Beranda / Fantasi / Jade : The Mighty Amethys / Bagian 9 : Who's The Swindler?

Share

Bagian 9 : Who's The Swindler?

Penulis: Lighteve
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-11 22:16:16

Rachel membawa Ethan menuju tempat dia menyimpan Jade Amora setelah dia melihat sendiri tubuh Nerissa yang masih bernafas di istana Redrock. Gadis itu ada disana meski nafasnya sangat lemah. Tapi setidaknya ada harapan bahwa dia akan selamat.

Rachel membawa Ethan dan beberapa anggota Redrock kembali ke hutan Fleure karena disanalah dia menyembunyikannya. Rachel mengatakan bahwa mereka harus melewati air terjun yang ada disana. Namun dengan sekali ayunan tangan aliran air terjun itu terbelah dan memperlihatkan sebuah gua kecil disana. Rachel bermaksud masuk ke dalam tapi Ethan menghentikannya.

“Aku tidak tahu jebakan apa yang kau siapkan disana. Sebaiknya kau diam disini bersamaku.”

Ethan menatap pengawalnya dan dua orang di belakangnya masuk ke dalam gua itu. Sesuai perkiraan Ethan tak berapa lama terdengar teriakan dari dalam gua disertai suara geraman keras di dalam sana. Rachel bergidik ngeri mendengar suara geraman itu tapi Ethan biasa saja. Setelah menunggu beberapa saat kedua pria itu tetap tak kembali. Ethan menatap Rachel datar.

“Sudah puas bermain-main? Atau aku juga harus bermain-main dengan nyawa saudarimu?”

Suara itu lebih dingin dari yang Rcahel perkiraan. Tidak seperti suara dan kalimat jenaka yang digunakan pemuda itu saat mencoba mengenalnya dulu. Ethan yang saat ini berdiri didepan Rcahel adalah sosok yang berbeda. Sesaat Rcahel berharap bahwa pemuda itu hanya berpura-pura. Namun saat ini, semua pemikiran itu pupus dengan sendirinya. Rachel hanya bisa menggeram pelan mendengar kalimat Ethan. Tapi gadis itu tak bergeming.

“Masih ada nyawa ribuan prajurit Redrock yang aku miliki, tapi sepertinya saudarimu hanya memiliki satu nyawa,” tambah pemuda itu karena Rachel tak kunjung berbicara.

Rachel membalas kalimat Ethan dengan sebuah tatapan tajam. Tapi pemuda itu justru menyunggingkan sebuah senyuman ringan tak berdosa pada Rachel. “Apakah mempermainkan nyawa adalah hal yang biasa bagi penghuni Redrock?”

“Bukankah kau juga melakukan hal yang sama?” potong Etha cepat. Dia melirik ke arah gua yang di maksud Rachel. Melirik jebakan yang sudah di siapkan Rachel.

“Jika aku tidak menghentikanmu, mungkin aku yang sudah menjadi makan malam binatang apapun itu yang kau simpan di dalam sana.” Jawaban Ethan membuat Rachel terdiam tak terima. “Akui saja, bahwa kau juga merasa bahwa kebiasaan kami adalah hal yang menarik.”

Rachel mendengus marah lalu meninggalkan tempat itu. Ethan dan dua orang bawahannya yang lain berjalan mengikuti Rachel. Dia melangkah kembali ke desa, tepatnya ke kediamannya. Dia meminta Ethan menunggu diluar sedangkan Rachel mengambil Jade Amora yang telah disembunyikan di bawah lantai batu di rumah itu.

Rachel keluar dengan Jade Amora berada di punggungnya. Ethan bermaksud meminta busur itu, namuan Rachel menghentikannya.

“Aku akan menyerahkannya, hanya setelah Nerissa berada di tanganku.” tawar Rachel.

“Baik. Tapi aku harus memastikan jika kau tidak menipu kami lagi. Buka penutup busur itu.” Pinta Ethan.

Rachel kembali mendengus namun dia menuruti permintaan Ethan dan membuka ikatan kain yang menutupi Jade Amora. Ethan mengamati busur itu dari tempatnya berdiri. Busur panjang berwarna abu gelap dengan garis ungu dan emas yang memanjang di kedua sisinya serta dua buah batu berwarna ungu di kedua ujungnya. Ethan tersenyum setelah memastikan busur itu.

