"Cepetan Anjirrr,, tar kita kehilangan jejak...!!! " Aku menarik tangan Alice begitu kuat sudah seperti menarik becak yang kehilangan kudanya.
"Iyaaa baweell,,, tapi pakek helm dulu nyet,, tar kena tilaangg". Sambil memakaikan helm di kepalaku.
Beginilah Alice, ia selalu siap siaga dalam hal apapun itu. Termasuk jika itu menyangkut keselamatan sahabatnya, aku misalnya. Ya iyalah,tentu saja ia akan sangat memanjakanku karna satu-satunya sahabat yang dia miliki hanya aku seorang dimuka bumi ini. Haha
Walaupun Yaa mungkin kata-kata sapaan kami terdengar sedikit kurang sopan, namun percayalah, jika berbicara tentang kesetiaan dan kasih sayang, mungkin kami tidak perlu diragukan.
"I Love Youuuu". Aku berteriak kepada Alice saat kendaraan tengah berpacu dijalanan. Dengan senyum sumringahnya, bukan jawaban romantis yang aku dapatkan tapi yang ada malah toyoran. Ya, Alice memukul helm ku dengan cukup keras sambil berteriak
" Pas ginian aja, Lu sok-sok an bilang alapiu,,". Teriak Alice. Membuatku meluapkan tawa sekeras-kerasnya dari atas kendaraan yang tengah kami naiki saat ini.
Aku ingat, dulu aku pernah membaca sebuah quote tentang persahabatan namun aku lupa bacanya dimana, hehe maaf. Didalam quotes itu tertulis sebuah kata-kata yang mengatakan
"Ketika kamu jatuh, orang yang paling pertama kali menertawakanmu ialah sahabatmu. namun walaupun begitu, ia tidak akan pernah pergi meninggalkanmu sampai ia memastikan bahwa kamu sudah benar-benar bisa berdiri dengan utuh".
Kata-kata ini masih selalu ku ingat sampai saat ini dan ternyata benar, bahwa didalam hubungan persahabatan memang begini adanya.
"Pelan-pelan monyeettt,, gwe belum mu matii...!!!! ". Teriak Alice dari belakang kemudi dan berhasil membuyarkan lamunanku.
" Al,, kira-kira,, Kak Gaby masih ingat gwe gak yaa.??? ". Suasana tiba-tiba terasa hening seketika. Terlihat Alice mengernyitkan dahi dan menggaruk-garuk kepala nya yang sudah jelas-jelas tidak gatal sama sekali. Namun bukan Alice namanya kalau ia tidak bisa mencairkan suasana. Alice lagi-lagi memukul kepalaku yang dibalut dengan helm yang ia pasangkan tadi.
"Mmmmm kayaknya sih gak yaa,, soalnya tadi gwe perhatiin pas di toilet dia kek biasa aja liat elu,, gak ada yang spesial". Jawab nya polos tampa ada dosa sedikitpun yang terlihat dalam dirinya. Aku yang dibuat kesal pun langsung meneriakkan namanya Disepanjang perjalanan sehingga menarik perhatian para pengguna jalan yang mungkin mengira kalau kami tidak waras alias sakit jiwa, terutama aku.
Alice pun tertawa sejadi-jadinya karna melihat tingkahku yang begitu menggemaskan dan bukannya berhenti menggodaku, akan tetapi kegilaannya makin menjadi-jadi.
"Eehhh,, eehhh,, Al,, kok dia kesini,, emang dia kuliah disini?? " Tanya gwe keheranan.
"Yaelaahhhh nyettt-nyetttt,, Lu bilang dia itu masa depan Lu, tapi ginian doang Lu kagak tauu!!!??". Lagi dan lagi aku menjadi buli-buliannya sahabat laknatku yang satu ini.
Ya, semenjak Gabby lulus SMA, aku jarang sekali mendengar kabar tentang dirinya, bukan jarang lagi, tapi hampir tidak pernah. Namun sekarang, aku sudah tau dia kuliah di.. xxxxx. Kampus ini memang merupakan salah satu kampus terbaik dikotaku. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk kuliah disana dan mengambil fakultas yang sama dengannya dengan harapan aku dan dia bisa menjadi kami.
Uhuk-uhuukkk.
