JANGAN MERASA SI PALING PALINGDinda menarik nafasnya perlahan, antara ingin bertanya atau tidak. Dia tak berani karena takut membuka aib suami, namun ini kesempatan emas. Bertanya langsung pada orang yang tepat."Umi, bagaimana jika di dalam rumah tangga seorang suami merasa paling benar?" tanya seorang wanita berhijab dengan bulu mata anti badai.Dinda lega sekali akhirnya ada yang merasakan sepertinya sehingga membuatnya tak harus repot membuka aib suaminya di hadapan banyak orang semua. Karena Dinda juga merasa tak enak, meskipun Ifah sekarang ada di pihaknya namun dia kan tetap saudar kandung Hasan. Belum lagi nanti jika bu Nafis datang."Nah ini! Ini merupakan permasalahan yang paling banyak. Memang memiliki suami yang merasa dirinya selalu benar memang sangat menjengkelkan. Hal ini membuat kita sebagai istri tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasakan. Memang hampir setiap hubungan memiliki konflik karena membutuhkan navigasi dari dua kepribadian yang berbeda. Meski ada banya
SILENT TREATMEN MERUSAK MENTAL!"Umi saya," ucap Dinda."Iya, Mbak. Bagaimana?" tanya Umi Laila."Bagaimana jika suami marah tapi tidak mengomel. Suami hobi memberi pelajaran silent treatmen alias diam saja, Umi. Bagaimana menghadapinya?" tanya Dinda."Masya Allah! Ini yang sering di sepelekan namun sebenarnya adalah hal yang tak bisa dianggapnya sepele namun, berakibat buruk bagi kehidupan berumah tangga. Beberapa dosa suami pada istri yang dibenci oleh Allah SWT. Pertama, banyak tingkah ketika sudah punya banyak harta. Kenapa? Sikap suami yang melewati batas itu suami awalnya seneng pada perempuan ini, kalo udah kaya banyak harta beda. Tingkahnya semakin banyak maka jaminan Allah murka dengan suami yang seperti ini. Kedua, tidak bisa bersikap adil ketika poligami. Sebagaimana telah diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda bahwa barang siapa yang memiliki dua orang istri lalu dia lebih cenderung kepada salah seorang di antara keduanya, maka dia akan datang pada hari kiamat kelak d
INI SEKEDAR PERTANYAAN MEWAKILI ATAU CURAHAN HATI?"Terus kalau begitu untuk membahas masalah berat harus sama siapa, Umi?" tanya Ifah."Betul itu, Umi. Jika bukan dengan suami harus dengan siapa lagi, Umi? Kalau boleh jujur banyak istri yang mungkin saat ini sedang bingung dan tak tahu harus bercerita atau bertukar pikiran kepada siapa saat ada masalah datang menyapa. Setiap hari sibuk dengan urusan yang membuat suaranya terkikis, namun demi anak harus bertahan mesti sakit hati dan menangis. Suami yang di harapkan menjadi tempat berkeluh kesah saat hati gelisah, namun seolah tak peduli dengan dalih lelah mencari nafkah," kata wanita di pojok sambil menangis tergagap."Padahal kebutuhan hakiki seorang Istri adalah bersandar dan bermanja sambil bercerita di pundak suaminya. Berharap dari mulut sang suami keluar kalimat- kalimat yang berenergi dan bisa memberi semangat. Kadang tanpa di sadari di luar rumah sang suami bisa menjadi pendengar yang baik buat teman-temannya, namun di dalam r
BERTAHAN DI ERA GEMPURAN SEUMUR HIDUP TERLALU LAMA!"Apa lagi?" tanya Umi Laila."Konflik dengan mertua Umi!" teriak Dinda bersemangat."Wah! Semangat sekali kakak ipar Mbak Ifah ini. Sebenanrnya mewakili Ibu- Ibu muda lainnya di sini atau curahan hati ini?" tanya Umi Laila. Dinda langsung terdiam mendengar ucapan Umi Laila. Dia tak mungkin mengatakannya di sini juga dengan jujur. Ini adalah rumah mertuanya, lagipula ada Ifah adik iparnya. Belum lagi jika mertuanya Bu Nafis muncul tiba- tiba, bisa jadi dia akan di coret dari KK sekarang juga."Tak usah di masukkan hati, Mbak Dinda ya namanya?" tanya Umi Laila. Dinda mengangguk malu dan tersenyum sekilas."Memang tak jarang pasangan baru mungkin akan tinggal dengan mertua untuk sementara waktu. Hal ini biasanya kerap menjadi masalah dan menjadi salah satu ujian rumah tangga berikutnya. Karena mungkin ada saja hal yang tidak cocok antara pasangan dengan mertua maupun sebaliknya. Jangan langsung melayangka
