Home / Fantasi / Jade : The Mighty Amethys / Bagian 8 : Innocent Trap

Share

Bagian 8 : Innocent Trap

Author: Lighteve
last update Last Updated: 2021-09-10 21:10:24

Ethan membawa Rachel pergi ke Redrock, tanah para Wizard. Setelah mereka berhasil kabur dari para Vinetree Rachel memilih mencoba percaya pada Ethan meski sebagian dari dirinya masih merasa ragu karena identitas Ethan. Ethan membawa Rachel menuju kediamannya secara diam-diam. Ethan mengatakan bahwa mereka tidak di ijinkan membawa orang luar masuk ke dalam wilayah mereka.

“Mengapa kau pergi kesana?”

Pertanyaan itu sudah ditahan oleh Rachel sejak pertama kali dia tiba di Redrock tapi dia ingin tahu alasan kenapa Ethan membantunya. Ethan tak langsung menjawab pertanyaan Rachel tapi menghindar dengan memberikan beberapa pakaian bersih pada Rachel.

“Sebaiknya ganti pakaianmu dulu.”

Rachel menerima pakaian itu lalu pergi untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai berganti pakaian Rachel keluar dan tak menemukan Ethan disana. Rachel mengelilingi rumah Ethan yang jauh lebih sederhana dari panti asuhannya dulu. Sebuah ruang tamu, ruang makan, dan dapur yang menjadi satu tanpa sekat. Dua buah kamar tidur kecil dan sebuah kamar mandi kecil didalam rumah.

Rachel mencoba mengintip melalui jendela dan melihat bagaimana kaum Redrock beraktivitas di sekitarnya. Semua orang memegang tongkat di tangan atau benda-benda lain seperti kipas, payung, dan bahkan bunga. Mereka hanya mengayunkan semua benda itu dan semua hal bisa diselesaikan.

“Apakah dia juga menggunakan hal semacam itu?” gumam Rachel pelan.

Rachel penasaran dengan wilayah Redrock jadi diam-diam melangkah keluar dengan menggunakan jubah hitam Ethan. Hari masih siang namun cuaca sangat dingin meski salju tak turun hari itu. Rachel melihat kerumunan orang di depannya. Dengan spontan Rachel mengikuti mereka dan bergabung diantara kerumunan. Dia merangsek maju secara perlahan untuk melihat apa yang ada di depannya. Namun saat dia tiba di depannya sebuah pemandangan mengerikan membuat Rachel terkejut. Untung saja dia dengan cepat menutup mulutnya dengan tangannya sendiri sebelum dia sempat berteriak.

Disana, sepuluh orang pria sedang di adu bersama sepuluh ekor srigala didalam sebuah arena berbentuk labirin. Para pria itu dibiarkan begitu saja tanpa senjata apapun di tangan mereka untuk melindungi diri mereka. Ditambah tubuh kurus mereka yang terlihat sangat lemah mereka hanya bisa berlari dan berusaha menghindari serangan binatang buas itu. Hingga pada akhirnya Rachel melihat salah satu pria itu terjatuh dan berakhir menjadi santapan binatang buas itu.

Rachel memalingkan wajah saat dia mendengar sorakan dan tawa keras di sekitarnya. Dia melirik bagaimana orang-orang itu dengan wajah bahagia menatap seseorang tewas diterkam binatang buas. Bahkan di kejauhan Rachel bisa melihat beberapa orang melakukan taruhan untuk pertandingan itu, ralat pembunuhan. Rachel tak tahan dengan semua itu dan memilih pergi. Dia berjalan sambil menunduk bermaksud kembali ke kediaman Ethan. Namun sebelum tiba di kediaman pemuda itu Rachel melihat Ethan berjalan cepat di ikuti beberapa pria dan seorang wanita dibelakangnya. Ethan terlihat tergesa-gesa dan bergegas kembali. Rachel memilih bersembunyi dan menghindari pemuda itu sejenak.