Aku dan Alice memutuskan untuk mengikuti nya dari belakang, karna sedikit penasaran dengan apa yang akan ia lakukan saat itu. Tidak ada yg terlewatkan, setiap langkah dan gerak geriknyapun kami ikuti walaupun ujung-ujungnya kami kehilangan jejak karna terhalang oleh mobil yang melintas dan hampir menabrak kami berdua saat itu.
Namun aku dan Alice tidak ingin menyerah dan masih terus melakukan pencarian hingga tiba-tiba terdengar suara sapaan dari belakang. Awalnya aku ragu untuk menoleh, namun karna suara itu terdengar begitu familiar, akhirnya aku memberanikan diri untuk melihat kearah siapa yang tengah berbicara.
"Kalian nagapin disini..??!! ". Ia bertanya dengan nada yang serius dan terdengar sinis. Setelah melihat tatapannya, entah kenapa tatapan itu terlihat lebih tajam dari pisau, bahkan tatapan itu terasa lebih dingin dari pada Es.
" Eee kak Gabby,, iniii anuu,, apaa,, mmm".. Aku dan Alice terlihat sangat kebingungan karna tidak tahu harus menjawab apa dan memberikan alasan apa ke Gabby.
"Dari tadi gwe perhatiin Lu berdua pada ngikutin gwe kan?? Kenapa?? Naksir Lu ama gwe??!!!". Lanjutnya dingin.
" Mmm ini kak,, anuk... Mmm". Lidahku masih terasa kaku untuk bersuara karna sejujurnya, ini adalah kali pertama aku berbicara dengan Gabby secara langsung setelah kelulusan dia di SMA dulu. Aku, Alice dan Gabby bersekolah di tempat yang sama dari SMP. Namun karna sekolah kami cukup luas dan terdiri dari banyak kelas, jadi Wajar-wajar saja menurutku jikalau seandainya Gabby tidak mengenaliku atau bahkan tidak tahu namaku.
Aku di sekolah tidak begitu mengambil peran atau berperan aktif selama di SMP, jadi hal yang wajar kalau tidak ada yang begitu mengenal ku atau bahkan tau namaku selain dari teman kelas ku sendiri. Beda halnya dengan Gabby, Gabby yang sudah bersinar dari SMP dan dikagumi oleh hampir murit satu sekolah bahkan anak sekolah lain juga banyak yang mengirimkan hadiah untuknya karna bakatnya dalam hal bernyanyi dan menari bahkan ia juga lihai dalam memainkan alat musik seperti gitar, siapa yang tidak akan mengaguminya. Dan yang menjadi point terpenting menurutku ialah, ia pernah menjabat sebagai ketua OSIS dan selalu menjadi juara umum di sekolah. So what,? Sekali lagi, Siapa yang tidak akan tertarik padanya. Kategori dari kata "perfect" banget bukan?? Termasuk aku. Astagaaaa akuu.
Ia juga tergabung kesalah satu grup Band yang ada disekolah kami, bukan salah satu sih sebenarnya, tapi satu-satunya yang masih eksis dan paling digemari disekolah oleh anak-anak satu sekolah walaupun sebenarnya ada tiga grup Band disekolah kami namun hanya grup yang diisi oleh Gaby lah yang paling popular disekolah kami sampai saat ini.
"Ini kak,, kami berdua sedang nyari kampus yang menurut kami cocok dengan kami,, dan kebetulan kita ngeliat kak Gabby disini, jadii yaudah,, kami masuk aja karna sapa tau kita cocok dan keterima kuliah disini". Alice
"Yaa kaannn Grace..??" Sembari memberikan kode agar aku Meng iyakan ucapannya barusan. Tanpa berpikir panjang lebar, akupun langsung meng iyakan apa yang diucapkan oleh Alice sahabatku.
"Masalah ngeles,, emang Alice jagonyaa... "
"Oh gitu". Masih dengan nada dinginnya. Gabby pun membalikkan badannya dengan maksut ingin melanjutkan langkah nya kearah tujuan awal mengapa ia berada di kampus ini. Namun tanpa diduga ternyata ia malah membalikkan tubuhnya kembali kearah kami berada saat itu sembari berkata
"Lu berdua mau ikut gwe ga,, sekalian biar bisa liat-liat area kampus". Ucapnya singkat. Aku yang mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Gabby barusan serasa seolah-olah baru mendapatkan hadiah Door prize yang tak terduga. Tanpa berpikir panjang, akupun langsung Meng iyakan tawarannya karna kapan lagi aku akan mendapatkan kesempatan emas ini, jalan beriringan dengan orang yang ditaksir walaupun tanpa bergandengan tangan namun itu sudah lebih dari cukup buatku, mungkin saat ini belum, tapi akan, suatu saat nanti, pasti. Harapku dalam hati.
