Bab 64Menatap wanita yang sedang tertidur pulas tersebut dengan lekat, membuat debaran jantung Brata tak terkendali. Kecantikan wajah Septi membuat Brata tersenyum melihatnya dia begitu mempesona juga indah untuk dipandang.“Septi, jika kamu kelelahan kenapa kamu harus memaksakan dirimu untuk tetap bekerja?” tanya Brata Debaran jantung Brata sama halnya seperti kesedihan yang ada didalam hatinnya, dia begitu mencintai Septi, dia ingin Septi bersamannya namun kenapa dia tak bisa mengungkapkan perasaanya lagi? apakah karena Septi sudah menolaknya? Semua keributan tersebut ada didalam pikiran Brata, membuat Brata kembali menatap wajahnya dengan lekat menikmati keindahan pesona yang dimiliki wanita tersebut.“Septi, bolehkah aku mencintaimu?” tanya BrataSetelah sadar sudah berapa lama dirinya menatap wajah indah Septi, membuat Brata langsung mengedipkan matannya dan sontak kembali ke dokumen yang sedang di kerjakan oleh Septi, dia kembali tertunduk malu dan kembali membaca semuanya“Eu
Bab 65Sesampainya dirumah Septi yang sudah sepi, Brata melihat Septi yang tertidur pulas di mobil itu pun menepuk tangan Septi dengan pelan untuk membangunkannya“Septi, bangunlah,” pinta Brata “Eunggh? Kenapa?” tanya Septi yang masih setengah tertidur pulas“Kita sudah sampai, kamu harus bangun sekarang,” ujar Brata berusaha untuk membangunkan Septi yang masih tertidur itu.Septi mengerjapkan matannya dan menguap, dia melihat bahwa dia sudah tiba di depan rumahnya“Maaf, aku ketiduran,” ujar Septi meminta maaf kepada Brata“Tidak apa, apakah aku harus membantumu untuk masuk kedalam rumah?” tanya BrataPertanyaan Brata sontak membuat Septi terkekeh dan langsung menolaknya “Tidak perlu, aku bisa sendiri,” ujar SeptiSepti pun bangun dari duduknya dan berjalan pergi ke dalam rumahnya, sebelum pergi dia melambaikan tangannya dulu ke jendela mobil Brata“Hati-hati dijalan ya,” ucap SeptiBrata hanya tersenyum dan kembali menyetir mobilnya. Septi berjalan pergi ke dalam rumahnya, dia me
Bab 66Anak-anak Septi berpamitan dengan Septi karena mereka akan pergi ke sekolah bersama dengan Brata. “Mama, kami pergi dulu ya,” ujar Bagas“Mama, Rahmi pergi dulu ya,” ujar Rahmi“Iya sayang, hati-hati dijalan ya,” ujar Septi tersenyum Septi melihat Brata yang sangat baik mengatarkan kedua anak-anaknya pergi ke sekolah. “Om Brata, sebelum pergi ke sekolah. Apakah Rahmi bisa memesan sesuatu?” tanya Rahmi“Memesan apa, Rahmi?” tanya Brata“Rahmi ingin pergi ke supermarket untuk membeli makanan, bolehkah?” tanya Rahmi dengan wajahnya yang memelasBrata terkekeh melihat Rahmi yang begitu lucu menunjukan puppy eyes nya “Ya, tentu saja. Ayo, kita pergi,” ujar Brata“Maaf ya Om Brata kalau Rahmi membuat Om Brata kesulitan,” ujar Baags merasa tak enak hati“Tidak apa-apa Bagas,” jawab Brata seraya tersenyum“Asik!! Rahmi sudah tak sabar lagi ingin pergi beli permen,” ujar Rahmi Sesuai dengan permintaan Rahmi, mereka pun menepi di supermarket terdekat untuk membeli makanan ringan jug
Bab 67Wisnu tersentak kala melihat Brata yang ada disana membuatnya begitu terkejut juga bingung “Septi mengatakan kalau dia ingin pergi istirahat, itu artinnya kamu juga harus keluar dari dalam rumah ini, Brata,” ujar Wisnu mengusir Brata“Tidak, kalau Brata aku ingin bicara denganya,” tolak SeptiWisnu tertawa dia sungguh lucu dengan Septi“Awalnya kamu mengatakan padaku kalau kamu ingin istirahat lalu kenapa sekarang kamu meminta Brata untuk menemanimu? Ini tidak adil untukku,” bantah Wisnu“Tidak apa, aku hanya ingin memberikan makan siang untukmu saja. Setelah itu, aku akan pergi ke kantor,” ujar Brata“Tidak! Aku tidak mau kamu melakukan hal itu. tetaplah bersamaku disini, aku tidak ingin kamu pergi,” ujar SeptiSontak Wisnu kembali menatap kedua mata Septi membuatnya tertawa “Oke, jika Brata menemanimu itu artinya aku juga boleh menemanimu,” ujar Wisnu Ada saja yang menganggu kebersamaan Septi dan Brata, Wisnu datang dengan cara tiba-tiba seperti ini membuat Septi sangat ke