Ethan mengangguk, lalu tanpa diduga dua pria di belakangnya maju ke depan ke arah Rachel. Rachel sudah menduga bahwa mereka tidak akan mungkin menepati ucapannya. Gadis itu segera berlari dengan melompati pagar dan puing reruntuhan yang ada di samping rumahnya. Ethan menggeleng malas saat melihat Rachel kabur.

“Rachel, kau tahu aku bisa menangkapmu dengan mudah menggunakan sihirku. Jadi berhenti membuang waktuku dan serahkan busur itu.”

Rachel mendengar suara lantang Ethan tak jauh dibelakangnya tapi Rachel tak peduli. Dia terus berlari dan berusaha menjauh secepat mungkin. Ethan menyeringai pelan saat melihat Rachel tak segera berhenti. Dengan sekali ayunan tongkatnya Rachel terlempar sejauh lima meter ke depan dan membuat tubuh gadis itu terasa remuk saat jatuh diatas tanah bebatuan yang keras.

Akh…

Ethan berjalan pelan mendekati Rachel dengan senyuman licik terpasang di wajahnya. Dengan tubuh yang masih kesakitan Rachel berusaha bangkit mengabaikan rasa sakit diseluruh tubuhnya.

“Tidakkah kau masih menginginkan Nerissa?”

“Kau pikir aku sebodoh itu hingga bisa percaya pada Nerissa palsu yang kau tunjukkan padaku? Kau melupakan detail kecil tentang hubungan kami. Dia memiliki gelang yang sama dengan yang aku gunakan saat ini.”

Ethan tertawa tak percaya dengan penjelasan Rachel.

“Kau mengikutiku sejak aku meninggalkan gunung Mitah, lalu menarik perhatianku disini dan mengarahkanku ke Dewwy. Kau juga berniat mengurungku di Redrock. Menurutmu dari segala hal yang terjadi pada saat ini, adakah alasan bagiku untuk mempercayaimu? Tidak, tidak sama sekali.”

Tawa pemuda itu seakan bergema ditempat itu saat dia tertawa bersamaan dengan hembusan angin yang tiba-tiba datang.

“Kau sebenarnya cukup pintar, hanya saja kau mudah percaya pada orang lain. Itulah kelemahan terbesarmu.”

“Kepercayaan bukanlah kelemahan, tapi kekuatan. Tanpa kepercayaan aku tak akan bertahan hingga hari ini. Aku selalu percaya pada kebahagiaan, aku percaya dengan keadilan dan aku percaya pada keajaiban.”

“Kau berbicara seolah kau telah mendapatkan segalanya, tapi lihat apa yang kau miliki saat ini Rachel. Kau terpuruk saat seluruh saudaramu tewas sedangkan kau adalah satu-satunya yang tersisa. Kau mengatakan keadilan? Lalu apakah keadilan itu seperti mereka yang menghinamu dan dengan mudah menuduhmu sebagai pembunuh?”

“Kau benar, aku telah melewatkan dua hal itu, tapi keajaiban akan selalu terjadi dalam hidupku. Bahkan saat ini.”

Ethan melihat Rachel yang bangkit sambil tersenyum. Ethan mengikuti arah pandangan Rachel dan ternyata dua orang bawahannya telah berhasil dikalakan oleh pasukan Vinetree. Ethan berbalik pada Rachel tapi dia berhadapan dengan orang lain dan pedang yang diarahkan tepat di lehernya.

“Apa kabar? Tuan Muda Bedwyn.”

“Kenneth Alaric.”

Kedua pemuda itu saling berhadapan dengan wajah mencemooh satu sama lain. Disatu sisi adalah Tuan Muda Klan Redrock Ethan Bedwyn sedangkan disisi lain adalah Jendral Vinetree Kenneth Alaric.

“Sepertinya kali ini kita kembali mengejar hal yang sama.” ucap Kenneth sambil melirik Rachel. “Jade Amora, huh?”

Sudut bibir Ethan terangkat membentuk seringai kecil. Dia menengok ke arah Rachel yang diam dibelakang Kenneth, tapi pemuda itu menghalangi pandangannya. Dia menggeleng pelan pada Ethan. Ethan menghela nafas pelan lalu mengangguk. Dia mengangkat kedua tangannya lalu berjalan mundur.

