Share

SEMOGA DEAL!

Penulis: Secilia Abigail Hariono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

SEMOGA DEAL!

"Tapi bu," ujar Dinda

"Sudah sana! Cepat telepon Ifah!" perintah bu Nafis lagi memotong ucapan Dinda.

Dinda segera masuk ke rumah dan menuju kamar. Dia mengambil hp-nya dan segera menghubungi Ifah. Panggilan pertama hanya memanggil, panggilan kedua menghubungkan, panggilan ke tiga baru di angkat.

"Halo! Assalamualaikum, iya Mbak Dinda! Kenapa sih telepon- telepon Ifah terus?" tanya suara di sebrang sesaat setelah telpon di angkat.

"Fah! di suruh pulang sama Ibu sekarang! Sebelum Mas hasan pulang!" omel Dinda.

"Memang Mas Hasan pulang kapan Mbak?" tanya Ifah.

"Assalamualaikum!" teriak seseorang lelaki dari ruang tamu.

"Mati kau Fah! Sepertinya Mas Hasan pulang! Cepat kau pulang sekarang," perintah Dinda sambil segera menutup telepon.

Dinda berlari ke arah depan niatan menyambut suami pulang kerja.

"Waalaikumsalam.... eh Mas su...." belum selesai Dinda menyapa dia kaget bercampur malu.

Dia terkejut karena ternyata yang datang bukan suaminya. Nampak seorang lelaki asing berd
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MENTAL IBUMU KAU JAGA, MENTAL ISTRIMU KAU HABISKAN!

    MENTAL IBUMU KAU JAGA, MENTAL ISTRIMU KAU HABISKAN!"Mas, kalau memang mereka tak meminta potongan harga yang banyak, lebih baik lepaskan saja mobil itu! Insya Allah Dinda ikhlas, toh uang itu juga akan di gunakan untuk kepentingan Ifah membayar kuliah, insya Allah pasti nanti akan ada gantinya Mas," kata Dinda."Sebenarnya Mas kemarin menawarkan harga sembilan puluh lima juta, Dek! Tetapi ternyata mereka menawar dengan harga sembilan puluh empat juta," jawab Hasan."Lepaskan saja, Mas! Tak apalah, tak usah terlalu memberati uang satu juta! dari pada nanti tidak jadi dan Mas Hasan bingung lagi mencari pembeli, kasihan juga Ifah semua temannya sudah mendaftarkan kuliah tinggal dia yang belum Mas," ujar Dinda.Hasan mengelus kepala istrinya itu perlahan. Dia sangat bersyukur memiliki istri yang sangat pengertian. Jarang istri yang seperti Dinda."Terima kasih ya, Dek! Kau selalu mendahulukan keluargaku dari pada kepentingan pribadimu sendiri, doakan Mas ya! Semoga rezeki Mas makin banya

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ANTARA BAKTI PADA IBU DAN ISTRI!

    ANTARA BAKTI PADA IBU DAN ISTRI!"Dek tolong, Mas! Kali ini saja, kau mau mengerti," pinta Hasan.Dinda diam tak lagi menjawab semua perkataan suaminya. Dia memilih untuk berpura- pura tidur memejamkan matanya sambil membelakangi Hasan. Dia berharap semoga berhasil menenangkan pikirannya sendiri."Apakah ini tanda bahwa aku harus pulang ke rumahku Kediri?" tanya Dinda dalam hati.Dinda sangat sadar bahwa semua ini sumber masalah bukan terpusat pada Hasan. Logikanya berkata seperti itu, tetapi tidak dengan hatinya sebagai perempuan dan istri Hasan. Dia ingin membela suaminya, tetapi mengapa malah suaminya tidak pernah melihat usahanya. Hasan selalu saja mengatakan alasan berbakti pada ibunya, dia tak pernah mau memberontak pada bu Nafis."Dek, tidakkah kamu saat ini mengerti bahwa posisiku sangat lah sulit? Andai kau tahu Dek, begitu sulit menjadi aku! Satu posisi dia Ibuku, tapi di sisi lain kau juga Istriku! Hanya beliau yang aku miliki setelah aku harus kehilangan Abah! Jangankan ua

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MENANTU BUKAN ANAK KANDUNG MERTUA!

