Setelah selesai bekerja, Jihan pulang kembali ke rumahnya yang hanya sederhana tempat tinggalnya dengan Marni juga anaknya. Jihan melihat Marni yang sedang panik menggendong anaknya Jihan, Rista.“Ma, ada apa ini?” tanya Jihan panik“Rista sakit, mama tidak punya uang untuk membawannya berobat. Apakah kamu punya uang?” tanya MarniJihan pun ikut panik karena dia juga tidak punya uang untuk membawa anaknya pergi berobat.“Bagaimana ini, aku juga tidak punya uang ma. bagaimana dengan Dina, apakah dia punya uang?” tanya Jihan“Mama nggak tahu kemana Dina pergi, dia sudah dari siang pergi tidak kembali juga sampai malam. Coba kamu telpon Mas Ardi, mungkin dia lagi nggak sibuk,” pinta Marni“Mas Ardi sudah mengusir kita dari rumahnya, ma. Aku malu kalau harus mengemis padannya lagi,” ujar Jihan“Jihan, tapi kalau kamu tidak melakukan itu. Maka anakmu akan terus menderita kesakitan, apa kamu mau hal itu terjadi sama anakmu?” tanya MarniJihan dalam keadaan bimbang, dia memutuskan untuk men
Pagi ini sangat cerah, setelah mendapatkan pesan dari Septi bahwa Alfi diterima menjadi karyawan di perusahaan Septi. Membuat Alfi tidak ingin membuat Septi kecewa dengan dia yang datang terlambat, karena itu dia pergi sangat pagi sekali untuk bisa ke kantor Septi.“Kau tampan sekali, Alfi,” puji HanumAlfi yang dibilang tampan itu langsung tersenyum dan menunjukan pesonannya, membuat Hanum hanya tertawa mengejeknya.“Kau yang bilang kalau aku ini tampan, kenapa sekarang kau mengejekku,” ujar Alfi kesalHanum hanya tertawa lalu mengusak rambut Alfi dengan lembut.“Kau membuat rambutku berantakan, Kak Hanum,” keluh Alfi“Kemarilah, aku akan merapihkan rambutmu, kau terlihat seperti anak kucing sekarang, lucu sekali,” ejek HanumAlfi hanya mnegerucutkan bibirnya kesal, dia kembali merapihkan rambutnya meskipun Hanum sudah merapihkannya tapi dia tetap tidak terima dan merasa rambutnya masih berantakan“Ini adalah hari pertamaku di kantor, kamu jangan mengerjaiku Hanum,” ujar Alfi kesalH
Bab 60Dengan perasaan yang sangat malu dan cemas, Hanum mengenggam erat foto tersebut wajahnya menjadi sangat merah “Sial, kenapa aku bisa meninggalkan foto itu disana,” gumam HanumHanum melihat Alfi yang sedaritadi memperhatikannya dengan tatapan yang bingung melihat wajah Hanum menjadi sangat merah“Apakah kau sedang sakit?” tanya AlfiAlfi memegang dahi Hanum sontak membuat Hanum menjadi sangat malu juga tertekan, dia melihat Alfi yang terkekeh melihatnya, Alfi mendekatkan kepalannya untuk berbisik di telinga Hanum “Kau malu karena aku, kan?”Sontak Hanum yang sedang sangat malu karena foto Alfi yang terselip di dokumen bosnya, dia langsung mendorong tubuh Alfi dengan pelan “Menyingkirlah dariku, Alfi,” pinta Hanum Hanum kembali duduk dibangkunnya sedangkan Alfi masih senang menggodannya, dia berbisik di telinga Hanum “Ayo kita pergi makan malam,” goda AlfiSontak Hanum menjadi sangat kesal hingga dia mencubit pinggang Alfi dan memukulnya pelan“Kerjakan pekerjaanmu, bajinga
Bab 61Septi sedang dirundung kebingungan juga kecemasan yang membuatnya hanya bisa menangis pasrah dengan nasib hidupnya yang tak bisa membawannya langsung menemui anaknya. Entah apa yang akan dia lakukan, semuannya terasa begitu menyulitkan untuknya, rasannya ingin sekali berteriak memaki siapapun yang ada didepannya.“Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan untuk menemui anakku?” tanya Septi dengan kesal “Septi,” panggil seorang pria yang berdiri didepan Septi Septi begitu terkejut melihat Wisnu yang ada didepannya, membuatnya kembali kesal dan marah“Apa yang ingin kau lakukan disini, Wisnu. Sebaiknya kau pergi saja,” ujar Septi “Aku ingin ke rumah sakit untuk melihat anakku,” ujar WisnuBenar sekali, pihak sekolah Rahmi tidak hanya menghubungi Septi tapi mereka juga menghubungi Wisnu sebagai ayah dari Rahmi. “Kamu ingin pergi denganku?” tanya WisnuSepti terkejut melihat Wisnu yang membawa mobil milik Brata untuk pergi ke rumah sakit“Bagaimana bisa mobil Brata ada bersamam