“Dimana dia?” Wanita dibelakang Ethan bertanya dengan suara keras pada pemuda itu. Tunggu. Bukankah itu Lucinda? Wanita itu adalah Lucinda. Apa yang mereka lakukan? Mengapa Ethan bersama Lucinda?

“Aku meninggalkannya disini,” jawab Ethan ketus.

“Tanpa mantra pengunci? Bagus sekali Tuan Muda.”

Rachel membelalakkan matanya saat menyadari situasinya. Semua keramahan dan bantuan yang pemuda itu tawarkan hanya tipuan. Jadi semua ini hanya jebakan. Semua itu hanya sebuah perangkap untuk menangkap Rachel. Wanita itu, dia memanggil Ethan dengan sebutan ‘Tuan Muda’?

“Ketua tidak akan senang jika dia tahu kabar ini.”

“Cari saja dia, dia pasti belum jauh dari tempat ini.” ucap Ethan. Wajah pemuda itu berubah serius saat berbicara dengan mereka. Bahkan sorot mata itu juga berbeda.

“Minta seluruh pasukan memasang mantra pengunci, jangan biarkan siapapun masuk atau keluar dari Redrock hari ini.” Perintah pria itu

Hati Rachel jauh lebih sakit kali ini dibandingkan ucapan dan hinaan pasukan Vinetree untuknya. Dia yang dengan bodohnya percaya pada seorang Redrock dan berakhir di perdaya oleh mereka. Rachel, mengapa kau sangat bodoh. Rachel merutuki dirinya sendiri atas apa yang menimpanya kini. Dia yang seharusnya tidak mudah percaya pada orang lain kini berakhir dalam jebakan yang mereka buat.

“Aku tidak peduli bagaimana caramu menemukannya, tapi aku harus mendapatkan Jade Amora hari ini.” Ucap Lucinda dengan nada gusar.

“Jadi semua ini karena senjata itu?”

Rachel memilih keluar dari persembunyiannya. Lucinda memiringkan kepalanya dan tersenyum melihat Rachel disana. Sedangkan Ethan, dia menatap Rachel dengan dingin.

“Kau pikir ada hal lain yang berharga selain senjata itu? Bahkan nyawamu tak ada harganya disini.” cemooh Lucinda.

Rachel tersenyum getir mendengar kebenaran dalam jawaban Lucinda. Bagaimana mungkin nyawa seseorang sepertinya lebih berharga daripada senjata itu. Meskipun Rachel tidak bisa menggunakannya Rachel tahu bahwa busur yang ia miliki bukanlah busur biasa. Namun bukan Rachel namanya jika dia menyerah begitu saja.

Rachel berjalan mendekati Ethan dan Lucinda yang berdiri dengan tenang. Beberapa pengawal yang berada dibelakang mereka segera membentuk sebuah barisan dan mengelilingi Rachel. Rachel tersenyum tipis melihat mereka. Gadis itu mengeluarkan belati miliknya dan melepaskan belati itu dari sarungnya.

“Sayang sekali, gadis tak berharga inilah satu-satunya orang yang mengetahui dimana letak senjata itu." Ujar Rachel sambil memainkan belatinya. "Bukankah itu artinya, nyawanya kini jadi berharga?” ucap Rachel dengan tenang. Rachel menarik belati miliknya dan dia arahkan ke lehernya.

Rachel bisa melihat mata Ethan yang berkilat marah atas kalimat yang baru saja Rachel lontarkan. Namun pemuda itu menahannya dengan sebuah wajah datar tak peduli. Bahkan Lucinda hanya bisa tersenyum kecut menatap Rachel.

“Serahkan busur itu dan nyawamu bisa kami pertimbangkan,” tegas Ethan.

“Nyawa ini milikku, jadi tak perlu orang lain untuk mempertimbangkannya,” jawab Rachel cepat. “Jika aku mau, aku bisa membunuh diriku sendiri disini. Tidak perlu merepotkanmu Tuan Muda Redrock.”

“Berani sekali kau mengancam kami!” teriak Lucinda.