    MENANTU BUKAN ANAK KANDUNG MERTUA!"Kan yang kecelakaan Ibu karena kecerobohan dan kelalaian Ibu sendiri! Lalu yang membayar semua tagihan bukan uang Ibu tapi uang Abah, yang Ifah pertanyakan mengapa harus Mbak Dinda yang menggantikan uang Ibu itu? Di mana salah Mbak Dinda dan Mas Hasan?" tanya Ifah dengan wajah polosnya."Ya, itukan anu," kat bu Nafis bingung menjelaskan jawaban ari pertanyaan Ifah."Karena Mas kamu Hasan sendiri yang menjanjikan itu pada Ibu, lagian seharusnya saat Ibu di rawat di rumah sakit itu, biayanya harusnya di tanggung kalian sebagai anak -anak Ibu! Kalian harusnya patungan untuk membayar biaa operasi, kamu, Hasan, Alif, juga Zain! Tetapi ibu sudah sadar diri kalian anak- anak Ibu tak ada yang punya uang! Makanya Ibu mau meminjami pakai uang pribadi Ibu dulu, " jelas bu Nafis."Mengapa kami harus berpatungan, Bu? Itukan uang Abah!" protes Ifah."Ah kau itu bodoh! Itu yang namanya bakti pada orang tua! Wes jangan banyak ngomong makan nih martabak!" perintah b

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MASUK DALAM JEBAKAN HASAN

    Masuk dalam jebakan Hasan"Hasan ingin mengatakan sesuatu pada Ibu, tapi Ibu jangan pernah marah ya," bujuk Hasan."Kenapa? Kau tak ingin mengembalikan uang itu? Pergilah dari kamar Ibu!" usir bu Nafis."Bukan, bu! Tapi Hasan ingin berkata bahwa uang itu akan Hasan kembalikan tapi nanti dulu ini Hasanah baru ada uang lima juta Ibu pegang ya yang tiga juta untuk Hasan nanti uangnya akan segera Hasan transfer ke rekening Ibu sudah jangan marah lagi ya Bu," bujuk Hasan sambil mengelus lengan ibunyaHasan tetap saja Tak tega untuk berlaku kejam pada ibunya seperti ucapan Zain tadi. Walaupun dia tahu saran Zain yang tadi tidak salah juga, namun saat Hasan memandang wajah ibunya membuat hatinya iba dan tak tega untuk mengatakan semua itu. Dia tetap memberikan uang yang di miliki sebesar lima juta itu untuk ibunya. Kemudian dia memberikan penjelasan pelan- pelan pada ibunya itu. Hanya itu cara satu-satunya dan penengah bagi Hasan agar dua wanitanya tak sakit hati."Kok cuma lima jutas aja, w

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   SURAT CINTA DARI ALLAH

    Surat cinta dari AllahHasan keluar dari kamar ibunya. Dia melihat keluar ke ruang tamu sudah sepi. Zain sudah tidak ada di tempat sana lagi. Hanya menyisakan dua bungkus martabak yang sudah tertutup. Hasan menghabiskan kopi di cangkirnya, sambil memakan martabak itu. Menunggu Ifah keluar dari kamar, baru dia akan masuk ke dalam.Hasan meminum kopi sambil melihat- lihat hp-nya. Dia melihat beberapa sosial medianya yang sudah lama tak di buka. Hasan adalah tipikal lelaki yang jarang bermain sosial media apalagi dengan Dinda, dia lebih parah darinya. Jika tak ada kepentingan maka dia tak pernah membuka sosial media rasanya.'krek' pintu di buka. Terlihat Ifah keluar dari kamar mereka. Dia keluar dengan posisi sudah melepas jilbabnya. Mungkin dia tadi sudah plong curhat dengan Dinda."Sudah selesai, Fah?" tanya Hasan."Sudah, tuh Mbak Dinda kasihan lho, Mas!" ujar Ifah."Kasihan kenapa?" tanya Hasan heran."Noh lihat sendiri!" perintah Ifah."Dasar Mas Hasan mah sama aja dengan laki- lak

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   IBU HAMIL BAUNYA WANGI!