KESEMPURNAAN DALAM RUMAH TANGGA?"Lalu sampai kapan rumah tangga harus di pertahankan Umi di era gempuran seumur hidup terlalu lama?" sahut wanita di sampingnya."Harus sampai mana batas kesabaran dalam rumah tangga? Sampai batas mana rumah tangga kita itu harus di perjuangkan untuk tidak sampai terpecah dan tidak sampai nanti akan muncul kata- kata perceraian. Sampai batas mana dan kemudian di batasan apa kita terus memutuskan? begitu kan?" tanya Umi Laila.Mereka semua pun menganggukkan kepalanya. Menyetujui ucapan Umi Laila, kapan lagi ada seorang ustadzah yang mau menyarankan dan membahas perceraian. Semua ustad rasanya hampir melarang perceraian dengan dalil cerai adalah perbuatan yang sangat di benci Allah."Kadang nih, kita ada perasaan di hati tampaknya saya harus bercerai, karena perceraian itu pun ketika di jalankan sesuai dengan syariat ketika kemudian alasannya adalah alasan yang memang di perkenalkan oleh syariat, kemudian ada niatan -niatan yang baik dari pasangan itu,
MERTUA IDAMAN"Intinya kita harus mengalah. Jangan bangun narasi kesempurnaan dalam rumah tangga kita. Karena apa?" tanya Umi Laila."Karena rumah tangga tak ada yang sempurna, Umi," jawab Dinda."Betul. Kita yang repot nantinya. Kita yang akan berantakan, kita akan kepikiran, kita akan menuntut kesempurnaan. Karena apa? Tak akan ada yang sempurna dalam pernikahan itu. Ingat konsep nya menikah itu adalah konsep persatuan atau pertautan antara dua sosok yang satu pendosa, yang satu pendosa juga. Betul tidak? Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan yang terbaik di antara mereka yang paling banyak bertaubat. Jadi kita khususnya, pasangan yang menikah maka jangan bangun narasi dalam rumah tangga itu sempurna dan salah satunya adalah dengan terlalu menuntut suami. Memarahinya setiap ada permasalahan dan selalu menyaahkannya," jelas Umi Laila."Jika memang dalam berumah tangga kau menginginkan samara, maka bersikaplah seperti zauji. Pas
ISTRI YANG ADA DI PERSIMPANGAN"Masya Allah, andai mertuaku begitu," gumam Dinda spontan."Mertua Mbak Dinda kenapa?" tanya Sifa."Entahlah Mbak, aku ini harus bagaimana juga bingung. Cobaan rumah tangga ada saja, apalagi saat ini aku sedang hamil muda. Bawaannya perasaan terus," ujar Dinda."Masya Allah selamat ya, Mbak. Selamat sudah hamil, aku pun juga baru melahirkan putriku, masih berusia enam bulan. Kalo wanita juga wah akan menjadi teman nanti. Mbak Dinda sudah berapa bulan kandungannya?" tanya Sifa."Baru juga dua bulan ini, Mbak. Doakan ya," pinta Dinda."Insya Alla, hati -hati Mbak Dinda, jaga diri baik- baik, jaga mentalnya. Jangan sampai apa yang kau rasakan nanti berpengaruh kepada janin," perintah Sifa."Amalkan amalan Ibu hamil yang sesuai dengan ajaran islam, Mbak. Tak hanya perkara kesehatan yang perlu dijaga, tetapi ketenangan hati ibu juga jadi salah satu kunci kehamilan yang sehat. Selain asupan nutrisi yang perlu dijaga dan dipenuhi dengan baik, berdoa juga jadi s
BUKAN TENTANG SEMANGKOK RAWON"Dinda! Dinda! Buka! Di!!!!" teriak Bu Nafis.'Dok' 'Dok' 'Dok' sambil menggedor pintu samping rumah."DIIIIINNNNNN! BUDEK YAAAA!!!!!" perintahnya."Iya, Bu!" sahut Dinda segera berjalan setengah berlari ke belakang. Gedoran pintu belakang berbunyi berkali- kali. Nampak Bu Nafis seperti menggedor namun menggunakan tubuh bukan tangan karena pintu seng itu sampai mleyot- mleyot. Dinda segera membukakan pintu."Lama sekali! Kau sedang apa sebenarnya, jadi wanita itu mbok yo seng gesit. Wanita kok gak bisa tes tes tes tes! Kau buta matamu, lihat aku membawa panci panas," omel Bu Nafis menggerutu."Astagfirulloh," gumam Dinda menggelengkan kepalanya.Bu Nafis masuk ke dalam rumah sambil membawa sepanci kecil rawon panas. Bau nya harum menguar, rawon khas jawa timur dengan bumbu medoknya. Hasan nampak di depan pintu dapur."Ada apa to, Bu? Kok teriak- teriak?" tanya Hasan."Lihat, ini Ibu bawa rawon enak sekali! Kau sudah makan belum?" sahut Bu Nafis. Hasan