Danu menjejakkan kaki di Bandara Internasional John F. Kennedy dengan perasaan campur aduk antara antusiasme dan gugup. Udara dingin New York langsung menyambutnya, berbeda jauh dengan udara hangat Indonesia. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya.Setelah melalui proses imigrasi dan mengambil bagasinya, Danu menaiki taksi menuju apartemen yang telah dia sewa dekat kampus John Jay College of Criminal Justice. Sepanjang perjalanan, matanya tak lepas dari jendela taksi, mengamati gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan hiruk-pikuk kota yang tidak pernah tidur. Ini adalah dunia yang sangat berbeda dari desa kecil tempat dia dibesarkan."Sampai di sini, pak," kata supir taksi ketika mereka tiba di depan apartemen. Danu membayar ongkos taksi dan mengucapkan terima kasih sebelum keluar dan menatap bangunan tinggi di depannya."Selamat datang di rumah baru, Danu," katanya pada dirinya sendiri sebelum masuk ke d
Pagi itu di New York terasa lebih dingin dari biasanya. Danu merapatkan jaketnya saat dia berjalan menuju kampus bersama Maya dan Lara. Mereka berbicara tentang tugas yang harus diselesaikan minggu ini ketika tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh kerumunan orang di dekat salah satu gedung asrama."Ada apa di sana?" tanya Maya dengan rasa ingin tahu."Tidak tahu, tapi sepertinya sesuatu yang serius," jawab Lara sambil mempercepat langkahnya.Ketiganya bergabung dengan kerumunan yang semakin membesar di sekitar toren air yang terletak di belakang gedung asrama. Polisi telah memasang garis kuning dan beberapa petugas terlihat sibuk bekerja di sekitar tempat tersebut. Danu merasa hatinya berdebar kencang, firasat buruk mulai menghantui pikirannya.Salah satu mahasiswa yang berada di dekat mereka, seorang pria berambut pirang bernama Jake, memberi tahu mereka apa yang terjadi."They found a body in the water tower," katanya dengan suara berbisik namun penuh kegelisahan."A body?" Maya menutup
Malam itu, Danu, Maya, dan Lara berkumpul di apartemen mereka, membahas langkah selanjutnya setelah mendapatkan informasi dari Mike. Ruang tamu kecil itu dipenuhi dengan peta kampus, catatan, dan foto-foto yang mereka kumpulkan sejauh ini. Suasana tegang namun penuh determinasi."Kita perlu bukti lebih konkret tentang orang-orang yang mungkin mengancam Rachel," kata Danu. "Informasi dari Mike adalah awal yang baik, tapi kita butuh lebih dari sekadar rumor.""Agreed," kata Lara sambil melihat catatan mereka. "But where do we start? We can't just go around accusing people without proof."Maya mengangguk. "We need to find someone who can give us more detailed information. Maybe a witness or someone who saw something suspicious."Danu berpikir sejenak sebelum berbicara. "Bagaimana kalau kita coba bicara dengan Sarah? Dia salah satu teman sekelas Rachel dan sering duduk bersamanya di kelas. Mungkin dia tahu sesuatu."Lara setuju. "Good idea. I can ask around and see if anyone else noticed
Pagi itu, Danu, Maya, dan Lara berkumpul di apartemen mereka untuk membahas langkah selanjutnya. Matahari baru saja terbit, dan sinar pertama cahayanya menyinari ruangan yang penuh dengan kertas catatan, peta, dan foto-foto dari penyelidikan mereka."Okay, we need to get more information on those guys," kata Danu, sambil menatap papan tulis penuh dengan nama dan deskripsi. "We can't just wait for the police to do everything.""Agreed," kata Maya sambil menyeruput kopi. "But how do we do that without raising suspicion? We can't just walk up to them and start asking questions."Lara berpikir sejenak sebelum berbicara. "What if we go undercover? Blend in with the crowd, get close to them without them realizing we're investigating.""That's risky," kata Danu, "but it might be our best shot. We need to know their schedules, who they hang out with, and what their routines are."Maya mengangguk. "I can use my journalism skills to dig into their backgrounds. See if I can find anything online
