BAB 79Setengah jam sebelum Jihan dan Wisnu pergi ke rumah sakit... “Kau yakin akan mengajakku makan malam denganmu?” tanya Jihan“Jangan banyak tanya,” jawab Wisnu “Menyebalkan sekali. kalau begitu, aku akan memesan banyak sekali makanan,” ujar JihanMereka pun menepi di salah satu tempat makan yang terlihat seperti angkringan pinggir jalan, mereka berdua sudah memesan makanan dan sedang menunggu makanan “Wisnu, lihatlah,” unjuk JihanWisnu mendongak ke arah TV dia begitu terkejut melihat Septi yang sedang dalam kecelakaan membuatnya begitu terkejut “Astaga, Septi!!” jihan berteriak Mereka berdua langsung pergi ke rumah sakit dengan menaiki taksi online“Wisnu, apakah menurutmu Septi akan terluka parah?” tanya Jihan“Aku pikir, dia akan kehabisan darah,” jawab Wisnu Mereka kembali terdiam namun pikiran Wisnu terus mengarah keapda Septi“Jihan, maukah kamu melakukan suatu permohonanku?” tanya Wisnu“Permohonan semacam apa?” tanya Jihan“Golongan darahmu dan Septi adalah sama. Ma
Brata mengenggam erat tangan Septi yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur. Kali ini, Brata merasa sangat bersalah juga menyesali apa yang telah dia lakukan, dia merasa begitu terluka melihat Septi kembali dilarikan ke rumah sakit.“Jawaban apa yang harus aku berikan untuk Bik Ratih juga kedua anak Septi?” tanya BrataDi tempat lain, Wisnu sedang menghabiskan waktunnya dengan Jihan. Mereka sama-sama saling menatap satu sama lain berada di dalam kontrakan Wisnu“Jihan, terimakasih karena kamu sudah berbuat hal yang sangat kebaikan hari ini. aku sungguh berterimakasih sekali kepadamu,” ucap Wisnu“Aku melakukan hal itu bukan karena aku ingin kamu melamarku, tapi karena aku ingin berbaikan dengan Septi atas semua kesalahan yang sudah aku lakukan,” ujar JihanWisnu tersenyum menggoda Jihan membuat Jihan menaikkan satu alisnya dan melirik tajam Wisnu, membuat Wisnu semakin gemas ingin sekali menggoda Jihan. Dia pun menarik pinggang Jihan untuk berdekatan dengan Jihan. Dia memeluk e
Satu minggu kemudian, setelah hubungan Jihan dan Wisnu semakin membaik membuat mereka seringkali menghabiskan waktu mereka berdua. “Aku pulang,” ujar Jihan Jihan membuka pintu rumah dan masuk ke dalam rumah, dia sangat terkejut karena Marni sedang menunggunya di dalam rumah “Ma,” panggil JihanMarni langsung menampar keras pipi Jihan, terlihat dari wajahnya yang terlihat begitu membenci Jihan dia seakan tak bisa memaafkan putrinya tersebut“Kau sudah mempermalukan aku, Jihan!!!” sentak MarniJihan hanya memegang pipinya yang terasa begitu sakit karena mendapatkan tamparan keras dari Marni membuatnya meringis “Ouchh, sakit sekali,” keluhnya “Apa yang kau katakan!! Apa kau tidak lihat keberadaan kita saat ini. Apa kau bodoh Jihan!! Jawab aku Jihan!” “Ya!! kita miskin, kita semua sengsara disini. Karena aku yang tidak mau merayu Brata, itu yang mama inginkan, oke! Aku akan merayunnya sekarang, aku akan membuat mama dan Dina bahagia!!” ketus JihanJihan merasa sangat hancur, hatinya
“Apakah semua ketulusanku, semua pengorbananku dan semua cinta yang sudah aku tunjukan kepadamu menghilang begitu saja hanya karena berita bodoh seperti itu?” tanya Brata Septi terdiam, dia tidak tahu jawaban apa yang harus dia ambil seakan-akan dia teringat dengan kejadian di masa lalu yang membuatnya trauma.“Septi, jika kamu meragukanku. Kamu bisa bertanya langsung kepada semua karyawanku, apakah berita itu hanyalah gosip ataukah nyata,”“Aku tidak tahu jawaban apa yang harus aku pilih, semuannya terasa seperti membingungkan,” ujarnya kembali Brata mengerutkan alisnya seraya bertanya kepada Septi “Apa yang membuatmu bingung?” tanya Brata “Aku masih menyimpan luka masa lalu di hatiku dan hari ini semuanya kembali terulang. Apakah aku harus mempercayainnya?” tanya SeptiBrata melepaskan pelukannya dia menatap kedua mata Septi“Aku akan memberikan kamu waktu untuk berpikir dan mengambil keputusan. Apa yang harus kamu pilih, apakah kamu akan kembali bersamaku ataukah kamu memilih a
