Lina sedang makan siang sendiri di kantin. Selama Arin disibukkan dengan proyek Motor A ini Lina jadi sering sendiri. Lina termasuk orang yang cuek sangat tidak cocok dengan rekan kerjanya yang lain yang biasa mengurusi kehidupan orang lain, alias selalu ikut campur dengan kehidupan orang lain.Hanya Arin yang cocok dengannya dan mau berteman dengannya, sekarang ditambah Citra.Tiba-tiba saja ada yang duduk di samping Lina. Lina tidak menghiraukan orang tersebut dan melanjutkan makannya, kali aja dia hanya mau numpang duduk. Jika dilihat dari ekor mata Lina, sepertinya orang tersebut laki-laki.Lelaki tersebut tidak makan, hanya menopang kepalanya di atas meja sambil memandangi Lina yang sedang makan. Lina risih dengan sikap lelaki tersebut. Ia tidak ingin melihat siapa lelaki itu yang berani memandangnya.Lina selesai dengan makanannya lalu minum. Baru saja Lina beranjak dari duduknya, lelaki itu ma
Masih dengan perut Sean yang lapar, Dariel malah membawanya ke kantor Dariel, katanya ada yang harus dikerjakan oleh Sean disana.Sean dari tadi hanya bersungut menahan emosinya yang disebabkan oleh cacing perutnya yang sudah berdemo. Namun ia tidak berani jika harus marah sekarang pada Dariel, ada juga nanti dia yang dihabisi Dariel.Yang kita tau hanya Dariel yang ramah dan baik hati, tapi Sean tahu Dariel itu seperti apa. Jika Dariel bekerja menggunakan dengan seluruh isi otaknya dalam keadaan emosi, maka siap-siap saja perusahaanmu habis saat itu juga.Kalau lawan bisnis Dariel di Chicago, Amerika sudah hafal dengan sifat Dariel, jadi mereka tidak akan berani macam-macam dengan Dariel. Hanya pure bussiness.Apa yang dilakukan Brian adalah hal terbodoh yang pernah Dariel temui. Jika pebisnis lain pasti memata-matainya untuk menjatuhkan perusahaan-perusahaan milik Dariel, yang mereka lakukan bisa s
Aawww“Lama lo.”Itu Rizal dan Tama. Rizal yang berjalan ke toilet paling pertama. Saat dibelokan mau ke toilet, Tama melihat Rizal yang hanya bengong, sehingga Tama mendorong Rizal. Rizal melihat Dariel yang sedang menangkup wajah Arin, seperti orang yang akan berciuman. Efek angle memang bisa menipu. Dari sudut pandang Rizal, ia melihat Dariel dan Arin seperti akan berciuman.Arin langsung melepaskan tangkupan tangan Dariel di wajahnya, lalu berbalik membelakangi mereka semua. Tama yang tidak tau apa-apa hanya memiringkan kepalanya bingung. Rizal yang hampir jatuh karena di dorong Tama hanya bisa nyengir ke arah Dariel. Dariel yang ketahuan sedang berduaan dengan Arin hanya bisa mengalihkan pandangannya sambil menggaruk belakang kepalanya, gugup.EkhemDeham Dariel mencairkan suasana.Arin berjalan cepat menjauh dari lorong toilet menuju meja tempat mereka makan. Dariel mengekor dibelakang Arin. Saat berada di dekat Tama dan Rizal, Dariel menatap mereka berdua tajam, tanda untuk mem