“Rachel, jika kau masih ingin melihat saudarimu sebaiknya pergilah bersamaku sekarang?”

“Aku akan menjemputnya lagi tanpa bantuan siapapun, termasuk dirimu.”

“Kau akan menyesal.”

“Kau yang akan menyesal Ethan.” Ethan terdiam mendengar nada yakin dalam ucapan Rachel. “Jangan lupa, aku adalah orang pertama yang berhasil melukaimu tanpa menggunakan tipuan atau sihir apapun.” lanjut Rachel sambil melirik telinga pemuda itu.

“Kau benar. Aku tunggu pertarungan kita selanjutnya.” Ethan mengangguk lalu dalam sekejap dia menghilang dari tempat itu beserta dua orang bawahannya tadi.

Setelah Ethan pergi Rachel bisa menghembuskan nafasnya lega. Tapi dia segera waspada saat Kenneth berbalik menatapnya. “Jika kau menginginkan busur ini juga sebaiknya kau menyerah, aku tak akan menyerahkannya pada siapapun.”

Kenneth memiringkan kepalanya lalu menatap Rachel heran. Sebelah alis pemuda itu terangkat saat melihat penampilan berantakan Rachel.

“Jika tidak dalam keadaan basah kuyup kau akan terlihat berantakan. Tidak bisakan kau berpenampilan rapi seperti gadis pada umumnya? Bagaimana mungkin kau masih bisa disebut seorang gadis dengan penampilanmu ini.”

Rachel tak mampu berkata-kata mendengar ucapan Kenneth.

“Elise, sebaiknya segera bawa pergi gadis ini atau mataku akan sakit melihatnya.” Teriak Kenneth pada Elisabeth saat dia meninggalkan Rachel.

Rachel sangat kesal mendengar Kenneth berbicara. Dia bermaksud mendekat dan memukul pemuda itu tapi rasa nyeri segera terasa di sekujur tubuhnya saat dia bergerak. Elise mendekati Rachel dan memeriksa gadis itu. Dia menarik paksa pakaian yang dikenakan Rachel dan melihat lebam dan beberapa luka goresan di sekujur tubuh gadis itu.

“Kenneth, dia terluka lagi.” teriak Elise pada Kenneth.

“Bawa saja dia ke perkemahan.”

“Tidak!” Rachel teringat dengan orang-orang yang menuduhnya membunuh penduduk Dewwy. Mereka adalah Vinetree, dia tak akan mau berada ditempat yang sama dengannya.

Elise seakan tahu keraguan Rachel dan segera berkata, “Camp ini adalah camp khusus. Hanya orang tertentu yang bisa masuk. Kau akan aman disana. Percayalah, aku dan Kenneth akan menjagamu.”

“Kalian masih menginginkan Jade Amora?”

“Ya, aku menginginkannya.” Cetus Kenneth dengan datar yang segera mendepatkan tatapan tajam Elise.

“Kenneth… Bisakah setidaknya kau-..”

“Tak perlu berbelit padanya. Dia bukan orang bodoh yang mudah diperdaya.” Kenneth berbicara dengan nada keras pada Elise memuat gadis itu memilih diam.

“Dengar, sampai kapanpun aku akan tetap menginginkan busur itu. Karena kau tidak tahu betapa berbahayanya busur itu. Tapi jika kau tidak bersedia menyerahkannya padaku, maka aku hanya memiliki satu pilihan untukmu.”

“Mengurungku bersama busur ini, itu maksudmu?”

“Lihat, dia tidak bodoh.”

“Rachel bukan itu maksud kami, kami hanya-..”

“Kau bisa membawaku sekarang, tapi kau harus tahu bahwa kau tidak bisa menahanku selamanya.” Ucap Rachel akhirnya. Lalu dengan langkah tertatih-tatih dia berjalan mendahului Kenneth dan Elise.

“Jangan hanya berdiri disana, cepat tunjukkan jalannya.”

Kenneth memutar bola matanya lalu berjalan menuju kudanya, sedangkan Elise tersenyum menyadari maksud dari ucapan Rachel. Setidaknya gadis itu bersedia ikut bersama mereka saat ini. Jadi mereka bisa menjaga Jade Amora aman meski hanya sementara.

Hei.. Ken Bodoh. Bantu aku naik kuda.” Teriak Rachel saat dia kesulitan naik kuda dengan kedua lutut yang terluka.