Jihan mengajak Septi pergi ke salah satu restaurant yang berada di dekat pusat perkotaan. “Kenapa kamu mengajakku ke tempat ini?” tanya Septi “Aku ingin mengajakmu karena aku ingin membicarakan tentang sesuatu kepadamu,” ujar Jihan “Kamu bsia membicarakannya di kantorku tadi. Untuk apa kita pergi ke restaurant begini, aku sedang banyak sekali pekerjaan,” ungkap Septi Jihan hanya menghela napas kasar, entah apa yang harus dia lakukan untuk membuat Septi berhenti menjadi keras kepala dan mengikuti apa yang diinginkan Jihan“Berhentilah bicara, kita pergi sekarang,” pinta JihanJihan mengenggam erat tangan Septi yang masih bersikukuh untuk tidak datang ke restaurant itu.“Wisnu!!” panggil Jihan melambaikan tangannyaSepti terkejut melihat Brata yang juga ada disana bersama dengan Wisnu membuatnya ingin sekali melarikan diri dari restaurant tersebut dan segera pulang “Aku ingin pulang,” ujar SeptiBrata hanya diam dia tak mau menahan Septi yang hendak pergi itu, dia hanya memperhatik
Jihan menunggu di depan pintu ruangan Wisnu dia melihat Wisnu yang akan berjalan masuk kedalam ruangan membuatnya langsung menadahkan tangannya menagih makanan yang dijanjikan oleh Wisnu.“Kamu sudah janji padaku untuk membawakanku makanan yang aku sukai, mana?” tanya Jihan Wisnu menatap kedua mata Jihan yang menatapnya dengan ekspresi merajuk, Wisnu pun terkekeh dia segera memberikan Jihan makanan yang dia minta“Kamu sangat menyebalkan,” ujar Wisnu Wisnu mencubit pipi Jihan dengan lembut, jantung Jihan terasa begitu berdebar kencang dia sungguh kehabisan nafasnya untuk menghadapi pria seperti Wisnu. “Cepat kembali bekerja! aku tidak ingin ruanganku menjadi kotor,” perintah Wisnu dengan ketus Jihan menatap kedua mata Wisnu dengan tatapan tajam dan dia langsung melemparkan sapu tangan pink miliknya ke arah Wisnu dengan kesal“Bersihkan saja sendiri!!”Wisnu menerima sapu tangan pink tersebut sontak membuatnya tersenyum dengan senang dia memandangi arah langkah kaki Jihan “Terimak
Hubungan Brata dan Septi sudah semakin dekat saja. Perasaan mereka sudah tidak bisa dibendung lagi. Maka Septi pun mengutarakan keinginannya kalau memang Brata sudah siap dan serius."Nikah?" Brata mengernyit dahi. Jalan pikiran Septi sulit ditebak. Tidak ada angin tidak ada hujan, Dia malah membicarakan soal pernikahan."Iya, Mas. Emang Mas Brata enggak mau menikah sama aku?" Septi manyun. Brata menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal. Sedikit bingung dengan gelagat Septi."Pasti Septiku, kamu tidak usah risaukan hal itu, Tapi...." Brata menggantung perkataannya."Tapi, Apa Mas? Sekarang sudah tidak ada permasalahan lagi. Kalau memang serius segera nikahi aku. aku tidak akan meminta untuk kedua kali.”Brata terdiam sejenak. Seperti ada sesuatu yang dia pikirkan. Beberapa saat kemudian, dia berkata,"Ok, besok kita menikah."Septi melonjak kegirangan. Dia lantas memeluk Brata. Memang lebih baik ikatan di syahkan saja. Daripada terus bersama tanpa ikatan malah menimbulkan fitnah.
Waktu bergulir begitu cepat saat pergumulan hebat itu selesai. Septi terkulai lemas setelah kewanitaan yang keluar berkali-kali berbanding dengan Brata. Meskipun nafasnya memburu, tetapi keperkasaan yang masih menjulang, apalagi baru keluar sekali.Septi terduduk seperti terperanjat. Dia lalu meraih penunjuk waktu yang tergeletak di atas nakas. matanya membulat. Kemudian dia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Brata memperhatikan Septi tanpa komentar apapun karena wanita yang masih polos itu menghilang di balik pintu kamar mandi. Dia memperbaiki posisi bantalnya dan meletakan kedua telapak tangannya di belakang kepala sehingga terekspos otot trisepsnya yang bermuara di ketiak yang bersih dengan bulu halus tertata rapi.Brata dengan sabar menunggu Septi keluar dari kamar mandi, meski sudah hampir satu jam berada di dalam sana. Pikiran nakalnya membayangkan bagaimana kalau dia menerobos masuk dan ikut mandi bersama dengannya, pasti sangat menyenangkan dan tentunya Sep