Brian lari-larian di koridor rumah sakit. Ia terus mencari ruangan Kalya di rawat inap.Ketemu. Brian langsung masuk ke ruang rawat inap.Disana di ranjang rawat inap ada Kalya yang masih memejamkan matanya. Meskipun sedang tidur tapi wajahnya masih pucat pasi seperti menahan sakit.Yusup yang sedang duduk di sofa langsung berdiri menghampiri Brian yang ngos-ngosan.“Pak.”“Kalya masih belum sadar?”Yusup menggeleng sedih.Sekarang sudah jam 8 malam. Sudah terhitung 4 jam Kalya masih saja belum bangun dari pingsannya.“Saat tadi ke pameran Kalya datang siang. Datang-datang ke stand dia langsung kerja keliling sebar brosur seperti biasa. Tapi saat jam 2 siang dia balik ke stand. Dia ngeluh katanya perutnya sakit melilit, dada panas dan juga sesak. Kalya punya GERD dan saya ingat saat datan
“Jadi ceritanya …. “Flashback” Tetep terus selidiki tentang dia. Kalo ada yang baru langsung info ke gua sekecil apapun itu. Kalo dia emang orang yang seperti itu, maka gua harus hati-hati sama dia. “Dewa mengangguk mendapat perintah dari Brian dan langsung undur diri dari hadapan Brian. Ia langsung pergi keluar dari SFC. Biasanya ia akan menggoda Citra tapi bukan waktunya untuk bercanda.Tidak ingin menanggung resiko karena berurusan dengan sosok besar seperti Dariel, kemarin saja ia hampir tertangkap, jadi hari ini dia akan kembali ke kosnya. Ia harus berpikir matang untuk nyawanya juga agar aman.Dewa menyalakan komputernya. Pertama ia akan menyadap akun salah satu perusahaan kecil Dariel. Ia sudah tahu seluruh anak cabang perusahaan Dariel, ada juga daftranya ia sudah pegang. Jadi ia akan mulai dari yang terkecil.Tidak ad
Hari minggu yang cerah. Seolah langit ikut melancarkan acara kencan Arin dan Dariel yang akan mereka jalani hari ini.Pagi-pagi sekali Arin sudah disibukkan dengan memasak. Memang Dariel menginginkan kencan dengan belanja di mall, nonton bioskop, tapi Arin menolaknya dengan keras. Arin ingin benar-benar menghabiskan waktu dengan Dariel. Tercetuslah ide mereka akan piknik di taman.FlashbackArin hanya menyedekapkan kedua tangannya di depan dada dan melihat keluar jendela.Setelah Arin masuk mobil, Dariel langsung melajukan mobilnya untuk mengantar Arin pulang. Sudah dari tadi Dariel mengajak Arin bicara, tapi Arin masih tetap saja diam. Harusnya ia tidak asal bicara pada tukang ojek tadi, karena Arin malah benar-benar merajuk. Ucapan adalah doa, memang benar adanya.Hingga saat ini sudah sampai depan gang kontrakan Arin pun ia masih dengan mode diamnya.
“Onigiri, sandwich, kentang goreng, ayam krispi, nasi, keripik, kue basah, buah-buahan, jus, air putih… apa lagi ya? Udah kayaknya.”Takut ada yang terlewat, Arin saat ini sedang mendikte apa saja yang akan ia bawa untuk piknik nanti. Arin langsung mengambil keranjang piknik miliknya, lalu memasukkan makanan tersebut ke dalamnya. Arin juga sudah menyiapkan tikar, tisu baik yang basah maupun yang kering, obat nyamuk spray, sunscreen, box P3K, dan trash bag.Begitu rempongnya Arin dari pagi menyiapkan semuanya. Sudah seperti ibu-ibu yang menyiapkan perlengkapan liburan keluarganya. Tapi ia puas. Bagaimana pun ini merupakan kencan pertama Arin dan Dariel, jadi harus berkesan.Tok tok tokArin yang masih memasukkan perlengkapan piknik ke dalam tas langsung menghentikannya. Ia langsung buru-buru membuka pintu, sepertinya Dariel sudah datang.Benar saja, disana sudah