    IBU HAMIL BAUNYA WANGIHasan mengelus rambut Dinda. Betapa bersyukurnya Dia memiliki wanita seperti ini. Mereka bersiap- siap untuk pergi makan malam berdua di pinggir jalan. Saat keluar kamar mereka bertemu dengan bu Nafis. Dinda sedikit kecewa pasti akan batal jika urusan dengan mertuanya."Mau ke mana?" tanya bu Nafis."Em itu, Bu! Mau keluar sama Dinda sebentar," jawab Hasan sambil mengedipkan matanya pada bu Nafis. Bu Nafis langsung paham kode dari Hasan. Dia senang kali ini karena Hasan memang membuktikan jika dia berada di pihaknya. Tapi dia tak mau langsung berpura- pura mengizinkan akan terlalu mencolok nantinya."Keluar ke mana? Malam- malam loh, istrimu ini hamil nanti kalau sawan gimana?" tanya Bu Nafis menginterogasi."Ini lho, Bu! Cucu Ibu sedang ngidam, Dinda tiba- tiba kepengen makan bebek goreng! Tapi kami mau makan di kedainya saja langsung bu, jadi mumpung masih jam segini kami mau membelinya, boleh kan, Bu?" izin Hasan."Pasti akan gombreng Kanjeng Ratu," batin Di

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   BEBEK GORENG DI PINGGIR JALAN!

    BEBEK GORENG DI PINGGIR JALAN!Dinda menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia yakin sepertinya memang melihat bayangan sosok lelaki menyusup ke sana."Apa itu ada kaitannya dengan jendela Ifah, ya? Apa itu ada kaitanya dengan kondom ya?" batin Ifah."Astagfirullah," Dinda berusaha menepis semua pikiran buruk yang di milikinya.Lalu dia segera naik ke atas motor berbonceng dengan Hasan. Dia memeluk suaminya, hal romantis yang tak pernah bisa di lakukan jika naik mobil bersama. Menikmati semilir angin malam yang menerpa badan mereka."Dek, apa kau mencintaiku?" tanya Hasan sambil membuka helmnya."Jujur saja, Mas! Selama ini aku belum seratus persen mencintaimu, Mas! Menurutku itu wajar saja, mengingat kita ta'aruf di perkenalan, dan pacaran setelah menikah!" kata Dinda."Tapi rasa sayang itu sudah mulai ada, aku tak ingin munafik tapi memang begitulah kenyataannya. Rasa takut kehilanganmu, itu mulai muncul, Mas!" sambung Dinda."Aku akan buatmu mencintaiku, Dek! Aku akan membuatmu yak

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   PELACUR BERJILABAB?

    PELACUR BERJILBAB?"Iya, Mas! Aku bisa memaafkan semua kesalahanmu, apapun itu! Asal kau tak menduakan aku, aku bisa memaafkan semua kesalahan Ibumu dan menerima semua perlakuan beliau dan terus tetap bertahan mendampingimu walaupun Ibumu memaksamu menikah lagi, asal Mas Hasan tetap aja berpegang teguh satu istri dan tak menduakan aku, hanya itu saja syaratnya!" jelas Dinda."Kenapa begitu?" tanya Hasan."Karena jika kau memilih wanita lain dan membuka hatimu untuknya itu kan artinya sama saja kau mengusir ku secara halus Mas, kau menyisihkan aku dari hatimu! Dan akan ada cinta yang di bagi nantinya, aku tak mau itu," jawab Dinda."Itu artinya kau tak suka poligami, Dek? padahal itu boleh loh dalam ajaran Islam," goda Hasan."Loh siapa yang menyangkal poligami? Wong aku ya tau kok kalau poligami itu di perbolhkan dalam islam, memang benar! Aku juga tak pernah bilang bahwa mengharamkan poligami! Tapi ingat, poligami itu tidak berlaku pada suamiku, biar berlaku saja pada orang lain!" j

Bab terbaru

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ENDING YANG BAHAGIA!

