Share

Part 39

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-07-28 15:32:28

"Jangan membawa-bawa Bima dalam masalah kita. Dia tidak tahu apa-apa. Aku sudah cukup bersabar. Percaya kalau Abang benar-benar berusaha melupakan Kania. Tapi kenyataannya apa? Hanya gara-gara kolak labu Abang membentak dan memarahiku di depan orang itu. Abang sengaja ingin mempermalukanku, kan? Agar mereka tahu kalau isteri Abang sekarang tidak sehebat kekasih Abang itu."

"Maafkan aku, Dwi! Bukan itu maksudku." Suaranya sedikit tertahan.

"Aku tak percaya lagi pada Abang. Aku sudah lelah. Aku akan bilang pada ayah akan bercerai. Abang tidak perlu khawatir, aku tidak akan membuat nama Abang jelek di depan keluargaku. Hanya itu kan yang Abang takut kan?" Aku kembali terisak.

Padahal sudah setengah mati aku menahannya. Mencoba bersikap tegar dengan tak mau lagi terlihat lemah di matanya. Tapi tetap saja mata ini ingin menangis. Entah karena sakit yang kurasakan, atau bersedih karena akan berpisah dari orang yang masih sangat aku cintai.

Dia terdiam. Tak lagi mengiba seperti tadi. Sudah k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 40

    Aku tertegun. Tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Aku kembali mengalihkan pandangan ke arah suamiku. Sejenak kami saling terpaku, namun setelah tersadar aku langsung melirik ke arah Kania.Matanya membesar, masih saja menatap wajah suamiku. Meski tak mendapat balasan, tetap saja itu melukai perasaanku.Aku langsung menepiskan tangan bang Haikal yang masih setia menggenggamku."Kenapa?" tanya dia. Seperti tak rela aku melepaskannya."Untuk apa lagi Abang memintaku tinggal? Bukankah sudah ada dia?" Aku menunjuk Kania dengan nada kasar, penuh emosi."Hanya kau saja yang kubutuhkan. Bukan yang lain," jawabnya.Aku kembali melirik wajah Kania. Bulir bening kini menetes dari kedua matanya. Terdiam, seperti merasa terpukul mendengar permohonan dari laki-laki yang dikasihinya itu padaku."Aku mohon, Dwi. Jangan pergi." Suara bang Haikal lagi-lagi seperti mengiba.Tidak, tidak. Pasti sudah terjadi kesalahan. Apa yang terjadi pada laki-laki ini? Apa dia tidak sadar dengan keberada

    Last Updated : 2022-07-30
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 41

    Aku kembali membaringkan diri di atas ranjang. Kembali ke rumah setelah bang Haikal menarik dan menyeretku ke dalam. Dia sama sekali tak memperbolehkan aku pergi.Aku meronta dan memukul-mukul dadanya dengan kuat. Melampiaskan kekesalan dan juga hancurnya hatiku akibat perbuatan mereka. Dia diam tak mengelak. Memberikan tubuhnya dengan sukarela agar aku merasa puas.Sepeninggal Kania tadi, bang Haikal terus memegangi tanganku. Mengatakan jika ingin pergi, tunggulah sampai masalah selesai. Tak boleh mengambil keputusan dengan emosi. Semua harus diselesaikan dengan kepala dingin. Masih kuingat kala Kania memandang sendu pada suamiku tanpa mendapat balasan. Lalu berjalan dengan langkah gontai, pulang kembali ke rumahnya.Aku yang belum puas menangis mendengar suara pintu kamar terbuka. Aku tahu dia masuk tanpa permisi, lantas menyembunyikan wajah dengan memeluk guling."Minum teh nya, Dwi. Perutmu belum terisi dari malam tadi." Kudengar suara cangkir yang diletakkan di atas nakas sampin

    Last Updated : 2022-07-30
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 42

    Aku mendengus kesal mendengar pengakuan bang Haikal. Meminta terus dicintai tanpa mau memberi balasan. Egois sekali makhluk Tuhan yang satu ini.Aku mendorong tubuhnya dengan kuat, lalu menjatuhkan kepala ke atas bantal. Memunggunginya sambil memeluk guling."Abang keluar saja. Jangan lagi bicara padaku!"*"Plin plan!" Suara Bima mengagetkanku dari belakang, saat sedang mengantri pembayaran di minimarket ujung jalan.Aku menatapnya heran, lalu melanjutkan transaksi dan segera keluar. Aku berdiri di samping pintu, menunggunya sampai selesai."Apa maksudmu?" Aku langsung menghampiri, begitu dia muncul dari balik pintu kaca.Dia tersenyum mengejek, lalu berjalan mengabaikan pertanyaanku."Hei, kau bicara apa tadi? Siapa yang kau sebut plin plan, ha?" tanyaku lagi. Ikut berjalan menyusulnya. Kini kami jalan beriringan."Kupikir akan ada yang melarikan diri. Ternyata hanya drama. Sama sekali tidak seru." Ucapannya seakan sedang menyindirku.Apa dia melihat kejadian waktu itu? Ah, tentu sa