Tsk, keretamu ada di sana, bodoh.” Ucap Kenneth lalu memacu kudanya meninggalkan tempat itu. Rachel membelalakkan matanya heran.

“Entah bagaimana dia meminta kami menyiapkan sebuah kereta sebelum berangkat tadi, sepertinya dia tahu bahwa kita akan bertemu.” Jelas Elise sambil memapah Rachel.

“Atau dengan kata lain, dia mendoakanku agar aku terluka.”

Bab terkait

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 10 : Crator's Destiny

    Camp itu berbeda dengan perkemahan yang berada di pegunungan Mitah. Tempat itu jauh lebih luas dan dihuni banyak orang. Namun dari sekian banyak penghuni campe tersebut tak ada satupun yang mengenal Rachel atau menatap Rachel dengan tatapan aneh. Mereka semua fokus pada apa yang mereka kerjakan tanpa sibuk mengurusi orang lain. Selain itu, perkemahan itu sangat berbeda dengan Camp sebelumnya karena bukan didirikan dengan banyak tenda melainkan bangunan permanen yang layaknya istana luas. Mereka menyebut kastil itu dengan sebutan Kastil Irdawn.Elise telah menceritakan sedikit sejarah tentang Crator yang tak pernah Rachel pedulikan sama sekali selama ini. Terutama tentang Redrock dan Vinetree. Dua Klan terbesar di kerajaan ini yang saling bersaing selama bertahun-tahun. Vinetree adalah golongan orang yang terlahir dengan kemampuan istimewa dalam hal kekuatan fisik. Mereka memiliki kelebihan yaitu memiliki senjata mereka sendiri sejak lahir. Senjata itu akan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 11 : Behind the Prophecy

    Pandangan Rachel semakin kabur dan telinganya berdengung keras. Tiba-tiba tubuhnya terasa seperti terjatuh ke dalam air dingin yang sangat dalam. Penglihatannya memudar dan dia kesulitan bernafas. Rachel berusaha meraih apapun di sekitarnya namun sayangnya tak ada apapun disana. Semakin Rachel berusaha bergerak maka semakin dalam dia akan terjatuh dan semakin gelap pula pandangannya.Rachel terbangun di sebuah padang rumput hijau yang dipenuhi bunga. Kupu-kupu beterbangan di tempat itu mengelilingi Rachel. Mereka berkumpul dan membentuk siluet seorang gadis yang menunduk seakan memberi salam pada Rachel. Rcahel mengangguk samar pada kumpulan kupu-kupu itu yang segera beterbangan menjauh. Rachel bangkit dari tempatnya dan mulai menjelajahi tempat itu. Dia berjalan mengelilingi padang rumput itu hingga dia tiba di sebuah tebing tinggi.Saat dia tiba di tebing tinggi itu tiba-tiba langit berubah gelap. Rachel tak tahu apa yang terjadi padanya namun tubuhnya bergerak denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 12 : Next Destination

    “Rae..” Rachel mendengar suara Elise dan melihat gadis itu berlari ke arahnya. “Aku lupa ingin menanyakan sesuatu padamu, siapa Nerissa? Kau memanggilku Nerissa sebelum kau pingsan.” Jadi itu hanya bayangan Rachel saja rupanya. “Tidak, aku hanya salah lihat.” “Jadi siapa dia?” “Kupikir kau pernah mendengar namanya, gadis Mermaid.” “Tidak, bukan itu. Maksudku, siapa Nerissa dihidupmu?” Rachel mengamati wajah Elise dengan seksama. Jika orang lain yang bertanya tentang Nerissa saat ini, mungkin Rachel akan mencari berbagai alasan untuk menolak dan mengalihkan perhatian mereka tapi Elise. Gadis ini sedikit berbeda. Aura yang dipancarkan gadis ini mengingatkannya pada Nerissa yang dikenalnya. “Nerissa, dia saudariku. Kami tumbuh dan besar di panti asuhan yang sama. Bagiku dia seperti kakak yang selalu melindungi dan merawatku. Bahkan di akhir nafasnya dia masih berusaha melindungiku.” “Dia telah tiada?” “Aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 13 : Seeking For Answer