Pasukan Redrock yang mengelilingi Rachel bergerak mendekat untuk menangkap gadis itu. Tapi Rachel menekan belatinya dan sengaja menyayat dirinya sendiri untuk membuktikan ucapannya. Lucinda mengangkat tangannya dan menahan pasukannya.

“Bukankah kau juga melakukan hal yang sama padaku?” ucap Rachel menahan rasa perih di lehernya saat darah mulai mengalir dari lukanya.

Ethan berbisik pada Lucinda. Wajah wanita itu semakin masam mendengar Ethan namun segera dia kembali tersenyum. Dia mengangguk pada pasukannya dan perlahan mereka meninggalkan tempat itu. Kemudian wanita itu menunduk hormat pada Ethan sebelum pergi meninggalkan Ethan dan Rachel.

“Jadi, Ancaman apa lagi yang kau miliki?” tanya Rachel dengan suara bosan.

“Nerissa.”

Mata Rachel seketika melebar saat Ethan mengucapkan nama itu tapi Rachel segera menguasai dirinya lagi.

“Jangan mencoba menipuku untuk kedua kalinya Ethan. Aku peringatkan kau!”

“Aku tidak menipumu. Nerissa, dia masih hidup dan dia berada di tanganku.”

Pemuda itu mengeluarkan sebuah tongkat sepanjang empat puluh centi dari balik pakaiannya. Mengayunkan tongkat itu pelan dan menciptakan sebuah lingkaran kecil. Menunjukkan sosok seorang gadis yang terbaring tak sadarkan diri disebuah ruang gelap. Rachel menggertakkan giginya saat mengenali sosok itu. Pemuda itu tersenyum melihat kemarahan Rachel lalu kembali mengayunkan tongkatnya dan membuat gambaran tersebut hilang.

“Jika nyawamu tak berharga, bagaimana dengannya?” Kali ini Ethan melayangkan sebuah seringaian licik yang paling Rachel benci. Wajah runcing pemuda itu menunjukkan ekspresi puas atas rasa marah Rachel.

“Aku membencimu.” Ucap Rachel lalu melemparkan belatinya ke arah Ethan. Pemuda itu sama sekali tak menghindar sehingga membuat telinganya tersayat oleh belati Rachel.

“Kau meleset," ucap pemuda itu.

“Aku akan membunuhmu sendiri, setelah aku mendapatkan Nerissa.”

Related chapters

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 9 : Who's The Swindler?

    Rachel membawa Ethan menuju tempat dia menyimpan Jade Amora setelah dia melihat sendiri tubuh Nerissa yang masih bernafas di istana Redrock. Gadis itu ada disana meski nafasnya sangat lemah. Tapi setidaknya ada harapan bahwa dia akan selamat. Rachel membawa Ethan dan beberapa anggota Redrock kembali ke hutan Fleure karena disanalah dia menyembunyikannya. Rachel mengatakan bahwa mereka harus melewati air terjun yang ada disana. Namun dengan sekali ayunan tangan aliran air terjun itu terbelah dan memperlihatkan sebuah gua kecil disana. Rachel bermaksud masuk ke dalam tapi Ethan menghentikannya. “Aku tidak tahu jebakan apa yang kau siapkan disana. Sebaiknya kau diam disini bersamaku.” Ethan menatap pengawalnya dan dua orang di belakangnya masuk ke dalam gua itu. Sesuai perkiraan Ethan tak berapa lama terdengar teriakan dari dalam gua disertai suara geraman keras di dalam sana. Rachel bergidik ngeri mendengar suara geraman itu tapi Ethan biasa saja. Setelah menun

    Last Updated : 2021-09-11
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 10 : Crator's Destiny

