Setelah membeli camilan di supermarket, kedua anak Septi pun langsung kembali lagi ke mobil. Mereka makan camilan didalam mobil sambil mendengarkan lagu. Rahmi melihat mamanya, Septi sedang melakukan perbincangan tentang Bik Ratih kepada Brata.“Aku sangat berhrap kesembuhan Bik Ratih, karena aku benar-benar sangat kesulitan untuk melakukan dua pekerjaan sekaligus,” ujar Septi“Setelah makan malam, kita akan pergi ke rumah sakit menemui Bik Ratih,” ujar Brata“Ya, tentu. tapi sebelumnya, aku ingin membawakannya sesuatu untuknya,” ujar SeptiMereka berdua pun tiba di salah satu restaurant yang tidak jauh dari perumahan Septi. Mereka pun turun bersama dari dalam mobil, berjalan masuk kedalam restaurant“Rahmi!!”panggil seorang laki-laki yang sudah duduk didalam restaurantSontak Septi dan Brata sangat terkejut sekali melihat kehadiran seorang laki-laki yang hanya akan merusak kebahagiaan mereka berdua“Kenapa dia ada disini, untuk apa tujuannya datang ke tempat yang sama denganku. Darim
“Tapi, papa juga bisa mengajari kak Bagas tugas sekolah. Papa kan pinter, ya pa,” ujar RahmiRahmi masih terus memberikan pujian juga mendukung Wisnu, anak ini memang terlihat sangat menyayangi Wisnu dia bahkan melupakan keburukan yang sudah Wisnu lakukan kepadannya. dia melupakan semua keburukan yang Wisnu lakukan“Karena Om Brata sedang sibuk, bagaimana kalau papa saja yang mengajari kak Bagas tugas sekolah, papa juga pintar,” ujar Rahmi“Bukan permasalahan apakah papa pintar atau tidak, tapi aku hanya ingin Om Brata yang mengajariku tugas sekolah,” ujar Bagas“Kenapa? Tapi, Om Brata kan lagi sibuk. Kenapa kakak masih menganggu Om Brata?” tanya Rahmi kembali“Tapi, Om Brata bilang dia nggak sibuk kok,” ujar Bagas“Om Brata bilang seperti itu karena dia tidak enak aja sama kakak, nolak kakak didepan mama,” ujar RahmiBrata semakin bingung bagaimana Rahmi bisa bicara seperti itu padahal Septi tidak pernah sekalipun bicara seperti itu“Sepertinya, aku harus melakukan pengecekan pada po
Bik Ratih mengajak Septi untuk membicarakan tentang Alfi yang merupakan anak dari tetangga di kampung Bik Ratih. Septi duduk diekat Bik Ratih dia melihat kedua anak-anaknya yang sudah tidur di bangku sofa dan Brata yang sedang duduk menjaga kedua anak Septi.“Septi, Bik Ratih ingin bicara tentang Alfi padamu. Apakah kau bisa menyediakan satu tempat pekerjaan untuknya?” tanya Bik Ratih“Aku harus mencaritahu tentang Alfi terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk menjadikannya sebagai karyawanku,” ujar Septi“Alfi, dia orang yang baik. Dia sopan dan memiliki etika yang baik. Alfi sangat baik padaku, aku menjamin bahwa dia anak yang baik dan berpotensi untuk melakukan pekerjaanya dengan baik, Alfi juga merupajan anak yang cerdas,” ujar Bik RatihSepti mengangguk tapi dia tetap harus membuktikan semuannya itu sendiri, dia tak bisa langsung memutuskan dengan begitu mudahnya untuk mengangkat Alfi sebagai karyawannya“Septi, aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Aku memiliki hutang budi
Karena mereka kembali mengadakan reuni secara tidak disengaja, Hanum mengajak Alfi untuk makan bersamannya“Kak, tapi makanan disini-““Jangan dipikirkan, pesan saja apapun yang kamu mau. aku yang akan membyaar semuannya,” ujar HanumAlfi tersenyum senang dia megangguk hormat membuat Hanum kembali tertawa terbahak-bahak“Kamu benar-benar sangat lucu, Alfi. Bertingkah seperti anak kecil, menggemaskan. Kamu selalu saja bertingkah seperti ini sejak kita masih sekolah,” ujar HanumAlfi terkekeh malu dia habis-habisan mendapatkan ledekan dari Hanum“Hanya kamu, satu-satunnya siswa yang sangat beretika baik. bahkan aku saja kalah darimu,” ujar Hanum“Aku cukup terkejut melihatmu yang tiba-tiba masum kedalam ruangan Buk Septi dengan kasar seperti itu,” ujar AlfiHanum merasa sangat malu hingga hanya bisa terkekeh menertawakan kebodohannya“Kak, lain kali jangan seperti itu ya, karena etika itu yang mencerminkan siapa dirimu yang sebenarnya,” ujar AlfiHanum tersenyum, dia sangat gemas dengan