Pagi itu, Danu, Maya, dan Lara berkumpul kembali di apartemen mereka. Mereka tahu bahwa penyelidikan mereka semakin mendalam dan semakin berisiko. Dengan informasi yang mereka peroleh dari pesta, mereka merasa ada titik terang dalam kasus ini."Alright, we need to focus on Jake," kata Danu membuka diskusi. "He knows more than he's letting on.""I agree," kata Maya sambil menyiapkan laptopnya. "I'll dig deeper into his social media profiles. There might be old posts or photos that can give us more clues."Lara, yang masih merenung tentang percakapannya dengan Jake, berkata, "We should also try to talk to people who knew Rachel well. Maybe her friends or classmates. They might have noticed something unusual before her death."Mereka membagi tugas, Maya fokus pada investigasi online, sementara Danu dan Lara berencana untuk menemui teman-teman Rachel di kampus.Maya segera membuka media sosial Jake. Dia menggali lebih dalam ke dalam arsip lama, mencari foto-foto lama dan postingan yang mu
Pagi yang cerah di apartemen Danu, Maya, dan Lara, mereka duduk bersama di meja makan dengan peta kota terbentang di depan mereka. Peta itu penuh dengan catatan, lingkaran, dan garis yang menunjukkan tempat-tempat yang sudah mereka kunjungi dan informasi yang sudah mereka kumpulkan."Kita semakin dekat," kata Danu, suaranya penuh semangat. "Tapi kita butuh bukti lebih konkret. Jake jelas terlibat, tapi kita butuh sesuatu yang bisa kita bawa ke polisi."Lara mengangguk sambil memeriksa catatannya. "Emily menyebutkan Rachel merasa diawasi. Mungkin ada catatan atau jurnal yang dia simpan. Sesuatu yang bisa menjelaskan ketakutannya.""I think we should search Rachel's apartment," kata Maya. "Maybe there's something there we missed before."Dengan keputusan yang bulat, mereka memutuskan untuk kembali ke apartemen Rachel. Mereka sudah mendapatkan izin dari pemilik apartemen untuk mencari barang-barang Rachel dengan alasan membantu penyelidikan. Saat mereka tiba di apartemen Rachel, mereka s
Setelah berhasil menyerahkan bukti-bukti yang memberatkan Jake kepada polisi, Danu, Maya, dan Lara merasa lega. Namun, mereka sadar bahwa ini baru awal dari perjalanan panjang menuju keadilan. Jake mungkin sudah ditahan, tapi mereka tahu bahwa kebenaran sepenuhnya masih tersembunyi.Pagi itu, mereka berkumpul di apartemen Danu untuk merencanakan langkah berikutnya. Sinar matahari pagi menerangi ruangan, menciptakan suasana yang kontras dengan topik serius yang mereka bahas."Kita sudah melakukan banyak hal," kata Danu sambil menuangkan kopi ke cangkirnya. "Tapi kita harus memastikan Jake benar-benar bertanggung jawab atas kematian Rachel. Ada banyak hal yang masih belum jelas."Maya mengangguk setuju. "We need to dig deeper into Jake's connections. There might be more people involved, or at least more witnesses who know about his behavior."Lara membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tambahan tentang teman-teman Jake yang belum mereka telusuri lebih lanjut. "I found a couple of
Danu, Maya, dan Lara merasa lega setelah mengetahui bahwa bukti kain yang mereka temukan telah menguatkan kasus terhadap Jake. Namun, mereka tahu bahwa penyelidikan mereka belum selesai. Mereka masih perlu menggali lebih dalam untuk memastikan semua pihak yang terlibat dalam kematian Rachel diadili.Malam itu, mereka berkumpul di apartemen Danu untuk merencanakan langkah berikutnya. Maya, yang paling bersemangat, membuka diskusi."We need to figure out if there's anyone else involved. Jake couldn't have done everything on his own," kata Maya dengan penuh semangat.Lara mengangguk setuju. "Exactly. Plus, we need to ensure that all the evidence against him is airtight. Any loophole could let him go free."Danu memandang peta besar yang terpampang di dinding, menandai tempat-tempat penting dalam kasus mereka. "So, what's our next move? We've talked to Ethan and Monica. Who else could have valuable information?"Maya mengerutkan dahi, berpikir keras. "What about Jake's workplace? Maybe hi