Lorong demi lorong gedung kampus ini kami lalui, Gabby sudah seperti tour guide buatku dan Alice karna disepanjang perjalanan Gabby terlihat sangat begitu hafal dengan setiap sudut ruang kampus yang ada disini. Mulai dari ruangan ini dan itu semuanya ia ketahui. Tidak diragukan lagi, Gabby memang tipe orang yang sangat peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Kami masih berada digedung yang sama sejak awal kami memasuki lorong gedung kampus. Namun entah kenapa satu gedung ini saja butuh waktu beberapa jam untuk menyusurinya karna gedung ini terdiri dari empat lantai dan tidak ada lift didalanya alias semua serba manual, menggunakan tangga. Dari hasil analisa berdasarkan apa yang disampaikan oleh Gabby, bisa disimpulkan bahwa gedung ini digunakan khusus untuk UKM yang ada di kampus ini. Dari Sepanjang perjalan yang aku lihat, hampir semua ruangan gedung ini terisi, yang artinya UKM dikampus ini sudah tidak diragukan lagi jumlahnya ada berapa UKM. Pencak silat, judo, basket, futsal, ruang kesenian, semuanya ada disini.
Akhirnya, setelah muter-muter beberapa jam, kami sampai di tempat tujuan yaitu sebuah ruangan yang berada dilantai paling atas, ruangan yang terlihat dipenuhi dengan alat musik seperti drum, gitar, bas, dan alat musik lainnya, sudah dapat dipastikan bahwa ini ruangan apa. Iya, ruangan yang biasa Gabby gunakan untuk latihan bersama teman-temannya yang biasa Gabby sebut "My paradise". Gilaaaa, ni cewek keren abis. Pikirku dalam hati.
Kedatangan kami pun langsung disambut hangat oleh teman-temannya Gabby. Dari sekian banyak temannya yang ada disana, ternyata hanya Gabby dan Priscilla yang menjadi ratunya karna rata-rata semuanya cowok. Terlihat semuanya tengah sibuk berlatih guna mempersiapkan diri untuk tampil diacara penerimaan Mahasiswa baru nantinya.
"Ooo ya guys,, kenalin,, ini Grace, dan ini..Mmm.. Sorry nama Lu spa??lupa.."
"Alice kak".jawab Alice sepontan
" Oohh ya Alice,,sorry,,,, merekajunior gwe dulu di SMP dan SMA". Terang Gabby melanjutkan.
" Whatt....??? ". Aku dan Alice saling bertatapan dengan mata sedikit terbelalak karna masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Gabby barusan. Namun hal yang membuat ku semakin tidak percaya iayalah, pernyataan yang diucapkan oleh salah satu temannya Gabby yang bernama Harry.
"Oooo Grace,, Cantik,,cute,akhirnya kita ketemu juga,, ternyata bener apa yang selalu dibilang Gaaaa".
Belum sempat Harry menyelesaikan pembicaraannya, terlihat Gabby langsung menutupi mulut Harry dengan tangannya
Ada apa ini sebenarnya..??
Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan dalam diriku. Namun apapun itu, intinya aku bahagia dan hanya perasaan itu yang aku tau. "Dia, si gadis popular, tahu siapa namaku". Bagiku itu sudah lebih dari kata cukup karna setidaknya, dari sekian banyak penggemar yang ia punya di sekolah, dia tahu siapa namaku dan aku bangga akan hal itu. Rasanya semua ini seperti mimpi terindah yang pernah aku alami sampai saat ini. Entah seperti apa orang-orang menatapku saat ini, aku tidak peduli. Namun yang membuat ku sedikit bingung, dari mana ia tahu namaku? Karna sampai sejauh ini, aku tidak pernah berbincang secara langsung dengannya. Kalaupun iya kami pernah ngobrol, pasti hanya seputar pertanyaan biasa seperti ketika seseorang menanyakan suatu alamat disaat ia mulai mereka tersesat dan tidak tahu Arah. Lalu, dari mana ia mengetahui namaku? Karna yang aku tahu aku tidak sepopuler dirinya. "Gabby, kamu memang satu-satunya orang yan
Hari sudah mulai sore, mega-mega merah diufuk barat sudah terlihat menampakkan diri. Awan yang tadinya berwarna biru, kini mulai Berubah warna menjadi jingga. Kendaraan dijalan raya juga sudah mulai terlihat ramai. Hawa dingin mulai menyelimuti jalanan bak suasana pegunungan, sejuk namun terasa begitu menenangkan. Aku dan Alice terlihat masih begitu menikmati perjalanan ini. Bercanda ria diatas kendaraan roda dua yang kini kami tumpangi yang tentu nya akan menjadi suatu kenangan yang tidak akan pernah terlupakan dimasa tua nanti. Kendaraan yang lalu lalang menambahkan suasana menjadi semakin ramai bak jalan raya ibu kota. Pedagang kaki lima mulai terlihat sibuk menjajakan jualannya. Mulai dari pedagang gorengan sampai pedagang jajanan yang katanya serba kekinian itu kini mulai ramai kedatangan pelanggan setia mereka. Semua orang terlihat sibuk dengan urusan masing-masing namun tidak jarang terlihat sesekali orang-orang yang saling bertegur sap
Jalanan mulai terlihat sepi. Hawa dingin semakin terasa menyentuh kulit ku. Aku hanya duduk termangu disamping kiri kemudi. Terlihat David tengah Memperhatikan ku sembari tersenyum manis, namun aku bersikap seolah aku tak melihatnya. Aku merasa lelah, aku butuh istirahat. Aku meraih ponselku dari dalam tas kecil milikku. Kunyalakan layar ponselku, terlihat dengan jelas waktu sudah menunjukkan pukul 22:41. Aku menghembuskan nafas perlahan yang di imbangi dengan badanku yang serasa menggigil karna Hawa dingin yang begitu terasa menusuk kulit ku saat ini. David terlihat panik, segera ia membuka jaket yang ia kenakan lalu memasangkannya ke tubuhku. Untuk sejenak, aku merasa sedikit lebih baik. "Terimakasih". Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir mungil ini.Mataku mulai terasa berat,seperti ada yang menghipnotisku agar aku segera terlelap. Aku pun mulai memejamkan mata sampai akhirnya aku terbangun karna terasa ada sentuhan hangat di pipi
"Udah,, itu doang kan??". Tanya nya dengan nada angkuhnya yang tak pernah hilang. Aku hanya mengangguk kan kepala sembari tersenyum kepadanya namun ia segera memalingkan pandangannya dari wajahku. Gabby, sampai sejauh ini aku masih tidak mengerti kenapa ia bersikap begitu dingin terhadapku. Aku sering melihat ia tertawa lepas saat bersama yang lain, namun saat melihatku, seakan-akan semuanya mulai membeku layaknya kutup utara yang dipenuhi dengan salju. "Apakah ia membenciku?? Tapi kenapa?? And karena apa?? ". Pertanyaan ini selalu muncul dikepalaku namun aku selalu berusaha berfikir positif karna aku merasa kita hanya perlu mengenal satu sama lain secara lebih mendalam. Ia pun berlalu, bermaksud meninggalkan aku dan Alice. Tapi, belum jauh ia melangkah dari hadapan kami. Ia menghentikan langkahnya dan membalikkan pandangannya kearah dimana aku dan Alice berdiri saat ini. "Lu berdua belum sarapan kan?? Tunggu bentar" U
Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba. Ya, aku diterima kuliah dikampus yang sama dengan Gabby dan tentu saja hal itu membuat ku merasa sangat bahagia karna aku berpikir bahwa dengan begini aku akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bisa dekat dengannya setiap hari atau bahkan setiap saat.Oh god, memikirkannya saja sudah membuat jantungku berdegup sangat keras.Gabby, kamu benar-benar membuatku hilang akal.Ini adalah bulan ketiga aku berkuliah dikampus ini, rasanya aku masih tidak percaya dengan semua yang terjadi saat ini.Sebenarnya apa yang dikatakan David memang tidak sepenuhnya salah mengenai aku yang bisa saja kuliah dimanapun yang aku mau karna mengingat nilai akademik ku dari dulu yang tidak begitu mengecewakan, karna setidaknya aku selalu masuk sebagai peringkat ke-dua dikelasku, yang artinya aku tidak bego-bego amat. Note, bukan bermaksut sombong ya. Tapi tetap saja aku tidak pernah bisa men
Aku berjalan keluar meninggalkan Grace yang kini tengah berdiri mematung ditengah kecanggungannya bersama Harry didalam sana. Namun setelah menutup pintu ruangan itu, aku merasa tidak tega jika melihat dia hanya akan menjadi bahan bulian Harry disana nantinya. Aku memutuskan untuk mengajaknya makan siang dikantin bersamaku walau pun sebenarnya aku tidak lapar sama sekali,namun aku tidak boleh telat makan karna aku yang memiliki riwayat magh kronis sejak duduk dibangku SMP yang artinya,itu menuntutku untuk selalu makan tepat waktu dan tidak boleh telat kalau tidak ingin itu datang lagi.Ku buka pintu itu kembali dan kulihat Ia kini benar-benar kikuk bersama Harry yang terlihat mengintimidasinya didalam sana.“Lepaskan dia idot, berhenti menggoda nya atau aku akan memenggal kepalamu nanti”. Ia terlihat membulatkan mata saat mendengarku berbicara kepada Harry“Grace, you wanna join with me,,? I'm hungry, don’t you?? “. Aku be
Malam sudah semakin larut, jalanan juga sudah mulai terlihat sepi. Hanya kendaraan lalu lalang yang kami temui. Suasana terasa begitu hening. Selama perjalanan, aku hanya duduk diam disamping kemudi tanpa bersuara sedikit pun. Ku coba meraih ponselku lalu ku tekan tombol on-off disamping kanan layar. Terlihat jelas waktu sudah menunjuk kan pukul 22:41. Ku letakkan kembali ponsel kedalam tas. Tiba-tiba terdengar suara notifikasi masuk secara bergantian. Ku raih kembali ponsel itu dari dalam tas dengan rasa malas. "Mama.. " Gumamku dalam hati seraya membuka kotak chat miliknya. "Kapan pulang,,?? Udah larut ini??". Mama " Iya Maa,, ini juga lagi dijalan,, mau balik". Jawabku memastikan agar mama tidak khawatir. Hari ini David datang menjemputku tampa memberikan kabar terlebih dahulu. Jujur, sebenarnya aku sedikit jengkel karna hal itu mengganggu waktu ku dengan Gabby. Setelah keluar dari area kampus Dav
Dua bulan berlalu, hubungan Grace dengan Gabby terlihat semakin akrab. Mereka semakin sering terlihat bersama disetiap kesempatan, selain Grace yang masih menyandang status sebagai asisten pribadi Gabby namun juga kini mereka sudah layaknya sepasang kekasih karna tanpa mereka sadari, mereka sering kali menunjukkan keposesifan antar satu sama lain.Perhatian-perhatian kecil yang selalu mereka berikan antar satu sama lain seakan-akan sudah menjadi hal biasa di lakukan setiap harinya, terkadang rasa cemburu yang tidak bisa mereka kendalikan di saat salah satu dari mereka ada yang mencoba mendekati meskipun sampai saat ini belum ada yang berani mengungkapkan perasaan masing-masing.David akhir-akhir ini terlihat semakin setia berada didekat Grace padahal jika dipikir-pikir jarak kampusnya berada sangat jauh dari kampus milik Grace dan Gabby karna ia memilih berkuliah di luar kota. Namun entah apa yang membuat David terlihat semakin
