendekar kemarin sore yang tidak bisa merasakan kanuragan milik orang lain.Ranti dan Kamayan pun pasrah, mereka pun kali ini tidak bisa mencegah Darsana. Jika mereka bersikeras, Darsana tidak akan peduli ia akan membunuh mereka berdua walaupun kedu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status