    Camp itu berbeda dengan perkemahan yang berada di pegunungan Mitah. Tempat itu jauh lebih luas dan dihuni banyak orang. Namun dari sekian banyak penghuni campe tersebut tak ada satupun yang mengenal Rachel atau menatap Rachel dengan tatapan aneh. Mereka semua fokus pada apa yang mereka kerjakan tanpa sibuk mengurusi orang lain. Selain itu, perkemahan itu sangat berbeda dengan Camp sebelumnya karena bukan didirikan dengan banyak tenda melainkan bangunan permanen yang layaknya istana luas. Mereka menyebut kastil itu dengan sebutan Kastil Irdawn.Elise telah menceritakan sedikit sejarah tentang Crator yang tak pernah Rachel pedulikan sama sekali selama ini. Terutama tentang Redrock dan Vinetree. Dua Klan terbesar di kerajaan ini yang saling bersaing selama bertahun-tahun. Vinetree adalah golongan orang yang terlahir dengan kemampuan istimewa dalam hal kekuatan fisik. Mereka memiliki kelebihan yaitu memiliki senjata mereka sendiri sejak lahir. Senjata itu akan

    Last Updated : 2021-09-12
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 11 : Behind the Prophecy

    Pandangan Rachel semakin kabur dan telinganya berdengung keras. Tiba-tiba tubuhnya terasa seperti terjatuh ke dalam air dingin yang sangat dalam. Penglihatannya memudar dan dia kesulitan bernafas. Rachel berusaha meraih apapun di sekitarnya namun sayangnya tak ada apapun disana. Semakin Rachel berusaha bergerak maka semakin dalam dia akan terjatuh dan semakin gelap pula pandangannya.Rachel terbangun di sebuah padang rumput hijau yang dipenuhi bunga. Kupu-kupu beterbangan di tempat itu mengelilingi Rachel. Mereka berkumpul dan membentuk siluet seorang gadis yang menunduk seakan memberi salam pada Rachel. Rcahel mengangguk samar pada kumpulan kupu-kupu itu yang segera beterbangan menjauh. Rachel bangkit dari tempatnya dan mulai menjelajahi tempat itu. Dia berjalan mengelilingi padang rumput itu hingga dia tiba di sebuah tebing tinggi.Saat dia tiba di tebing tinggi itu tiba-tiba langit berubah gelap. Rachel tak tahu apa yang terjadi padanya namun tubuhnya bergerak denga

    Last Updated : 2021-09-13
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 12 : Next Destination

    “Rae..” Rachel mendengar suara Elise dan melihat gadis itu berlari ke arahnya. “Aku lupa ingin menanyakan sesuatu padamu, siapa Nerissa? Kau memanggilku Nerissa sebelum kau pingsan.” Jadi itu hanya bayangan Rachel saja rupanya. “Tidak, aku hanya salah lihat.” “Jadi siapa dia?” “Kupikir kau pernah mendengar namanya, gadis Mermaid.” “Tidak, bukan itu. Maksudku, siapa Nerissa dihidupmu?” Rachel mengamati wajah Elise dengan seksama. Jika orang lain yang bertanya tentang Nerissa saat ini, mungkin Rachel akan mencari berbagai alasan untuk menolak dan mengalihkan perhatian mereka tapi Elise. Gadis ini sedikit berbeda. Aura yang dipancarkan gadis ini mengingatkannya pada Nerissa yang dikenalnya. “Nerissa, dia saudariku. Kami tumbuh dan besar di panti asuhan yang sama. Bagiku dia seperti kakak yang selalu melindungi dan merawatku. Bahkan di akhir nafasnya dia masih berusaha melindungiku.” “Dia telah tiada?” “Aku

    Last Updated : 2021-09-14
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 13 : Seeking For Answer