Di dekat Arin dan Dariel terlihat ada 1 keluarga yang sedang piknik juga. Ada sepasang ayah dan ibu, 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.Mereka terlihat bahagia. Itu membuat Dariel iri. Keluarga yang harmonis, kasih sayang dari kedua orang tua, tidak Dariel dapatkan dari kecil. Orang tuanya yang sibuk bekerja membuat Dariel tidak tahu apa itu cinta. Yang Dariel tahu, hanya neneknya lah yang selalu ada untuknya.Saat orang tua Dariel meninggal pun ia memang merasa sedih, tapi tidak merasa kehilangan. Ia sudah biasa ditinggal bekerja oleh kedua orang tuanya. Bahkan Dariel lebih dekat dengan pengasuhnya dulu dibanding dengan ibunya.Lihatlah… keluarga itu tertawa bersama, berlari kesana kemari, menyebarkan kebahagiaan ke seluruh orang yang ada di taman ini.Sepertinya Dariel melewatkan sesuatu. Dari 5 anggota keluarga itu hanya ada 4 orang yang bahagia, sedang 1 orang lagi yakni sang kakak lak
Fatma dan Saskia menatap Dewa dan Citra yang cukup diam malam ini. Terlihat jika Citra memang tenang, tapi Dewa kebalikannya, Dewa sangat gugup. "Mas? Kok masih belum dimakan?" tanya Citra pada Dewa. Piring Dewa masih penuh dengan makanan. Biasanya Dewa sangat lahap memakan santapan makan malam dimana menu utama di resto hotel ini adalah steak. Citra sangat tahu jika Dewa sangat menyukai makanan yang berbahan protein itu. "Iya, yang," patuh Dewa. Dewa akhirnya memakan steak itu dengan lahap. "Oh ya Fatma, Saskia nanti anter ke supermarket, yuk. Ada yang mau mbak beli," ajak Citra pada Fatma dan Saskia. "Ok, mbak," Pikiran kotor Fatma dan Saskia berkelana kemana-mana. Apa mbak Citra mau beli kondom, ya? Testpack, mungkin? Ngga mungkin deh, masa ngelakuin sekali langsung buncit. Sehari juga belum. Mungkin mbak Citra mau beli obat kuat buat mas Dewa, tapi emang ada di Swiss? Itulah pikiran-pikiran kotor yang keluar dari kepala Fatma dan Saskia. "Mas, mau ikut, ngga?" tanya Cit
"Sudah 2 hari kita di hotel. Aku bosen, yang...." keluh Dewa pada Citra.Dewa saat ini berada di kamar hotel Citra. Dewa tiduran di kasur dan Citra sedang memainkan ponselnya di sofa.Fatma dan Saskia sedang berada di kamar Fatma. Mereka berdua hanya diam di kamar dan menonton drakor secara marathon."Sabar. Arin kirim chat satu jam yang lalu, dia bilang kalo dia lagi di bandara dan akan boarding satu jam lagi,""Chicago-Swiss berapa jam penerbangan, sih?""Mas cek google aja coba,"Dewa menuruti perintah Citra untuk cek di google. Dia mengambil ponselnya yang dia simpan diatas nakas"WHAT??? 9 JAM????" teriak Dewa dan duduk tiba-tiba.Citra terkejut mendengar teriakan Dewa, dia mengusap dadanya. "Ya ampun, mas. Jangan teriak-teriak gitu. Aku kaget.""Ini 9 jam loh, yang. Iya kalo 9 jam kita langsung jalan-jalan, kalo ngga?" ucap Dewa cemberut.Citra melirik jam yang ada di dinding, "Ya ngga bakalan bisa langsung jalan-jalan. Orang mereka bakalan nyampe hotel tengah malem,""Arrggggh
Andrew berjalan keatas panggung. Suasana ballroom yang awalnya penuh dengan suara berbincang dari para pengusaha itu seketika senyap. Mereka fokus melihat Andrew yang ada disana."Good evening everyone. Thank you for coming to this party that I have organized. Everyone here must be very familiar with the state of HP Group in the past year...." Andrew terdiam dan melihat orang-orang yang ada di ballroom sebelum melanjutkan pidatonya. "Yes, as you all know we were at a low point in our company, but we are grateful that we were able to get through it and still survive. I can say that this is one of our best achievements. Speaking of achievements .... I'm not talking about being ranked as the world's number 1 entrepreneur or anything, but an achievement where we can survive the downturn and even we can still hope to continue to grow. There is no such thing as getting tired and giving up. Cheers." Andrew mengangkat gelas yang berisi red wine yang daritadi dia pegang dan meminumnya sedikit,
