Share

BAB 4 Misi Aku dan Si Bule pada Si Erik

Si Bule udah bikin rencana keji buat ngerjain si Erik, aku sih setuju—setuju aja. Aku juga pengin kasih pelajaran sama makhluk hina dina itu. Biar tau rasa dia. Biar jera dekatin aku.

Jadi Si Bule udah nyewa tukang pukul buat ngerjain si Erik. Dan seperti biasanya aku dijadiin umpan untuk mancing si Erik keluar. Itu rencana kita.

Tentu aja aku gak ceritain hal ini pada Lola sohib aku, ntar bisa dlomelin aku. Lola orangnya baek, gak mungkin dia setuju rencana devil kayak gini. Makanya waktu aku bermanis dikit ama si Erik, dia mengerutkan dahinya.

"Hei Erik," aku sapa duluan si Erik hingga sukses bikin Erik dan Lola surprise banget.

"Yaallah mimpi apa aku  semalam sampek mbak Ena nyapa aku !

Mari kesambet tah, Mbak?" tanya Erik heran.

Aku berusaha menahan diri dengarin komentar norak Erik. Oke, aku rasa aku pantas dapat piala oskar. Bukannya kesal, aku malah senyum manis sama makhluk hina dina itu.

"Kesambet apaan sih Erik? aku cuma baru nyadar Kamu itu orangnya baek ya." Aku mulai ngerayu dia.

"Syukur mbak Kamu  sudah sadar. Bahagia hatiku ini Mbak."

"Erik, ntar malam Kamu mau anterin aku? Aku mau cari kado buat bokap."

Si Erik membelalakkan matanya, seakan gak percaya dengar permintaan aku.

"Mbak Ena serius? Minta aku  anter Kamu  cari kado?"

"lyalah. Kamu kan temen aku yang paling tahu and kenal bokap." "Tunangan Mbak. Bukan teman," dia membenarkan dengan gaya noraknya.

"Serah Kamu deh. Mau gak? Kalau gak mau aku cari cowok lain buat nemenin aku deh," gertak aku kesal.

"Yaallah Mbak. Pasti maul ah Mbak," dengan sok akrab Erik menjawil lengan aku. Ih jijay.

"kan Kamu  tunanganku apa pun yang Kamu  suruh pasti aku  nurut Mbak"

Penginnya dia romantis tapi buat aku itu jayus banget.

Kampungan. Norak.

Uh, liat aja Erik, setelah ntar malam Kamu bakalan kapok dekatin aku lagi!

Malam yang gelap dan sepi, suasana ini mendukung rencana aku dan Bule. Sengaja aku mengajak si Erik berjalan melewati lorong yang gelap dan sepi.

"Jalan apa Mbak. Kenapa Kamu  lewat jalan ini?" Erik berjalan di samping aku sambil melihat sekeliling.

"Lah gimana, mobil aku mogok kehabisan bensin. Jalan bentar aja kenapa, mall nya udah gak jauh dari sini kok.”

Aku kayak ngeliat sekeliling, mana sih preman suruhan si Bule? Kok gak nampak batang idungnya?

"Kamu taku t Erik? Cemen lo!”

Mendengar cemooh aku, Si Erik berjingkat dan jawil lengan aku sok akrab.

"Aku  tidak taku t Mbak. Cuma taku t kalau tunanganku ini yang bikin aku  khawatir, gitu Kamu mbak.”

Akhirnya aku ngelihat preman- preman itu muncul di depan aku. "Kenapa kalian terlambat?” tegur aku ke preman-preman itu.

Mereka menatap aku dengan heran. Dasar otak kebo semua!

"Lho mbak Ena kenal mas-mas serem ini ya?” tanya Erik bingung.

"Sure, kan aku yang suruh mereka datang kemari untuk kasih Kamu pelajaran.”

"Lho mas- mas serem ini guru les kan?” Si Erik berlagak bodoh. "Guru les pala Kamu!! Mereka ini kemari mau ngerjain lo! Mau kasih peringatan Kamu supaya gak ganggu hidup aku lagi,ngerti lo!”

Aku ketawa keji dan si Erik menatap aku seakan tak percaya.