    Hari ini salju kembali turun menyelimuti kastil Irdawn dengan selimut putih yang lembut dan basah. Di atas lapisan putih itu terdapat jejak halus yang mulai memudar. Sebuah jejak yang tercipta dari sebuah kaki mungil yang berjalan di pagi buta. Jejak tersebut berjalan lurus ke arah gerbang kastil dan menghilang dilebatnya hutan. Namun satu yang tidak di ketahui pemiliki jejak kaki itu. Bahwa ada jejak lain yang mengikutinya tak lama setelah kepergiannya. “Apa kau bermaksud mengelilingi Crator dengan berjalan kaki?” tanya Kenneth saat melihat tubuh kecil Rachel meringkuk dibawah pohon tak jauh dari sungai. Gadis itu mengangkat kepalanya dan membuka tudung yang menutupi wajahnya. Gadis itu tampak terkejut melihat Kenneth namun dia segera mengatur ekspresinya dan kembali menatap datar pada Kenneth. Dia menghela nafas pelan sehingga menciptakan kepulan uap didepan wajahnya yang memerah kedinginan. “Jangan bilang kau mau menukar kudamu dengan busurku. Maaf

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 14 : The Warmth of Abendbrise

    Diantara banyak kota yang telah Rachel lalui, Abendbrise adalah kota terakhir yang harus ia datangi. Kota terakhir di dekat teluk Feilas. Tempat yang akan dia tuju, tanah para Jade, Pulau Davian. Rachel sudah berkuda selama dua hari tanpa tidur. Hanya sesekali dia akan berhenti untuk memberi makan kudanya atau meluruskan kakinya sejenak. Saat memasuki gerbang kota Abendbrise, Rachel telah disambut dengan suasana kota tua kecil di pinggiran kerajaan. Kota yang cendurung memancarkan cahaya suram di sekitarnya dengan sebagian besar bangun terbuat dari kayu dengan warna coklat yang telah memudar. Beberapa penduduk berlalu lalang dengan jaring di atas bahu mereka, atau para wanita membawa beberapa keranjang ikan adalah pemandangan yang sedehana. Rachel membawa kudanya menuju kedai pertama yang dia lihat. Mengikatkan kudanya di tempat yang telah disediakan lalu segera memesan makanan untuk dirinya. Dia merogoh saku mantel yang di berikan Kenneth dan menghitung koin yang ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 15 : Promise in Feilas

    Satu yang Rachel sesalkan saat meninggalkan camp Vinetree adalah dia lupa mengembalikan belati milik Elise. Meski gadis itu mengatakan bahwa dia tidak menggunakannya namun Rachel tahu bahwa senjata itu bukan miliknya. Elise mungkin akan mendapatkan masalah jika ada anggota Vinetree yang tahu bahwa dia memberikan senjatanya pada Rachel. Rachel memutuskan untuk membawa Belati itu dan memastikan bahwa benda itu selalu dalam pengawasannya.Saat ini Rachel masih berada di kota Abendbrise, setelah beberapa hari badai melanda pesisir, hari ini cahaya matahari mulai terlihat bersinar di ufuk timur. Rachel bangun pagi bersama Aryan dan bergegas melihat pantai yang makin hangat. Musim dingin akan segera berakhir.“Rae, apa kau akan ikut ayah melaut hari ini?” tanya Aryan. Mata bulat bocah itu manatap Rachel dengan sedikit berkaca-kaca. Rachel mengangguk pada bocah berusia sepuluh tahun itu, dia tidak menyangka bahwa dia akan sangat akrab dengan bocah itu. Seb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 16 : The Elf's Riddle

    Kenneth masih mengagumi tempat itu. Keindahan yang telah lama tidak pernah Kenneth temui di tanah Crator. Sejenak pemuda itu seakan melupakan tujuan utamanya jika bukan karena seruan dari sang Elf. “Tertarik untuk tinggal, Tuan Muda Alaric?” tanya Undina Reagen pada Kenneth. Pemuda itu segera mengalihkan pandangannya dan fokus pada wanita itu yang telah menunggunya. Undina Reagen, seorang Elf yang telah tinggal di wilayah gunung Mithre selama ratusan tahun. Penampilan peri wanita itu sedikit membuat Kenneth terkejut. Dimana dia mengenakan sebuah pakaian yang sederhana dan jauh dari kata elegan yang biasa di sematkan pada para kaum Elf. Undina Reagen menyadari arti tatapan Kenneth dan tersenyum ringan. Wanita itu menjejakkan kakinya di atas bebatuan lembab yang ada di sekitar air terjun tak jauh dari tempatnya. Melangkah menuju ke tengah aliran sungai dan membenamkan diri disana. Kenneth terkejut namun dia masih diam di tempatnya. Tak berapa lama wanita itu ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 17 : Land of Jade Clan