"Eeeehhhh" Gabby terlihat mulai membuka matanya. Ia mengarahkan pandangannya ke arah jam yang ada didinding kamar, waktu masih menunjukkan jam 5 pagi.Masih terlalu pagi untuk bangun dan beraktifitas, gumamnya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah dimana kini sosok wanita cantik tengah terlelap begitu pulas dengan wajah innocentnya dan badannya yang masih full naked didalam selimut dan masih berada dalam pelukannya Gabby.Gabby tersenyum sembari mengelus lembut pipi mulus sang kekasihnya itu. Namun tiba-tiba pipinya kini mulai bersemu merah karna mengingat apa yang terjadi semalam antara dirinya dan Grace.Desahan demi desahan yang keluar dari mulut Grace sungguh membuatnya kehilangan akal.“aahhhh Honney,,,, Aa,,,, aa,, ak,, aku udah ga tahan”. Grace terdengar sangat kesulitan untuk berucap disetiap katanya karna sudah tidah kuat menahan gejolak nafsu yang ada dalam dirinya akibat u
"Terus awasi setiap gerik-geriknya, lakukan seperti biasa. Pahaammm!!!!""Siap bos..!!!".David lagi-lagi memerintah anak buahnya untuk terus mengawasi setiap gerak gerik Grace. Namun tanpa ia sadari bahwa dirinya bahkan keluarga nya juga kini tengah di awasi oleh orang-orang suruhannya Gabby.'Jadi, disini siapa yang mengawasi siapa? '"Hon, aku mandi dulu ya. Lengket banget soalnya". Ungkap Grace setelah tiba di Mansion milik keluarga Gabby. Kebetulan Mansion itu selalu sepi karna kedua orang tua Gabby berada di London dan ditinggalkan seorang diri dengan beberapa maid yang akan membantunya untuk mengurus rumah besar itu."Mau mandi bareng, huh? " Tawar Gabby. Grace terlihat malu-malu karna pipinya yang memerah."Iiii ga,, maluuu lah". Ucapnya lalu berhamburan ke kamar mandi. Gabby hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sang kekasih. Sebelum Grace selesai mandi, ia turun ke la
Satu minggu setelah pertunangan Grace dan David berlangsung. Grace sudah cukup lelah merasakan sikap menjengkelkan dari David. Bagaimana tidak? Sejak pertunangan itu, David-lah yang selalu mengantar jemputnya ke kampus hingga ia benar-tidak bisa menghabiskan waktu berdua bersama sang pujaan hatinya, Gabby. Jangankan bersama Gabby ataupun sahabatnya Alice, bahkan ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri karna selalu diuntit kemanapun ia pergi.Ingin sekali rasanya ia menendang dan mengusir tunangannya itu jauh-jauh namun ia merasa bahwa itu adalah suatu hal yang mustahil ia lakukan karna orang tuanya sudah memberikan perintah kepada David untuk terus menjaga dan mengawasinya. Bahkan sekarang ia merasa tidak bisa memiliki privasi sama sekali.'Oh god,, mengapa mereka tidak membunuh ku saja kalau begini caranya. Tapi aku tidak ingin mati muda'Hal-hal gila nan konyol selalu terlintas di benak Grace semenjak pertunangan itu .&nbs
Malam sebelum hari H pertunangan antara Grace dan David berlangsung. Grace merasa sangat terkejut namun anehnya ia tidak bisa memejamkan mata. Ia gusar bahkan ia tidak bisa berhenti menggigit kukunya. Alice yang melihat kegelisahan yang dialami oleh sahabatnya itupun hanya bisa memeluknya dengan erat, berusaha memberikan ketenangan. Mereka setuju untuk mengikuti saran Gabby untuk melanjutkan pertunangan itu. Meski sempat terjadi adu mulut antara Grace dan Gabby, namun setelah mendengar penjelasan Gabby, Grace akhirnya mengalah. Grace dan Alice kembali ke rumah Gr
"Baby,, are you sure?? " Gabby mengerutkan keningnya dengan rasa tidak percaya dan Alice hanya terlihat mondar-mandir sembari memijat kedua pelipisnya, ia terlihat gusar bahkan tidak menyangka dengan ide gila yang baru saja sahabtanya ucapkan.Di satu sisi ia takut bahwa keluarga besar Grace akan mengetahui hubungan mereka berdua terlebih lagi rencana gila yang baru saja ia dengar dari mulut sahabatnya itu. Namun di sisi lain, ia juga prihatin tidak tega melihat sahabatnya terluka karna ke egoisan orang tuanya untuk menjodohkannya dengan laki-laki yang tidak ia cintai sama sekali tanpa memikirkan perasaan putrinya, bukankah Grace putri mereka satu-satunya?? Lalu apa mereka tidak memikirkan bagaimana perasaan Grace saat ini??Apa harta dan kekuasaan bisa membuat seseorang bisa berubah menjadi iblis dan sangat egois?.Alice menatap sahabtnya dengan tatapan iba, ia berjanji bahwa ia akan menjaga dan melindungi Grace apapun yang akan terjadi, karna kebahagiaan Grace a
