Bab 70Berada di dalam ruangan yang menyerbakkan bau obat-obatan juga udara yang begitu dingin didalam ruangan ini membuat seorang pria yang memiliki paras tampan dengan ekspresi wajahnya yang begitu cemas menatap ke ranjang yang terbaringkan seorang wanita canti terlihat begitu pucat dengan selimut yang separuh menutupi tubuhnya membuat seorang pria yang menunggu disana begitu cemas dan bersedih melihat keadaanya yang sangat lemah.“Septi, jangan tinggalkan aku,” ujar BrataBerada ditempat lain, seorang wanita sedang meratapi nasib hidupnya didalam gudang pengap dan sempit seperti ini membuatnya begitu sedih apalagi setelah pria yang dia cintai telah pergi darinnya dan memilih menemui wanita yang menjadi saingannya.“Kenapa Brata begitu kejam padaku?” tanya JihanJihan menangis tersedu-sedu dia meratapi nasib hidupnya yang entah akan menjadi seperti apa nantinnya. Jihan benar-benar terkunci didalam gudang ini dan hanya dapat meratapi nasib hidupnya yang begitu menyedihkan.“Apakah di
Bab 71Septi kembali berpikir setelah bicara dengan Bik Ratih tentang Brata, membuat Septi pun mengerti apa yang dia rasakan “Apakah apa yang dikatakah oleh Bik Ratih benar bahwa aku telah jatuh cinta dengan Brata?” tanya Septi dengan bimbangSepti memegang dadannya sendiri dia kembali berpikir tentang perasaanya dan mengingat kembali semua yang telah dia lalui bersama dengan Brata. Tentang perasaanya yang begitu aneh “Sepertinya, aku memang jatuh cinta dengan Brata,” ujar Septi menatap ke arah Bik Ratih“Jika Buk Septi memang mencintai Pak Brata, kenapa Buk Septi tidak membalas perasaan Pak Brata?” tanya Bik RatihSepti kembali berpikir mengapa perasaanya belum terbuka untuk Brata, dia tak mengerti kenapa perasaanya menjadi rumit dan hanya dapat terdiam seketika“Aku merasa kalau perasaanku ini belum sepenuhnya aku berikan kepada Brata,” ujar Septi“Kenapa? Apa alasan yang membuat Buk Septi tidak bisa meletakkan perasaan Buk Septi seutuhnya kepada Pak Brata?” tanya Bik RatihDitemp
Bab 72Jihan diantar pulang oleh Wisnu, sepanjang jalan dia sesekali melirik Wisnu dan merasa bingung kenapa Wisnu membuntutinya bahkan sampai ke depan rumahnya seperti ini“Kenapa kamu membuntutiku seperti ini, Wisnu?” tanya jihan dengan bingung“Apakah salah?” tanya kembali Wisnu“Tidak, tapi aku hanya bingung kenapa kamu terus saja membuntutiku bahkan kamu turun dari taksi. Kamu tahu, menunggu datangnya taksi ke sini sangatlah lama, karena jarang taksi yang lewat sini,” ujar Jihan “Aku tak peduli, aku tetap ingin melakukan apa yang aku inginkan,” ujar WisnuJihan hanya diam dan menuruti apa yang menjadi keinginan Wisnu, yaitu membuntutinnya kemanapun dia pergi.“Tapi, apakah besok kamu tidak pergi bekerja? berhentilah membuntutiku dan pulanglah kerumahmu,” pinta Jihan “Aku tidak mau,” jawan WisnuJihan begitu terkejut dengan jawaban Wisnu yang membuatnya seketika tercengang“Lalu, dimana kau akan tidur jika kau terus membuntutiku dan menolak untuk pulang?” tanya Jihan Wisnu meny
Bab 73Sebelum pergi ke kantor, Brata sudah menyiapkan semua keperluan Septi dengan cepat. Dia menyiapkan semua keperluan Septi saat dia terbangun nanti “Bik Ratih, jika dia bertanya siapa yang menyiapkan semua ini untuknya. Katakan saja kepadannya bahwa perawat yang melakukannya, oke?” pinta BrataBik Ratih terkekeh dia sangat lucu melihat Brata yang diam-diam begitu peduli dengan Septi, seperti anak kecil saja. Brata pun pulang dari rumah sakit dan pergi menjemput Bagas juga Rahmi untuk mengantarnya ke sekolah.“Om Brata, bagaimana dengan keadaan mama?” tanya Rahmi“Keadaan mama kalian saat ini sudah membaik, tapi dia perlu sedikit perawatan lagi agar pulih dengan total,” ujar Brata Mereka berdua pun tersenyum senang karena mama mereka sudah membaik dan akan segera pulang kerumah secepatnya“Rahmi, Bagas. Apakah kalian sudah mengerjakan tugas sekolah kalian?” tanya Brata “Sudah, tapi Rahmi memiliki sedikit kesulitan pada soal matematika yang di ajarkan oleh buk guru. Setelah pula