    ENDING YANG BAHAGIA!"Ya Allah apapun yang terjadi aku ikhlas, akan semua keputusanmu. Berikan yang terbaik," kata Dinda dalam hati.Tanpa membuang waktu lagi dia mengetes dan hasilnya adalah garis dua. Dinda langsung memekik, memakai bajunya dengan baik dan keluar dari kamar mandi. DIa langsung bersujud saat itu juga, dia merasa senang sekali."Ya Allah ternyata kau adalah sebaik-baiknya pengatur! Di saat semuanya sudah damai saat seperti ini kau memberikanku kepercayaan lagi dan di saat ini pula itu bersama pak Hendi akan segera umroh. Alhamdulillah! Alhamdulillah ya Allah," pekik Dinda tertahan dalam isak tangisnya.Dia pun segera menelpon kedua orang tuanya. Dia ingin membagi kabar kebahagiaan itu pertama kali dengan kedua orang tuanya. Untung tak lama telpon itu diangkat."Assalamualaikum, Papa!" sapa Dinda."Waalaikumsalam, Nduk," jawab Pak Bukhori."Papa, sedang sibukkah?" tanya Dinda."Kenapa kok sepertinya kau terdengar sangat gembira sekali. Ada berita membahagiakankah?" s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Hamil?

    HAMIL?"Ya, lama-kelamaan aku juga ikhlas. Aku selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya. Bayangkan saja betapa akan mengasyikkan nanti hidup kita berdua setelah menjadi saudara tiri dan kau serta aku bisa berbaikan. Ini akan sangat menguntungkan sekali bagi kita, karena kita bisa menginap di rumah masing-masing sesuka hati lagi. Ide bagus kan?" bujuk Ifah.Dinda salut sekali pada adik iparnya itu, Ifah nampak sekali mencoba untuk lebih bijak dan dewasa. Hal itu membuat Dinda dan Hasan tersenyum."Nah kau dengar sendiri kan, Nduk? Ifah saja sudah bisa berdamai dengan keadaan, kau sampai kapan mau begini terus? Percayalah Ibumu juga ingin melihat Papa bahagia dan mungkin saat ini Papa bisa bahagia jika bersama Bu Nafis. Bukannya sebagai Bapak egois tetapi Papa membutuhkan teman saat tua. Kau juga akan memiliki kehidupan sendiri nantinya. Lalu bagaimana kalau kita tua? Papa juga membutuhkan sosok bu Nafis sebagai ibu pengganti kalian," terang Pak Hendi."Jadi tolong terimalah," l

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   AWAL BARU KEBAHAGIAAN

    AWAL BARU KEBAHAGIAAN"Benarkah , Pak? Sungguh rasanya ini masih seperti mimpi, Mas. Alhamdulillah ya Allah," kata Bu Nafis langsung luruh di lantai.Da bersujud syukur, tak pernah terbayangkan di dunia bisa menginjak tanah suci bersama suami barunya itu. Dia sekarang benar-benar merasa sangat dicintai dan sangat bahagia meskipun pernikahannya dengan Abah dulu cukup bahagia namun dia tidak pernah mencintai Abah sepenuhnya. Beda halnya dengan Pak Hendi, dia benar-benar mencintai lelaki itu. Pak Hendi pun membiarkan sang istri menikmati sujud syukurnya, setelah selesai dia merengkuh sang istri. "Semua telah berlalu, semua telah usai. Buang semua traumamu, buang semua marahmu terhadap anak-anakmu, terhadap menantumu. Hubungan semua yang buruk-buruk lupakan, kita mulai semuanya baru. Kita akan pergi umroh bersama, kita berpamitan kepada anak-anak ya," pinta Pak Hendi.Bu Nafis memeluk Pak Hendi dan menangis sesegukan. Dia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya.