    Hari ini salju kembali turun menyelimuti kastil Irdawn dengan selimut putih yang lembut dan basah. Di atas lapisan putih itu terdapat jejak halus yang mulai memudar. Sebuah jejak yang tercipta dari sebuah kaki mungil yang berjalan di pagi buta. Jejak tersebut berjalan lurus ke arah gerbang kastil dan menghilang dilebatnya hutan. Namun satu yang tidak di ketahui pemiliki jejak kaki itu. Bahwa ada jejak lain yang mengikutinya tak lama setelah kepergiannya. “Apa kau bermaksud mengelilingi Crator dengan berjalan kaki?” tanya Kenneth saat melihat tubuh kecil Rachel meringkuk dibawah pohon tak jauh dari sungai. Gadis itu mengangkat kepalanya dan membuka tudung yang menutupi wajahnya. Gadis itu tampak terkejut melihat Kenneth namun dia segera mengatur ekspresinya dan kembali menatap datar pada Kenneth. Dia menghela nafas pelan sehingga menciptakan kepulan uap didepan wajahnya yang memerah kedinginan. “Jangan bilang kau mau menukar kudamu dengan busurku. Maaf

    Last Updated : 2021-09-15
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 14 : The Warmth of Abendbrise

    Diantara banyak kota yang telah Rachel lalui, Abendbrise adalah kota terakhir yang harus ia datangi. Kota terakhir di dekat teluk Feilas. Tempat yang akan dia tuju, tanah para Jade, Pulau Davian. Rachel sudah berkuda selama dua hari tanpa tidur. Hanya sesekali dia akan berhenti untuk memberi makan kudanya atau meluruskan kakinya sejenak. Saat memasuki gerbang kota Abendbrise, Rachel telah disambut dengan suasana kota tua kecil di pinggiran kerajaan. Kota yang cendurung memancarkan cahaya suram di sekitarnya dengan sebagian besar bangun terbuat dari kayu dengan warna coklat yang telah memudar. Beberapa penduduk berlalu lalang dengan jaring di atas bahu mereka, atau para wanita membawa beberapa keranjang ikan adalah pemandangan yang sedehana. Rachel membawa kudanya menuju kedai pertama yang dia lihat. Mengikatkan kudanya di tempat yang telah disediakan lalu segera memesan makanan untuk dirinya. Dia merogoh saku mantel yang di berikan Kenneth dan menghitung koin yang ma

    Last Updated : 2021-09-16
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 15 : Promise in Feilas

    Satu yang Rachel sesalkan saat meninggalkan camp Vinetree adalah dia lupa mengembalikan belati milik Elise. Meski gadis itu mengatakan bahwa dia tidak menggunakannya namun Rachel tahu bahwa senjata itu bukan miliknya. Elise mungkin akan mendapatkan masalah jika ada anggota Vinetree yang tahu bahwa dia memberikan senjatanya pada Rachel. Rachel memutuskan untuk membawa Belati itu dan memastikan bahwa benda itu selalu dalam pengawasannya.Saat ini Rachel masih berada di kota Abendbrise, setelah beberapa hari badai melanda pesisir, hari ini cahaya matahari mulai terlihat bersinar di ufuk timur. Rachel bangun pagi bersama Aryan dan bergegas melihat pantai yang makin hangat. Musim dingin akan segera berakhir.“Rae, apa kau akan ikut ayah melaut hari ini?” tanya Aryan. Mata bulat bocah itu manatap Rachel dengan sedikit berkaca-kaca. Rachel mengangguk pada bocah berusia sepuluh tahun itu, dia tidak menyangka bahwa dia akan sangat akrab dengan bocah itu. Seb

    Last Updated : 2021-09-17
  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 16 : The Elf's Riddle

    Kenneth masih mengagumi tempat itu. Keindahan yang telah lama tidak pernah Kenneth temui di tanah Crator. Sejenak pemuda itu seakan melupakan tujuan utamanya jika bukan karena seruan dari sang Elf. “Tertarik untuk tinggal, Tuan Muda Alaric?” tanya Undina Reagen pada Kenneth. Pemuda itu segera mengalihkan pandangannya dan fokus pada wanita itu yang telah menunggunya. Undina Reagen, seorang Elf yang telah tinggal di wilayah gunung Mithre selama ratusan tahun. Penampilan peri wanita itu sedikit membuat Kenneth terkejut. Dimana dia mengenakan sebuah pakaian yang sederhana dan jauh dari kata elegan yang biasa di sematkan pada para kaum Elf. Undina Reagen menyadari arti tatapan Kenneth dan tersenyum ringan. Wanita itu menjejakkan kakinya di atas bebatuan lembab yang ada di sekitar air terjun tak jauh dari tempatnya. Melangkah menuju ke tengah aliran sungai dan membenamkan diri disana. Kenneth terkejut namun dia masih diam di tempatnya. Tak berapa lama wanita itu ke