Bab 74Jihan masih di sudutkan di dinding oleh Wisnu, kini mereka berdua saling bersitatap dengan Jihan yang menatap bingung tatapan mata Wisnu yang begitu tajam.“Wisnu, jangan menatapku seperti itu. aku tidak tahu dimana letak kesalahanku hingga kau berani sekali menatapku seperti itu!!” sentak JihanJihan menatap kedua mata Wisnu yang masih menatapnya dengan tatapan kebencian, meskipun Jihan tak pernah mengerti dimana letak kesalahannya hingga membuat Wisnu semarah ini.“Kau terlalu lalai mengerjakan tugasmu hingga kau selalu kena tegur karyawan yang ada disini. Itu karena kau selalu saja memandangi wajah Brata! Apa kau pikir kau bisa dengan mudahnya memandangi wajahnya seperti itu?!!”Jihan seketika bingung dengan Wisnu, dia marah dengan Jihan karena masalah dia lalai dalam bekerja atau karena dia yang selalu menatap Brata?“Aku heran denganmu. kau ini marah denganku karena aku lalai bekerja atau karena aku selalu memperhatikan Brata?!!” sentak kembali Jihan“Karena kamu selalu me
Bab 75 Sepulang dari kantor, Brata langsung pulang kerumah dia membuatkan makan malam untuk Septi juga kedua anak-anaknya“Pak Brata, apa yang sedang bapak lakukan?” tanya seorang pembantu “Saya sedang membuatkan makan malam untuk seseorang yang istimewa untuk saya,” jelas BrataPembantu itu langsung tersenyum malu dia pun meninggalkan Brata di dapurnya dan Brata kembali membuatkan makan malam. “Septi pasti sangat menyukainnya. Dia mengatakan padaku, kalau dia sangat suka makanan buatanku,” ujar Brata Setelah semuannya matang, Brata menata semua makanan tersebut kedalam kotak makannya dan menyiapkan tas kotak makan lalu meletakkannya di dalam mobilnya“Aku tidak akan membuat mereka menunggu lama,” ujar Brata seraya tersenyum senangBrata begitu senang karena dia akan memberikan makan malam untuk semua orang yang dia cintai makan malam buatannya yang tak pernah di cicipi oleh orang lain. Namun, saat di pertengahan jalan tiba-tiba saja dia dtelpon oleh Bik Ratih “Halo Bik,” jawab B
BAB 76Keadaan Septi yang sudah membaik membuatnya dapat kembali bekerja di kantornya, dia menemui karyawan-karyawan yang sudah bekerja dengan baik selama dia tidak ada di kantor. Sebelum pergi ke kantor, dia membeli makanan di salah satu toko kue yang berada dekat dengan kantornya.“Septi,” sapa HanumSepti terkejut dengan melihat Hanum yang juga berada di dalam toko kue yang sama dengannya. “Hanum, apa yang kamu lakukan disini?” tanya Septi“Aku ingin membeli makanan,” ujar HanumSepti tersenyum dan menyembunyikan kue yang dia beli di belakang tubuhnya dari Hanum, namun Hanum melirik ke belakang tubuh Septi dia melihat apa yang ada di belakang tubuh atasannya tersebut.“Apa yang ada di belakangmu itu? sepertinnya enak,” ujar Hanum melirik ke belakang tubuh SeptiSepti terkekeh dan menggelengkan kepalannya ribut“Tidak ada,” ujar Septi terkekeh “Apa yang ada di belakangmu, sepertinya rasannya sangat enak,” ujar Hanum menggoda SeptiSepti hanya terkekeh lalu melanjutkan bicarannya “
BAB 77Hanum mengenggam erat tangan Alfi, dia mengajak Alfi pergi ke gudang dia menyekap tubuh Alfi di dalam gudang dan menatapnya dengan curiga“Aku yakin kamu pasti mengetahui sesuatu,” tuduh HanumHanum melirik ke arah tubuh Alfi, dia menatap Alfi dengan tatapan penuh curiga membuat tubuhnya gemetar takut“Alfi, katakan padaku siapa yang sudah memberikan makanan itu padamu,” ujar Hanum menuduh Alfi“Tidak tahu, aku baru saja datang ke kantor,” jawab Alfi dengan gugupHanum semakin mendekati tubuhnya ke arah Alfi, dia menatap kedua mata Hanum dengan gugup berbeda dengan Hanum yang kembali menatap kedua matannya dengan tajam“Katakan padaku, siapa yang sudah memberikan makanan itu!” tegas Hanum kembali“Aku tidak tahu. Kenapa kamu memaksaku?” tanya Alfi Hanum semakin menatap kedua mata Alfi, dia menatap tajam kedua mata Alfi dengan tatapan tajam“Siapa yang sudah memberikan makanan itu kepada Buk Septi?!” tanya Hanum menyentak Alfi Alfi yang dasarnya tidak bisa berbohong kepada Han