    Terik matahari terasa menyengat di permukaan kulit. Membakar tubuh yang tergolek lemah tak berdaya dibibir pantai. Perlahan pemilik tubuh itu mulai membuka matanya. Menyipit dan mengerjap saat merasakan cahaya terang di sekitarnya. Gadis itu, Rachel Chevalier. Dengan tubuh lemah dia bangkit dan menemukan dirinya berada di sebuah pantai. Rachel melihat ke sekeliling mencari apakah ada orang lain selain dirinya, namun hasilnya nihil. Gadis itu perlahan bangkit dan membersihkan sisa-sisa pasir yang menempel di tubuh dan pakaiannya. Rachel meraskan nyeri di pahanya dan menyadari rasa nyeri itu berasal dari Belati milik Elise yang sedikit terbuka dan menggores kulitnya. Gadis itu memeriksa belati tersebut dan menemukan belati itu sedikit bersinar. Mengeluarkan cahaya biru terang. Rachel belum pernah melihat belati itu bersinar seperti ini. Namun tak lama cahaya itu hilang dan kembali seperti sebelumnya. Rachel memilih mengabaikan hal itu dan perlahan bangkit dari pasir le

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19

Bab terbaru

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 127 : Sacred Soul

    Kekuatan. Kekuasaan. kebebasan.Hal yang tak pernah lelah untuk di cari dan dikejar oleh semua orang. Setiap mereka yang hiduo pasti mendambakan kekuatan. Setiap mereka yang Kuat, pasti menginginkan kekuasaan, dan siapa yang berkuasa dialah yang memegang kebebasan. Begitulah kiranya rantai kehidupan yang saat ini tercipta. Buah dari keinginan dan hasrat yang tak ada habisnya. Setiap orang berlomba mencapai kesempurnaan untuk mengejar kekebasan tertinggi. Namun, tahukah mereka arti sejati dari sebuah kebebasan?***"Bydd yr Enaid Sanctaidd bob amser yn effro yn y Corff Mawr." (Jiwa Suci akan selalu terjaga dalam Raga sang Agung)Rachel, sang Jiwa Suci yang terlahir dalam Raga Sang Agung. Inang yang paling tepat untuk kekuatan terakhir dari para Velaryon. Kekuatan kuno yang selama ini menjaga alam semesta.Namun, mereka kadang lupa, bahwa selain para kekuatan kuno nan agung, ada entitas lain yang lebih luar biasa di banding mereka. Sang Jiwa Suci. Cahaya terang itu berpendar keluar d

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 126 : The Soul

    Di empat penjuru kerajaan Crator, ke-empat Guardians yang tersisa perlahan bangkit. Ada sebuah dorongan dalam diri mereka untuk mengeluarkan kekuatan mereka ketika cahaya ungu pekat itu memenuhi langit. Perlahan, Trisula Aquamarie, Tombak Mitah, Pedang Shadowfall dan Belati Snowbell menunjukkan kekuatannya. Keempat guardians itu memejamkan mata mereka di waktu yang hampir bersamaan dan perlahan cahaya masing-masing armor menyelimuti mereka. Dengan cahaya itu kekuatan masing-masing guardians meningkat secara bersamaan. Ketika kekuatan itu telah berkumpul cahaya itu melesat ke langit, memunculkan cahaya biru, hijau, coklat, dan putih menyatu dengan langit gelap di atasnya. Untuk sejenak gejolak petir itu berhenti. Sejenak, sebelum gelombang besar bencana datang. Angin berhembus kuat menyelimuti Crator. Menerbangkan appaun yang bisa di bawanya. Puing-puing reruntuhan, pohon dan tanaman, kereta, kuda, dan bahkan manusia. Segalanya ikut terbawa oleh amukan angin yang muncul tiba-tiba.Te

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 125 : Ethernal Warland in Crator