    Last Updated : 2021-09-18

Latest chapter

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 127 : Sacred Soul

    Kekuatan. Kekuasaan. kebebasan.Hal yang tak pernah lelah untuk di cari dan dikejar oleh semua orang. Setiap mereka yang hiduo pasti mendambakan kekuatan. Setiap mereka yang Kuat, pasti menginginkan kekuasaan, dan siapa yang berkuasa dialah yang memegang kebebasan. Begitulah kiranya rantai kehidupan yang saat ini tercipta. Buah dari keinginan dan hasrat yang tak ada habisnya. Setiap orang berlomba mencapai kesempurnaan untuk mengejar kekebasan tertinggi. Namun, tahukah mereka arti sejati dari sebuah kebebasan?***"Bydd yr Enaid Sanctaidd bob amser yn effro yn y Corff Mawr." (Jiwa Suci akan selalu terjaga dalam Raga sang Agung)Rachel, sang Jiwa Suci yang terlahir dalam Raga Sang Agung. Inang yang paling tepat untuk kekuatan terakhir dari para Velaryon. Kekuatan kuno yang selama ini menjaga alam semesta.Namun, mereka kadang lupa, bahwa selain para kekuatan kuno nan agung, ada entitas lain yang lebih luar biasa di banding mereka. Sang Jiwa Suci. Cahaya terang itu berpendar keluar d

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 126 : The Soul

    Di empat penjuru kerajaan Crator, ke-empat Guardians yang tersisa perlahan bangkit. Ada sebuah dorongan dalam diri mereka untuk mengeluarkan kekuatan mereka ketika cahaya ungu pekat itu memenuhi langit. Perlahan, Trisula Aquamarie, Tombak Mitah, Pedang Shadowfall dan Belati Snowbell menunjukkan kekuatannya. Keempat guardians itu memejamkan mata mereka di waktu yang hampir bersamaan dan perlahan cahaya masing-masing armor menyelimuti mereka. Dengan cahaya itu kekuatan masing-masing guardians meningkat secara bersamaan. Ketika kekuatan itu telah berkumpul cahaya itu melesat ke langit, memunculkan cahaya biru, hijau, coklat, dan putih menyatu dengan langit gelap di atasnya. Untuk sejenak gejolak petir itu berhenti. Sejenak, sebelum gelombang besar bencana datang. Angin berhembus kuat menyelimuti Crator. Menerbangkan appaun yang bisa di bawanya. Puing-puing reruntuhan, pohon dan tanaman, kereta, kuda, dan bahkan manusia. Segalanya ikut terbawa oleh amukan angin yang muncul tiba-tiba.Te

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 125 : Ethernal Warland in Crator

    Rachel menatap tubuh Sigrid yang penuh luka. Entah berapa kali wanita itu terus mengulang kesalahan yang sama, membalas setiap kali Rachel mengobati lukanya. Niat awal Rachel untuk mengingatkan Sigrid atas rasa sakit berulang yang terus wanita itu torehkan pada penduduk Crator, tapi sayangnya wanita itu seperti tak menunjukkan sedikitpun rasa penyesalan. Rachel ingin mmebuat wanita itu mengingat rasa lelah dan ketakutan karena ancaman yang berulang, tapi Sigrid terlihat sangat berambisi untuk membalas Rachel di setiap kesempatan.‘Kenapa kemarahan wanita ini tak kunjung padam? Kehidupan seperti apa yang sudah dia lalui sebelumnya?’ batin Rachel bertanya-tanya.Rachel kembali menyentuh puncak kepala Sigrid, tapi kali ini sebelum wanita itu bangkit menyerang sebuah rantai hitam muncul dari tanah dan mengikat Sigrid.Arrghhh ... Sigrid menggeram marah dan meronta. “Menyerahlah maka hukumanmu akan lebih cepat selesai,” ucap Rachel.“Kau! Atas hak apa kau memiliki hak menghukumku? Kau sam