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   HADIAH DARI SUAMI BARU

    HADIAH DARI SUAMI BARU"Bu? Apa Ibu tidak berjualan lagi?" tanya Dinda saat dia melihat dapur yang masih bersih."Tidak, Pak Hendi melarangku untuk jualan," jawab Bu Nafis.Mertuanya itu masih meminum kopinya di meja makan, sedangkan Pak Hendi entah kemana.Pamit pulang ke rumahnya. Dinda menggeret kursinya. "Maafkan Dinda ya, Bu. Selama ini Dinda yang egois, Dinda yang banyak salahnya sebagai menantu," kata Dinda."Maafkan Ibu juga," ucap Bu Nafis lirih. Terlihat dari wajahnya sepertinya dia juga menyesal. "Terkadang sebagai seorang ibu aku merasa belum rela jika anak lelakiku mencintai wanita lain bahkan terkadang aku merasa iri. Bagaimana bisa anakku memperlakukanmu begitu istimewa sedangkan akulah yang melahirkannya, akulah yang menyusuinya, akulah yang selalu membersamainya sampai dia besar. Ketika dia sudah besar aku harus melepaskannya, rasanya aku masih belum ikhlas. Aku tahu ini salah, tetapi itulah yang aku rasakan sekarang," kata Bu Nafis menghela napasnya panjang."Bu...

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA

    ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA"Hahaha lalu kau percaya begitu saja?" tanya pak Hendi. Hasan pun mengangguk dengan polosnya. Membuat Dinda dan Pak Hendi gemas sendiri namun merasa lucu dengan tingkah Hasan."Mana ada online sembako yang bisa menggaji karyawannya sebanyak itu? Bahkan bisa untuk mencukupi dan menambal semua kekurangan kebutuhan keluarga kalian. Apakah kau pernah membelikan bensin kendaraanmu itu, San?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Lalu biaya servis? Siapa yang menanggungnya?" selidiknya."Dinda, Pak," jawab Hasan lemah."Lalu untuk kekurangan-kekurangan kebutuhan harian kalian? Bahkan untuk makan sehari-hari, biasanya siapa yang mennambal sulam?" cerca Pak Hendi."Dinda," sahut Hasan."Lalu, apakah selama ini Dinda pernah menuntutmu atau keluarga Dinda pernah menuntutmu dengan semuanya berkaitan dnegan nafkah atau uang?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Menurutmu kenapa mereka tidak menuntutmu? Bukankah itu a

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS

    MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS"Terima kasih karena Ibu sudah bicara seperti itu kepada Dinda. Sungguh Hasan tak mengira itu. Ibu bisa meminta maaf kepada Dinda dengan tulus. Hari ini rasanya adalah hari yang paling membahagiakan untuk Hasan," kata Hasan. Bu Nafis hanya tersenyum kecut mendengar semua ucapan Dinda dan diam. Begitupun dengan pak Hendi, lelaki itu lebih senang memperhatikan mereka. Ada bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata melihat keluarga barunya ini sedang mencoba memperbaiki semuanya."Kau ke sini tulus kan Nafis?" tanya pak Hendi."Iya," jawab Bu Nafis. "Nafis, ingatlah. Selama ini banyak hal dan kebaikan yang diperbuat Dinda untuk keluargamu. Jadi sekarang tak ada salahnya jika kau ganti membahagiakan Dinda. Toh Dinda tak pernah meminta banyak padamu kan? Dia tak minta hartamu, dia juga tak meminta kau menjadi ini dan itu. Dia hanya ingin mencoba membina keluarga sendiri dengan Hasan putramu, tak ada yang salah sebenarnya" ucap Pak Hendi."Nah memisah

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!

    RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!"Pak, Bu," panggil Dinda lirih. Hasan tersedak."Uhukkk," Hasan langsung terbatuk."Kenapa to, San? Kok sampai tersedak begitu? Mbok ya kalau makan itu hati-hati. Tak akan ada yang meminta makananmu," tegur Bu Nafis dengan sigap mengulurkan air minum dalam gelas.Hasan dengan segera meminumnya, Dinda yang melihat itu hanya menghela nafasnya panjang. Lagi dia merasa, bahwa dia lah yang harus bersikap tegas sekarang. Kalau saja dia tak tegas maka yang rugi akan dirinya sendiri."Ada apa?" tanya pak Hendi."Begini, Pak. Maaf sebelumnya jika pagi-pagi Dinda langsung membahas pembahasan berat seperti ini. Tapi Dida tak dapat menahannya lagi. Karena sepertinya suami Dnda ini tidak sanggup mengatakannya," ucap Dinda. Hasan hanya mampu menundukkan kepalanya."Katakanlah, Nduk," perintah Pak Hendi."Dulu kan Mas Hasan pernah berjanji kepada Dinda untuk membawa Dinda mengekost dan membina hubungan rumah tangga sendiri tanpa ikut campur tangan

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Izin Pergi Dari Rumah

    IZIN PERGI DARI RUMAH"Kau sudah berkemas, Dek? Pagi sekali. Bukankah kita bisa pindahan nanti saja saat aku pulang bekerja?" tanya Hasan."Tentu saja, Mas. Kita bisa kok pindahan nanti dan aku juga tidak menuntut untuk pindahan sekarang juga," kata Dinda menyahut."Lalu kenapa kau sudah bersiap dan berkemas seperti itu? Toh pindahnya kan masih nanti," ucap Hasan."Tak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang senang saja, kita akhirnya bisa pindah. Aku tak ingin kau berubah pikiran, maka dari itu aku sudah menyiapkan semuanya. Kita tinggal berangkat nanti setelah kau pulang dari bekerja," teramg Dinda. Hasan menghela napasnya panjang. "Tapi aku belum berpamitan dengan ibu atau Pak Hendi Dek. Nanti kita pahami dulu ya," minta Hasan."Iya, Mas," sahut Dinda tanpa keberatan sedikitpun."Apa Kita tak bisa sedikit lebih lama lagi di sini, Dek?" gumam Hasan lirih namun masih bisa terdengar oleh Dinda."Tidak, Mas. Seperti janjimu dulu. Aku hanya menuntut apa saja yang sudah kau katakan padaku di dep

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?

    MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?"Selama ini aku salah Pak," gumam Bu Nafis."Nafis, kau itu harus menyadarinya kalau kau yang salah saat ini. Jangan semua kau nilai dari keuangannya saja, kau ini terbiasa menilai semua dari uang dan harta. Kita tidak tahu orang itu sebenarnya kaya atau tidakk. Karena apa? Banyak orang yang berpura-pura kaya namun tak sedikit orang juga yang masih berpura-pura miskin agar tak terlihat kaya dan banyak di hutangi orang," jawab Pak Hendi."Kita tidak dapat menilai semua hanya dari harta, tapi lihatlah. Coba kau ingat lagi, kebaikan apa yang sudah Dinda buat selama ini untukmu? Apa yang dilakukan untuk keluargamu juga? Kau bahkan juga menggadaikan mobil miliknya padaku. Apakah itu benar? Dinda masih legowo juga lo. Nah, coba kau renungi semua. Itu yang penting," tegur Pak Hendi."Lalu aku harus bagaimana, Pak?" tanya Bu Nafis. "Jika aku menjadi dirimu maka aku akan minta maaf. Jadi saranku mending sekarang kau minta maaflah kepada Dinda," jawab Pak Hendi."

DMCA.com Protection Status