Brata telah sampai mengantarkan Bik Ratih ke rumah Septi, dia melihat rumah Septi yang masih kosong menandakan bahwa Septi tetap berada didalam rumahnya.“Brata, mampir dulu yuk,” ajak Bik RatihBrata tersenyum dan menggeleng dia menolak ajakan Bik Ratih untuk membawannya pergi ke dalam rumah Septi“Tidak bik, terimakasih. Aku ingin segera kembali ke kantor saja. Oh ya, titip salam untuk Septi saja ya, bik,” ujar Brata Bik Ratih tersenyum dan mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Brata.“Brata, Bik Ratih masuk dulu kedalam, ya,” pamit Bik Ratih“Iya bik, tolong jaga kesehatan bibik dan Septi ya, bik,” ujar BrataBik Ratih pun tersenyum dan segera masuk kedalam rumahnya meninggalkan Brata yang langsung pergi dari depan rumah Septi. “Apakah Septi sedang tertidur?” tanya Bik RatihBik Ratih pun berjalan masuk kedalam rumahnya dia lantas pergi ke dapur untuk membuatkan makan siang untuk Septi dan dirinya.“Bik Ratih,” panggil Septi.Bik Ratih melihat Septi yang berjalan mendekat ke d
Bab 69Setibannya di kantor, Septi pun segera menemui klien yang sudah cukup lama menunggunya disana terlihat sangat jelas wajah Septi yang putih pucat namun Septi tetap menjalankan rapat tersebut dia tak ingin mengecewakan kliennya. Setelah hampir setengah jam, rapat pun selesai. Semua klien kembali pergi dari kantor Septi. Septi berada didalam ruangannya, tiba-tiba saja tubuhnya terasa merinding dan tergetar kulitnya yang semakin pucat menandakan bahwa penyakitnya semakin memburuk.“Buk Septi, ibu tidak apa-apa?” tanya Hanum cemas“Aku tidak apa-apa hanya kedinginan,” ujar SeptiSepti terus bergidik merinding dia tak tahan lagi dengan udara dingin yang ada didalam ruangannya, terbaring di atas bangku sofa semakin membuatnya kedinginan.“Hanum, tolong matikan AC di ruangan saya, ya,” pinta Septi“Baik buk, akan segera saya matikan,” ujar HanumSeorang officegirl masuk kedalam ruangan Septi dengan membawakan segelas air hangat “Buk Septi, ini minumnya, buk,” ujar Officegirl tersebut
Bab 70Berada di dalam ruangan yang menyerbakkan bau obat-obatan juga udara yang begitu dingin didalam ruangan ini membuat seorang pria yang memiliki paras tampan dengan ekspresi wajahnya yang begitu cemas menatap ke ranjang yang terbaringkan seorang wanita canti terlihat begitu pucat dengan selimut yang separuh menutupi tubuhnya membuat seorang pria yang menunggu disana begitu cemas dan bersedih melihat keadaanya yang sangat lemah.“Septi, jangan tinggalkan aku,” ujar BrataBerada ditempat lain, seorang wanita sedang meratapi nasib hidupnya didalam gudang pengap dan sempit seperti ini membuatnya begitu sedih apalagi setelah pria yang dia cintai telah pergi darinnya dan memilih menemui wanita yang menjadi saingannya.“Kenapa Brata begitu kejam padaku?” tanya JihanJihan menangis tersedu-sedu dia meratapi nasib hidupnya yang entah akan menjadi seperti apa nantinnya. Jihan benar-benar terkunci didalam gudang ini dan hanya dapat meratapi nasib hidupnya yang begitu menyedihkan.“Apakah di
Bab 71Septi kembali berpikir setelah bicara dengan Bik Ratih tentang Brata, membuat Septi pun mengerti apa yang dia rasakan “Apakah apa yang dikatakah oleh Bik Ratih benar bahwa aku telah jatuh cinta dengan Brata?” tanya Septi dengan bimbangSepti memegang dadannya sendiri dia kembali berpikir tentang perasaanya dan mengingat kembali semua yang telah dia lalui bersama dengan Brata. Tentang perasaanya yang begitu aneh “Sepertinya, aku memang jatuh cinta dengan Brata,” ujar Septi menatap ke arah Bik Ratih“Jika Buk Septi memang mencintai Pak Brata, kenapa Buk Septi tidak membalas perasaan Pak Brata?” tanya Bik RatihSepti kembali berpikir mengapa perasaanya belum terbuka untuk Brata, dia tak mengerti kenapa perasaanya menjadi rumit dan hanya dapat terdiam seketika“Aku merasa kalau perasaanku ini belum sepenuhnya aku berikan kepada Brata,” ujar Septi“Kenapa? Apa alasan yang membuat Buk Septi tidak bisa meletakkan perasaan Buk Septi seutuhnya kepada Pak Brata?” tanya Bik RatihDitemp