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 124 : Tough Women

    Seringai tipis muncul di wajah Sigrid. Hanya beberapa saat sebelum tawa melengking wanita itu terdengar menggema di kastil Enver. Ha... ha... ha... “Kalian semua sama saja,” tukasnya. Sigrid menatap Rachel dengan ekspresi mengejek. Terlihat tenang namun juga menghina di saat yang sama. Sedangkan dalam dada itu sedang ada gemuruh kemarahan yang sedang dia tahan. “Jadi, selain menghukumku kau tidak memiliki tujuan lain datang kemari?” tanya Sigrid. “Sepertinya Para Velaryon itu benar-benar memberikan perhatian istimewa padaku.” Sumpah serapah dan hinaan keluar dari mulut wanita itu. Segala bentuk cercaan dan berbagai macam umpatan dia layangkan pada Rachel dan sosk Velaryon. Rachel hanya diam. Satu tangannya bergerak di atas halaman kastil dan tanaman tumbuh di sekitarnya, membentuk sebuah tempat duduk dari sulur tananam dengan bunga-bungan berwarna ungu dan hitam. Dengan kedua tangan dia letakkan di dada, Rcahel mundur

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 123 : Endless Redemption

    Katakanlah Rachel kejam, tapi dia memang ‘harus’. Dikepala gadis itu ada banyak hal aneh yang terus bermunculan. Ingatan tentang kehidupan lain dari berbagai sosok yang tidak Rachel kenal. Kekejaman sosok Neith ketika memimpin perang Wylan. Kesedihan Amethys yang tersisih dari para bintang. Kesepian yang terasa dari benak Sassafres. Bahkan kemarahan Sigrid juga bisa Rachel rasakan sekarang. Emosi-emosi itu sedikit banyak mulai mempengaruhi pandangan dan perasaan Racgel terhadap setiap hal yang ada di hadapannya. Dikedalaman samudera, air bergejolak kuat. Mendoron dan menekan tubuh Sigrid yang tak bisa melawan tapi wanita itu masih hidup. Wanita tiu masih bertahan meski tidak bisa melawan. Semakin dalam mereka menyelami samudera semakin terang pula cahaya Aquamarine di sekitar mereka. Hingga Rachel tiba di sebuah altar bawah laut. Jangan tanya bagaimana Rachel bisa tahu, ada sesuatu di kepala Rachel yang memberinya petunjuk. Mungkin Caelum The God of Sky atau bisa jug

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 122 : Drowning in the storm

    Cahaya fajar terlihat di ufuk timur. Cahaya kemarahan yang telah di tunggu-tunggu setelah malam panjang yang hadir tiba-tiba. Helaan nafas lega hampir terlihat pada seluruh penduduk Crator saat mereka berhasil melewati satu malam yang mencekam. Malam dimana kerajaan mereka mungkin akan musnah karena kebangkitan sosok dalam ramalan.Suatu penuh suka cita terlihat dirumah rumah yang penduduknya mulai saling memeluk dalam isak tangis penuh kelegaan. Tanpa mereka ketahui, bahwa nasib mereka baru saja mulai di tinjau pagi ini.*** Cahaya matahari pagi menyinari pegunungan Mithre dengan sinar hangat. Cahaya terang keemasan itu jatuh tepat di atas rumput hijau segar yang dipenuhi embun di setiap pucuknya. Indah, tapi ingat bahwa sebelum itu ada rumput hitam mematikan tumbuh sebelumnya.Rachel berdiri di sana, kali ini dia telah bertekad menyelesaikan segalanya. “Kau benar-benar terlalu membanggakan dirimu sendiri, Rae,” sentak Sigrid. Wanita itu bangkit dan

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 121 : The Judgement, begin.