Setelah selesai bekerja, Jihan pulang kembali ke rumahnya yang hanya sederhana tempat tinggalnya dengan Marni juga anaknya. Jihan melihat Marni yang sedang panik menggendong anaknya Jihan, Rista.“Ma, ada apa ini?” tanya Jihan panik“Rista sakit, mama tidak punya uang untuk membawannya berobat. Apakah kamu punya uang?” tanya MarniJihan pun ikut panik karena dia juga tidak punya uang untuk membawa anaknya pergi berobat.“Bagaimana ini, aku juga tidak punya uang ma. bagaimana dengan Dina, apakah dia punya uang?” tanya Jihan“Mama nggak tahu kemana Dina pergi, dia sudah dari siang pergi tidak kembali juga sampai malam. Coba kamu telpon Mas Ardi, mungkin dia lagi nggak sibuk,” pinta Marni“Mas Ardi sudah mengusir kita dari rumahnya, ma. Aku malu kalau harus mengemis padannya lagi,” ujar Jihan“Jihan, tapi kalau kamu tidak melakukan itu. Maka anakmu akan terus menderita kesakitan, apa kamu mau hal itu terjadi sama anakmu?” tanya MarniJihan dalam keadaan bimbang, dia memutuskan untuk men
Pagi ini sangat cerah, setelah mendapatkan pesan dari Septi bahwa Alfi diterima menjadi karyawan di perusahaan Septi. Membuat Alfi tidak ingin membuat Septi kecewa dengan dia yang datang terlambat, karena itu dia pergi sangat pagi sekali untuk bisa ke kantor Septi.“Kau tampan sekali, Alfi,” puji HanumAlfi yang dibilang tampan itu langsung tersenyum dan menunjukan pesonannya, membuat Hanum hanya tertawa mengejeknya.“Kau yang bilang kalau aku ini tampan, kenapa sekarang kau mengejekku,” ujar Alfi kesalHanum hanya tertawa lalu mengusak rambut Alfi dengan lembut.“Kau membuat rambutku berantakan, Kak Hanum,” keluh Alfi“Kemarilah, aku akan merapihkan rambutmu, kau terlihat seperti anak kucing sekarang, lucu sekali,” ejek HanumAlfi hanya mnegerucutkan bibirnya kesal, dia kembali merapihkan rambutnya meskipun Hanum sudah merapihkannya tapi dia tetap tidak terima dan merasa rambutnya masih berantakan“Ini adalah hari pertamaku di kantor, kamu jangan mengerjaiku Hanum,” ujar Alfi kesalH
Bab 60Dengan perasaan yang sangat malu dan cemas, Hanum mengenggam erat foto tersebut wajahnya menjadi sangat merah “Sial, kenapa aku bisa meninggalkan foto itu disana,” gumam HanumHanum melihat Alfi yang sedaritadi memperhatikannya dengan tatapan yang bingung melihat wajah Hanum menjadi sangat merah“Apakah kau sedang sakit?” tanya AlfiAlfi memegang dahi Hanum sontak membuat Hanum menjadi sangat malu juga tertekan, dia melihat Alfi yang terkekeh melihatnya, Alfi mendekatkan kepalannya untuk berbisik di telinga Hanum “Kau malu karena aku, kan?”Sontak Hanum yang sedang sangat malu karena foto Alfi yang terselip di dokumen bosnya, dia langsung mendorong tubuh Alfi dengan pelan “Menyingkirlah dariku, Alfi,” pinta Hanum Hanum kembali duduk dibangkunnya sedangkan Alfi masih senang menggodannya, dia berbisik di telinga Hanum “Ayo kita pergi makan malam,” goda AlfiSontak Hanum menjadi sangat kesal hingga dia mencubit pinggang Alfi dan memukulnya pelan“Kerjakan pekerjaanmu, bajinga
Bab 61Septi sedang dirundung kebingungan juga kecemasan yang membuatnya hanya bisa menangis pasrah dengan nasib hidupnya yang tak bisa membawannya langsung menemui anaknya. Entah apa yang akan dia lakukan, semuannya terasa begitu menyulitkan untuknya, rasannya ingin sekali berteriak memaki siapapun yang ada didepannya.“Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan untuk menemui anakku?” tanya Septi dengan kesal “Septi,” panggil seorang pria yang berdiri didepan Septi Septi begitu terkejut melihat Wisnu yang ada didepannya, membuatnya kembali kesal dan marah“Apa yang ingin kau lakukan disini, Wisnu. Sebaiknya kau pergi saja,” ujar Septi “Aku ingin ke rumah sakit untuk melihat anakku,” ujar WisnuBenar sekali, pihak sekolah Rahmi tidak hanya menghubungi Septi tapi mereka juga menghubungi Wisnu sebagai ayah dari Rahmi. “Kamu ingin pergi denganku?” tanya WisnuSepti terkejut melihat Wisnu yang membawa mobil milik Brata untuk pergi ke rumah sakit“Bagaimana bisa mobil Brata ada bersamam