Author POVDua hari menuju hari -H pertunangan Grace dan David. Ia terlihat cemas karna dari tadi ia hanya menggigit kukunya hingga tidak sadar kalau sekarang jari lembutnya itu mengeluarkan darah. Alice yang mulai ikut gusar melihat tingkah sahabatnya itu hanya bisa berusaha menenangkan sahabatnya walau tidak berhasil sepenuhnya, tapi setidaknya ia sudah berusaha.“Al,, gimana ini?? Apa gua mendingan kabur aja ya?? Gua akan pergi jauh dengan Gabby,, gua takut,, tapi gua juga ga mau tunangan sama David”. Ia kini mulai menangis. Alice terus berusaha menenangkannya yang semakin terdengar sesenggukan di bawah curuk sahabatnya. Alice sudah kehabisan akal.“Udah tenang yaa,,, kita cari solusinya sama-sama,,wuuusshhh”. Suara Alice terdengar lirih,sangat pelan. Ia menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu, berharap mampu mengurangi beban yang kini tengah ia rasakan.“Grace,, gua rasa Gabby b
Author POV Grace dan Alice terlihat bingung melihat perubahan raut wajah pada kedua mahluh yang kini tengah berada di sampingnya. Suasana yang tadinya hangat penuh canda tawa kini berubah menjadi hening seketika semenjak kemunculan Gabby. Grace bertanya-tanya kearah Alice namun ia hanya mendapatkan gelengan kepala karna sejujurnya ia juga tidak tahu. Bukankah mereka dulunya adalah teman dekat? Lalu kenapa sekarang tiba-tiba berubah menjadi dingin seperti ini?? Grace bertanya-tanya dalam hati. "Ehem,, L-Lu apa kabar Gab,,?? Lama ga ketemu,, ternyata yang dibilang Grace bener juga, Lu masih terlihat dingin kek kulkas dua pintu". Annya mencoba memecah kesunyian. Mendengar lelucon yang Annya lontarkan ke Gabby, Alice dan Grace tidak mampu menahan tawanya hingga kini mereka terlihat tengah mencoba menutup mulut masing-masing agar tak terdengar tapi Gabby ga tuli ya apalagi buta. Kini ia han
Author POVSudah tiga hari setelah acara makan malam yang membuat Grace gusar sepanjang hari karna terus memikirkannya. Ia tidak pulang ke rumah orang tuanya karna tidak ingin merusak moodnya,ia lebih memilih tinggal di apartmen yang beberapa tahun lalu ayah nya berikan sebagai hadiah ulang tahun, selama disana David tidak pernah mengunjunginya. Bukan tanpa alasana atau karna tidak ingin, hanya saja ia memikirkan apa yang Alice katakan sebelumnya kepadanya, mungkin."Terus awasi setiap gerak geriknya, jika ada yang mencurigakan segera beritahukan pada ku..!! Jangan lupa kirimkan foto atau vidio mengenai detail kegiatan yang ia lakukan setiap hari...pahamm...!!! " .Terlihat seorang pria misterius tengah berbicara dari dalam telfon yang mengintruksikan anak buahnya untuk mengawasi seseorang yang tidak lain adalah Grace. Ya, pria itu memerintahkan seseorang untuk mengikuti Grace selama beberapa hari belakangan
Grace POV "Jadi,,, sekarang apa?? " Aku membuka pembicaraan, jujur saja aku merasa membutuh kejelasan atas hubungan kami saat ini. Kami terdiam cukup lama dalam posisi saling menatap satu sama lain. Bukannya menjawab pertanyaan yang ku berikan, justru ia kini kembali mencium bibir ku. Bukan mencium lagi, karna sekarang itu sudah berubah menjadi lumatan dan aku menikmatinya. Kami melakukannya cukup lama tanpa mau melepaskan pagutan satu sama lain. Nafas kami terdengar memburu karna nafsu yang sudah menyelimuti otak masing-masing, bahkan kini ia sudah berpindah posisi menjadi menindih tubuhku dengan aku berada dalam kungkungannya. Sekitar 10 menit dalam posisi itu,ia mulai melepaskan pagutan karna merasa udara sudah semakin menipis. Terengah-engah namun masih tidak ingin melepas pandangan antar satu sama lain. Ia kembali mencium keningku dengan sangat lembut namun kali ini sudah tidak ada nafsu lagi yang