    Percayalah Rachel tak mengerahkan segala kemampuannya kala itu untuk mengalahkan Sigrid. Bukan karena dia tidak mampu, melainkan karena Rachel tak ingin ramalan Putri Emerald menjadi kenyataan. Rachel harus tetap bisa mengendalikan diri dan kekuatannya hingga dia selesai berurusan dengan Sigrid. Rachel tak yakin ke mana Sigrid pergi, dia hanya melesat terbang mengikuti jejak kekuatan milik wanita itu yang menuntunnya meninggalkan Atiria. Ketika Rachel melesat di atas langit, cahaya ungu terlihat memandang mengikutinya. Layaknya ekor meteor yang jatuh ke bumi. Orang-orang di bawahnya yang melihat cahaya ungu melesat di atas mereka semakin ketakutan sebab mereka yakin bahwa kali ini, Amethys benar-benar telah bangkit sempurna. Rachel berhenti di sebuah dataran tinggi di pegunungan yang terlihat tak asing dimatanya. Padang rumput hitam sejauh mata memandang dengan aroma aneh yang mengusik indera penciuman. “Mithre,” desis Rachel menyadari dimana dia berada. Rachel menelisik ke sek

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 120 : (Side Story) Velaryon, and the Land of Eternal War

    Cahaya terang menyinari tempat itu. Sepanjang mata memandang hanya ada langit tak bertepi dan padang rumput luas tak berpenghuni. Hanya terdengar desau angin dan suara samar burung di kejauhan.Di antara ilalang yang bergoyang pelan, seorang gadis tengah berbaring. Rambut coklat keemasannya yang panjang menyatu dengan tanah kecoklatan di sekitarnya. Kulit putih pucatnya berpendah layaknya dilapisi oleh kerlip bintang yang berpendar memantulkan cahaya. Satu tagan gadis itu menutupi kedua matanya. Ketika tangan itu perlahan terangkat, mata gadis itu terbuka pelan memperlihatkan mata coklat keemasan terindah yang pernah ada. Terang dan dalam. Seakan mata itu mampu melihat menembus apapun yang ada di depannya.Gadis itu perlahan bangkit, menarik kedua kakinya dan membawa tubuh tinggi semampainya bangkit. Gaun putih pucat gadis itu perlahan melambai bersama dengan hembusan angin.Satu tangan gadis itu kembali terangkat. Jemari lentiknya bergerak menyentuh udara kosong di depannya. Satu ket

  • Jade : The Mighty Amethys   Bagian 119 : Waterfall of Life

    “Diantara ribuan bintang, ada banyak yang terang penuh sinar. Dilingkupi kehangatan dan membawa kebahagiaan. Namun, di satu sudut langit ada sosok yang kelam. Tersembunyi dalam kegelapan. Penuh rahasia dan kesepian.”“Dia hanyalah satu dari bagian langit yang memutuskan untuk menyendiri. Diam jauh dari pandangan. Sebagai pengamat tanpa turun tangan. Namun, sekiranya dia datang maka percayalah bahwa dia telah habis kesabaran.”*** “Lihat ini Rachel! LIHAT!!” teriakan Sigrid menggema memenuhi langit. “Lihatlah bagaimana aku menghanguskan mereka! Lihat bagaimana aku menghancurkan kerajaan yang kalian jaga! Ha... ha... ha... .”Kening gadis itu berkerut. Otaknya tengah berputar. Dengan rasa pening yang tiba-tiba menghantamnya dia mencoba melesat secepat mungkin mengejar sosok Sigrid.‘Kau tak akan bisa mengalahkannya’ suara Sassafras terdengar di telinga Rachel. Naga itu masih terhubung dengannya.“Aku bisa!” tegas Rachel dalam gumaman pelan.Langit gelap itu telah menghitam sempurna. Bu

DMCA.com Protection Status