    Rachel menatap tubuh Sigrid yang penuh luka. Entah berapa kali wanita itu terus mengulang kesalahan yang sama, membalas setiap kali Rachel mengobati lukanya. Niat awal Rachel untuk mengingatkan Sigrid atas rasa sakit berulang yang terus wanita itu torehkan pada penduduk Crator, tapi sayangnya wanita itu seperti tak menunjukkan sedikitpun rasa penyesalan. Rachel ingin mmebuat wanita itu mengingat rasa lelah dan ketakutan karena ancaman yang berulang, tapi Sigrid terlihat sangat berambisi untuk membalas Rachel di setiap kesempatan.‘Kenapa kemarahan wanita ini tak kunjung padam? Kehidupan seperti apa yang sudah dia lalui sebelumnya?’ batin Rachel bertanya-tanya.Rachel kembali menyentuh puncak kepala Sigrid, tapi kali ini sebelum wanita itu bangkit menyerang sebuah rantai hitam muncul dari tanah dan mengikat Sigrid.Arrghhh ... Sigrid menggeram marah dan meronta. “Menyerahlah maka hukumanmu akan lebih cepat selesai,” ucap Rachel.“Kau! Atas hak apa kau memiliki hak menghukumku? Kau sam

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 124 : Tough Women

    Seringai tipis muncul di wajah Sigrid. Hanya beberapa saat sebelum tawa melengking wanita itu terdengar menggema di kastil Enver. Ha... ha... ha... “Kalian semua sama saja,” tukasnya. Sigrid menatap Rachel dengan ekspresi mengejek. Terlihat tenang namun juga menghina di saat yang sama. Sedangkan dalam dada itu sedang ada gemuruh kemarahan yang sedang dia tahan. “Jadi, selain menghukumku kau tidak memiliki tujuan lain datang kemari?” tanya Sigrid. “Sepertinya Para Velaryon itu benar-benar memberikan perhatian istimewa padaku.” Sumpah serapah dan hinaan keluar dari mulut wanita itu. Segala bentuk cercaan dan berbagai macam umpatan dia layangkan pada Rachel dan sosk Velaryon. Rachel hanya diam. Satu tangannya bergerak di atas halaman kastil dan tanaman tumbuh di sekitarnya, membentuk sebuah tempat duduk dari sulur tananam dengan bunga-bungan berwarna ungu dan hitam. Dengan kedua tangan dia letakkan di dada, Rcahel mundur

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 123 : Endless Redemption

    Katakanlah Rachel kejam, tapi dia memang ‘harus’. Dikepala gadis itu ada banyak hal aneh yang terus bermunculan. Ingatan tentang kehidupan lain dari berbagai sosok yang tidak Rachel kenal. Kekejaman sosok Neith ketika memimpin perang Wylan. Kesedihan Amethys yang tersisih dari para bintang. Kesepian yang terasa dari benak Sassafres. Bahkan kemarahan Sigrid juga bisa Rachel rasakan sekarang. Emosi-emosi itu sedikit banyak mulai mempengaruhi pandangan dan perasaan Racgel terhadap setiap hal yang ada di hadapannya. Dikedalaman samudera, air bergejolak kuat. Mendoron dan menekan tubuh Sigrid yang tak bisa melawan tapi wanita itu masih hidup. Wanita tiu masih bertahan meski tidak bisa melawan. Semakin dalam mereka menyelami samudera semakin terang pula cahaya Aquamarine di sekitar mereka. Hingga Rachel tiba di sebuah altar bawah laut. Jangan tanya bagaimana Rachel bisa tahu, ada sesuatu di kepala Rachel yang memberinya petunjuk. Mungkin Caelum The God of Sky atau bisa jug

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 122 : Drowning in the storm

    Cahaya fajar terlihat di ufuk timur. Cahaya kemarahan yang telah di tunggu-tunggu setelah malam panjang yang hadir tiba-tiba. Helaan nafas lega hampir terlihat pada seluruh penduduk Crator saat mereka berhasil melewati satu malam yang mencekam. Malam dimana kerajaan mereka mungkin akan musnah karena kebangkitan sosok dalam ramalan.Suatu penuh suka cita terlihat dirumah rumah yang penduduknya mulai saling memeluk dalam isak tangis penuh kelegaan. Tanpa mereka ketahui, bahwa nasib mereka baru saja mulai di tinjau pagi ini.*** Cahaya matahari pagi menyinari pegunungan Mithre dengan sinar hangat. Cahaya terang keemasan itu jatuh tepat di atas rumput hijau segar yang dipenuhi embun di setiap pucuknya. Indah, tapi ingat bahwa sebelum itu ada rumput hitam mematikan tumbuh sebelumnya.Rachel berdiri di sana, kali ini dia telah bertekad menyelesaikan segalanya. “Kau benar-benar terlalu membanggakan dirimu sendiri, Rae,” sentak Sigrid. Wanita itu bangkit dan

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 121 : The Judgement, begin.