Bab 62Brata menghabiskan waktunnya semalaman di dalam kantor untuk mengerjakan pekerjaanya. “Akhirnya selesai,” ucap Brata Brata merentangkan tubuhnya kemudian dia melihat kedalam ponselnya dia melihat nomor telpon Septi membuatnya kembali ingin menghubunginnya namun setelah dia melihat jam di ponselnya tak memungkinkan untuk Septi masih terbangun pada pukul segini “Aku akan bicarakan ini kepadannya besok saja,” ujar BrataBrata segera merapihkan semua peralatan kerjannya kedalam tasnya kembali lalu dia membawannya ke dalam mobil, terlihat kantor yang sudah sangat sepi dan Jung juga sudah pulang karena Brata yang memintannya untuk pulang. Saat di dalam mobil, Brata sangat terkejut melihat Septi yang menelponnya di jam segini, dia langsung saja mengangkatnya “Halo Septi,” jawab Brata“Apa yang kamu lakukan?” tanya Septi“Sekarang?” tanya BrataSontak Septi menjadi sangat gugup dia langsung menyangkalnya “Ah tidak, maafkan aku,” ucap Septi“Apa maksudmu, Septi? aku tidak mengerti
Bab 63Sepulang dari rumah sakit, Septi kembali kedalam kantornya dengan wajah lesu, kulitnya yang sedikit pucat seperti suasana hatinnya yang sangat buruk hal ini membuat karyawanya bertanya apa yang terjadi dengannya “Apa yang terjadi dengan buk Septi, kenapa dia lesu sekali seperti itu?”“Apakah buk Septi sedang sakit?”Semua karyawannya bergosip akan dirinnya yang membuat Jihan menjelaskan kepada mereka semua“Anak bungsu Buk Septi mengalami kecelakaan,” jelas HanumSontak semua orang terkejut dia menatap iba Septi“Rahmi dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan, maka dari itu keadaan Buk Septi saat ini benar-benar sangat buruk. Kasihan sekali dia, maka dari itu kita harus lebih giat lagi dalam bekerja,” ujarnya “Iya, kita harus lebih giat lagi. janga sampai membuat Buk Septi semakin memiliki banyak msahal,” ujarnya“Bagaimana kalau kita membawakan makanan untuknya? Sepertinya Buk Septi belum makan apapun,” ujarnya Mereka sepakat untuk membelikan makanan untuk Septi, semua ka
Bab 64Menatap wanita yang sedang tertidur pulas tersebut dengan lekat, membuat debaran jantung Brata tak terkendali. Kecantikan wajah Septi membuat Brata tersenyum melihatnya dia begitu mempesona juga indah untuk dipandang.“Septi, jika kamu kelelahan kenapa kamu harus memaksakan dirimu untuk tetap bekerja?” tanya Brata Debaran jantung Brata sama halnya seperti kesedihan yang ada didalam hatinnya, dia begitu mencintai Septi, dia ingin Septi bersamannya namun kenapa dia tak bisa mengungkapkan perasaanya lagi? apakah karena Septi sudah menolaknya? Semua keributan tersebut ada didalam pikiran Brata, membuat Brata kembali menatap wajahnya dengan lekat menikmati keindahan pesona yang dimiliki wanita tersebut.“Septi, bolehkah aku mencintaimu?” tanya BrataSetelah sadar sudah berapa lama dirinya menatap wajah indah Septi, membuat Brata langsung mengedipkan matannya dan sontak kembali ke dokumen yang sedang di kerjakan oleh Septi, dia kembali tertunduk malu dan kembali membaca semuanya“Eu
Bab 65Sesampainya dirumah Septi yang sudah sepi, Brata melihat Septi yang tertidur pulas di mobil itu pun menepuk tangan Septi dengan pelan untuk membangunkannya“Septi, bangunlah,” pinta Brata “Eunggh? Kenapa?” tanya Septi yang masih setengah tertidur pulas“Kita sudah sampai, kamu harus bangun sekarang,” ujar Brata berusaha untuk membangunkan Septi yang masih tertidur itu.Septi mengerjapkan matannya dan menguap, dia melihat bahwa dia sudah tiba di depan rumahnya“Maaf, aku ketiduran,” ujar Septi meminta maaf kepada Brata“Tidak apa, apakah aku harus membantumu untuk masuk kedalam rumah?” tanya BrataPertanyaan Brata sontak membuat Septi terkekeh dan langsung menolaknya “Tidak perlu, aku bisa sendiri,” ujar SeptiSepti pun bangun dari duduknya dan berjalan pergi ke dalam rumahnya, sebelum pergi dia melambaikan tangannya dulu ke jendela mobil Brata“Hati-hati dijalan ya,” ucap SeptiBrata hanya tersenyum dan kembali menyetir mobilnya. Septi berjalan pergi ke dalam rumahnya, dia me