Arin berdiri di depan cermin di kamar hotelnya. Gaun yang dia kenakan saat ini adalah gaun dengan model off shoulder berwarna ungu tua dengan gradasi hitam. Rambut Arin hanya disanggul sederhana.Cantik. -- batin Arin tersenyum dengan percaya diri untuk menutupi kegugupan yang sedang dia alami sekarang. Berkali-kali Arin menghembuskan napasnya.Tiba-tiba saja Lili datang dan merangkul pundak Arin. Lili menumpukan kepalanya ka pundak Arin, "Kakak tegang, ya?" tanya Lili terkekeh melihat kegugupan Arin.Arin mengangguk sambil meringis."Tenang aja, kak. Kakak kan udah sering ketemu sama ayah sama om-om nya kak Dariel," tenang Lili beberapa kali mengusap punggung Arin."Kondisinya beda, Li. Meskipun kakak itu sekretarisnya pak Bram, terus kenal pak Frans sama pak Andrew juga tapi ya tetap aja beda. Apalagi pak Andrew yang notabenenya ayah Dariel, bahkan pak Andrew jarang nyapa kakak di hotel. Kalo pak Frans sama pak Bram sih udah sering," keluh Arin.Lili memutar tubuh Arin menghadapnya,
Bandara hari ini cukup ramai, terutama hari ini adalah weekend."Kamu udah coba telpon Saskia?" Tanya Dariel pada Arin. Beberapa kali Dariel cek jam tangan miliknya. Satu jam lagi pesawat akan lepas landas. Memang masih ada waktu, tapi jika datang lebih awal akan lebih baik.Tidak henti-hentinya Arin bertukar pesan dengan Saskia di aplikasi hijau, "Udah, aku lagi chat-an sama Saskia. 15 menit lagi dia nyampe," jawab Arin masih dengan berbalas chat dengan Saskia.Hari ini mereka akan berangkat ke Swiss dan Chicago.Arin, Dariel, Lili, Joni dan Sean akan pergi ke Chicago. Sedangkan Dewa, Citra, Fatma, dan Saskia akan berangkat ke Swiss. Sesuai dengan rencana jika rombongan Chicago akan datang ke Swiss setelahnya.Awalnya Sean akan berangkat bersama keluarga Frans dan Bram, tapi dia akhirnya membatalkannya, karena akan sangat kikuk jika pergi bersama mereka.15 menit berlalu, tapi belum terlihat tanda-tanda kedatangan Saskia.Mereka masih menunggu Saskia di ruang tunggu keberangkatan pes
"Cukup meresahkan mendengar aduan dari tetangga-tetangga disini. Apalagi kalian bukan mahrom," ucap pak RT.Sekarang Arin, Lili, Dariel dan Joni berada di rumah pak RT. Ini merupakan ide Arin untuk mendatangi rumah pak RT, yakni meminta ijin agar Joni dan Dariel bisa menginap di rumah mereka. Awalnya Arin sudah mencoba untuk tidak memikirkan gunjingan-gunjingan para tetangga pagi ini, tapi tetap saja dia merasa salah bagaimanapun Dariel dan Joni bukanlah warga disana."Iya pak, saya mau minta maaf. Saya ingin melakukan ijin tapi karena kami baru sampai jam 2 malam, lalu tadi pagi kami langsung ziarah, jadi baru bisa sekarang untuk melakukan ijin kesini," ringis Arin menyadari kesalahannya."Jika sebelumnya kalian tidak sampai menginap jadi tidak terlalu membuat khawatir warga disini, tapi jika sekarang kalian menginap jadi ya banyak gunjingan sana-sini. Saya pribadi tidak mempermasalahkan jika kalian menginap disini, dengan datangnya kalian meminta ijin pada saya setidaknya saya jadi t