    Percayalah Rachel tak mengerahkan segala kemampuannya kala itu untuk mengalahkan Sigrid. Bukan karena dia tidak mampu, melainkan karena Rachel tak ingin ramalan Putri Emerald menjadi kenyataan. Rachel harus tetap bisa mengendalikan diri dan kekuatannya hingga dia selesai berurusan dengan Sigrid. Rachel tak yakin ke mana Sigrid pergi, dia hanya melesat terbang mengikuti jejak kekuatan milik wanita itu yang menuntunnya meninggalkan Atiria. Ketika Rachel melesat di atas langit, cahaya ungu terlihat memandang mengikutinya. Layaknya ekor meteor yang jatuh ke bumi. Orang-orang di bawahnya yang melihat cahaya ungu melesat di atas mereka semakin ketakutan sebab mereka yakin bahwa kali ini, Amethys benar-benar telah bangkit sempurna. Rachel berhenti di sebuah dataran tinggi di pegunungan yang terlihat tak asing dimatanya. Padang rumput hitam sejauh mata memandang dengan aroma aneh yang mengusik indera penciuman. “Mithre,” desis Rachel menyadari dimana dia berada. Rachel menelisik ke sek

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 120 : (Side Story) Velaryon, and the Land of Eternal War

    Cahaya terang menyinari tempat itu. Sepanjang mata memandang hanya ada langit tak bertepi dan padang rumput luas tak berpenghuni. Hanya terdengar desau angin dan suara samar burung di kejauhan.Di antara ilalang yang bergoyang pelan, seorang gadis tengah berbaring. Rambut coklat keemasannya yang panjang menyatu dengan tanah kecoklatan di sekitarnya. Kulit putih pucatnya berpendah layaknya dilapisi oleh kerlip bintang yang berpendar memantulkan cahaya. Satu tagan gadis itu menutupi kedua matanya. Ketika tangan itu perlahan terangkat, mata gadis itu terbuka pelan memperlihatkan mata coklat keemasan terindah yang pernah ada. Terang dan dalam. Seakan mata itu mampu melihat menembus apapun yang ada di depannya.Gadis itu perlahan bangkit, menarik kedua kakinya dan membawa tubuh tinggi semampainya bangkit. Gaun putih pucat gadis itu perlahan melambai bersama dengan hembusan angin.Satu tangan gadis itu kembali terangkat. Jemari lentiknya bergerak menyentuh udara kosong di depannya. Satu ket

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 119 : Waterfall of Life

    “Diantara ribuan bintang, ada banyak yang terang penuh sinar. Dilingkupi kehangatan dan membawa kebahagiaan. Namun, di satu sudut langit ada sosok yang kelam. Tersembunyi dalam kegelapan. Penuh rahasia dan kesepian.”“Dia hanyalah satu dari bagian langit yang memutuskan untuk menyendiri. Diam jauh dari pandangan. Sebagai pengamat tanpa turun tangan. Namun, sekiranya dia datang maka percayalah bahwa dia telah habis kesabaran.”*** “Lihat ini Rachel! LIHAT!!” teriakan Sigrid menggema memenuhi langit. “Lihatlah bagaimana aku menghanguskan mereka! Lihat bagaimana aku menghancurkan kerajaan yang kalian jaga! Ha... ha... ha... .”Kening gadis itu berkerut. Otaknya tengah berputar. Dengan rasa pening yang tiba-tiba menghantamnya dia mencoba melesat secepat mungkin mengejar sosok Sigrid.‘Kau tak akan bisa mengalahkannya’ suara Sassafras terdengar di telinga Rachel. Naga itu masih terhubung dengannya.“Aku bisa!” tegas Rachel dalam gumaman pelan.Langit gelap itu telah menghitam sempurna. Bu

DMCA.com Protection Status