"Serang dia!” perintah aku pada para preman itu.

Mereka mulai mengepung si Erik. Bukannya ketaku tan, si Erik justru terlihat nyantai ngehadepin mereka. la selalu bisa menghindari mereka namun juga tak balas memukul. Kok dia kayak main- main gitu ya. Aku gak sabar ngelihatnya trus aku protes pada pimpinannya yang berdiri di samping aku.

"Kamu gimana Sih milih anak buah? Kok gak becus gitu!! Masa ngadepin satu orang doang gitu kagak kelar- kelar!" omel aku sambil nuding- nuding kepala preman itu.

Mendadak pimpinan preman itu mencengkeram tangan aku dengan kencang.

"Kapan kita pernah transaksi, Perempuan? Beraniæberaninya Kamu  memperbudak kami! Kami kemari karena ingin merampok dan memperkosamu juga!"

Shit! Ternyata mereka bukan suruhan si Bule! Aku mulai panik saat menyadari posisi aku yang kini terancam bahaya. Preman itu mendekati aku dengan tatapan penuh nafsu. Tanpa PIkir panjang aku segera melaErIkan diri. Namun preman itu mengejar aku dan dalam waktu singkat dia berhasil menangkap aku!

Aku menjerit ketaku tan ketIka dia memondong aku seperti membawa karung beras.

"Lepasin Bajingan! Lepasin!" Teriakan aku sama sekali tak digubris bajingan itu.

la melempar tubuh aku hingga jatuh di tumpukan jerami. Matanya dengan raku s melihat tubuh aku seakan ingin menelan bulatæbulat.

"Mau apa Kamu? Awas kalau.."

SRETTTTT! ia merobek baju atasan aku dengan kasar. Aku teriak histeris sambil nutupin dada aku!

Oh Tuhan, apakah ini karma? Aku mau ngerjain orang tapi kini malah aku yang terancam bahaya.

"Lepaskan!!!" terdengar suara penuh amarah.

Erik menatap preman di depan aku dengan wajah dingin, matanya berkilat penuh amarah. Betulkah itu si Erik? Aku seakan gak ngenalin dia lagi.

Selanjutnya aku kayak ngelihat adegan dalam film actlon. Si Erik menghajar preman itu abis—abisan sementara aku hanya diam terpaku  menatap pertarungan itu.

Erik mengantar aku pulang dan dia yang nyetirin mobil aku. Banyak hal tak terduga yang aku lihat dalam dirinya. Malam ini aku seperti gak ngenalin dia. Lihat aja caranya nyetir, dia terlihat gak canggung sama sekali. Kayak udah terbiasa banget. Dan kemana sIkapnya yang norak dan kampungan itu? Dia menatap jalanan dengan serius dan sIkapnya begitu dingin.

Lalu cara dia menghajar preman—preman itu terlihat heroisme banget. Gak ada kesan norak sama sekali. Meski bajunya kampungan sIkapnya tadi gak nunjukin hal yang sama. Bahkan dia dengan gentle minjemin jaketnya untuk nutupin atasan aku yang udah sobek—sobek.

Apakah ini si Erik?? Tak sadar aku menatap dia terus dan aku menyadari satu hal. Dia ganteng. Dibalik dandanannya yang super norak itu tersimpan wajah yang rupawan!

Kenapa selama ini aku enggak nyadarin hal itu ya?

Dia... ganteng tapi Erik!

"Kenapa Kamu  melaku kan itu?” tibae- tiba dia bertanya dengan nada dingin.

Aku speechless. Aku ngerasa bersalah. Awalnya aku berniat nyelakain dia, justru kini dia yang nyelamatin aku! Ada sekelumit rasa malu yang menyergap nurani aku.

”Maaf Rik..”

Dia tak berbicara lagi, tapi sIkapnya yang dingin menunjukkan perasaannya. Mungkin meski rencana aku gagal tapi misi aku sukses.

Setelah ini mungkin si Erik bakal ninggalin aku.

Anehnya pemikiran itu gak bikin aku happy tak terkira. Mengapa?

Aku gak bisa jelasin, aku bingung dengan diri aku sendiri!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status