Bab 139 : Ziarah dan perihal kakek-nenekSetelah Arin memijat punggung dan pundak Dariel semalam menggunakan alat pijat lumba-lumba, kondisi tubuh Dariel cukup membaik dari yang awalnya pegal-pegal karena kelelahan menyetir sekarang sudah tidak terlalu pegal. Meskipun masih terasa pegal, tapi tidak seburuk semalam.Jam 7 pagi sekarang. Keadaan rumah Arin cukup ramai. Bukan hanya di dalam rumah, tapi diluar rumah juga sangat ramai. Yup, diluar rumah Arin ada beberapa tetangga yang penasaran dengan siapa yang datang ke rumah Arin, secara disana terparkir mobil mewah dan elegan. Sangat jarang ada mobil mewah yang datang ke desa mereka. Memang beberapa kali Arin dan Lili menggunakan mobil Joni atau Citra saat akan berziarah, tapi mobil Joni dan Citra tidak semewah mobil Dariel.Banyak ibu-ibu yang sengaja nongkrong di sebrang rumah Arin karena saking penasarannya.Lili mengintip dari jendela, "Kak, ngga ada kerjaan banget deh itu ibu-ibu ngeliatin rumah kita," ucap Lili kesalArin yang s
Seperti permintaan Dariel 2 hari lalu, akhirnya Arin, Lili, Dariel dan Joni pergi berangkat ke kampung halaman Arin dan Lili. Dalam keadaan lelah sepulang kerja, Arin dan Lili langsung terlelap tidur di kursi belakang, sedangkan Dariel dan Joni duduk di depan, mata mereka masih melek.Dariel memang sengaja tadi hanya masuk kerja setengah hari. Setelah istirahat makan siang, dia pulang ke rumah untuk istirahat dan tidur. Begitu pula dengan Joni. Dia sudah tidak menjadi seorang pemadam kebakaran lagi, tapi dia membantu toko milik keluarganya jadi waktu yang dia miliki juga cukup luang.“Rencana mau lamar Lili kapan?” tanya Dariel pada Joni yang sedang menyetir.“Sudah saya lamar. Kedua orang tua saya sudah melamar Lili pada Arin untuk saya. Jadi sekarang Lili itu tunangan saya, bukan pacar saya.”“Kapan?”“Sudah lama. Bahkan mama yang ngebet ingin Lili jadi istri saya. Dia yang suruh buru-buru.”“Kan sudah dapat lampu hijau buat nikah. Kenapa ngga langsung nikah aja?”“Lili ingin Arin y
Dewa mendapat lemparan bantal.“Bos!”“Gue lagi tidur. Beraninya lo bangunin gue?” teriak Dariel.Bagai singa yang tertidur dan dipaksa bangun. Begitulah Dariel sekarang.Arin, Lili dan Joni kaget mendengar teriakan Dariel dari dalam kamar. Mereka bertiga berbondong menuju kamar Arin.“Apa-apaan ini?” sentak Arin dari pintu kamar. Dia menggeleng melihat bantal tidur miliknya ada di lantai.Arin lihat Dewa hanya diam saja. Begitu juga Dariel. Dariel masih tiduran di atas ranjang Arin.“Wa,” panggil Joni.Dewa melirik ke belakang tubuhnya. Dewa mendekati Arin dan berdiri di belakang Arin.“Bos Dariel lempar bantal ke gue. Padahal gue cuman bangunin dia,” rajuk Dewa dengan wajah memelas. Dewa mengadu pada Arin agar terhindar dari amukan Dariel.“Mas Dewa aku suruh bangunin kamu. Kita makan bareng sekarang,” titah Arin. Setelah mengucapkan itu, Arin melengos dan kembali ke meja makan. Dewa tersenyum pongah ke hadapan Dariel.Sumpah. Dariel kesal setengah mati melihat wajah menyebalkan Dew