    Last Updated : 2022-07-31
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 43

    Aku tahu apa yang dia maksud. Lagi-lagi tebakan Bima benar. Suamiku pasti melihat kami berjalan bersama tadi. Namun aku sama sekali tidak merasa bersalah. Itu bukan hal yang disengaja. Dan terutama, tak pernah ada jalinan kasih di antara kami.Aku melirik sinis, lalu terus berjalan menuju dapur."Dwi!" tegurnya lagi. Kali ini dengan menarik lenganku."Aku tak sengaja bertemu dengannya!" Aku ikut menjawab dengan nada ketus, sembari menepis sentuhannya."Bagaimana kalau dia sengaja? Dia pasti mengikutimu lagi.""Abang pikir semua orang seperti Kania?" sindirku. Dia mendengus, lalu mengusap kasar rambutnya."Nanti sore Dea menjemputku." Aku mengalihkan pembicaraan. Teringat bahwa Dea menghubungiku tadi pagi."Dia akan mentraktirku nonton." Aku hanya memberi tahu agar tak lagi disalahkan. Bukan meminta izin seperti biasanya. Dengan begitu dia tidak perlu repot-repot mencari saat melihatku tak ada."Tidak boleh!" ucapnya tegas.Aku terkejut. Tak menyangka dia akan melarang. Biasanya dia

    Last Updated : 2022-08-01
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 44

    "Bima?" Aku langsung saja menyapanya.Pemuda dengan kaos lengan pendek dan celana jins belel itu menaikkan alisnya untuk menjawab sapaanku."Kau tidak bilang kalau akan ikut," protesku. Padahal siang tadi kami baru saja bertemu dan pulang bersama."Aku hanya belum yakin akan pergi. Lagi pula kalau aku ikut kau juga tidak akan pergi, kan? Kau pasti takut kalau suamimu akan cemburu." Dia selalu berasumsi sendiri.Aku memasang wajah merengut. Bima selalu saja mengungkit-ngungkit masalah rumah tanggaku jika kami bertemu. Seolah pernikahanku adalah sebuah kesalahan baginya. Padahal dirinya sama sekali tidak merasa dirugikan."Kau bicara apa? Bukan itu maksudku. Setidaknya kau bisa membahas masalah film ketimbang membahas rumah tanggaku lagi." Aku menggerutu dengan suara pelan."Hei, kalian sedang membicarakan apa?" Dea tiba-tiba menyela dengan wajah terheran-heran. Pasti tak mengerti dengan apa yang sedang kami bicarakan."Ah, ya. Aku lupa mengatakannya. Aku dan Bima sekarang bertetangga.

    Last Updated : 2022-08-02
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 45

    Wajah bang Haikal tampak memerah. Sepertinya dia terlihat begitu marah. Aku memejam pasrah. Membiarkan dia dengan segala pikiran buruknya.Entah apa yang sedang dilakukannya di sini. Mungkin dia sengaja memata-matai untuk mencari kesalahanku. Dia pasti kembali mengintip dan melihat Bima ikut keluar dari rumah. Hingga dia curiga dan langsung ingin memastikan."Wahhhh... Ternyata Bang Haikal begitu romantis." Dea menyeletuk dengan wajah semringah. "Kalau Abang juga ingin ikut, kenapa tidak bilang? Kita bisa pergi bersama tadi."Aku menarik napas perlahan. Kenapa temanku yang satu ini tidak bisa membaca situasi. Tidakkah dia melihat bahwa suamiku itu kini sedang tersulut emosi?Bang Haikal menghela napas kasar. Kuharap amarahnya sedikit terjeda karena sikap konyol Dea yang salah dalam mengartikan kedatangannya.Dia melirik ke arah Dea. Kemudian beralih ke arah Bima dengan tatapan sinis."Ayo pulang!" Laki-laki dengan jaket hoodie zipper itu menarik tanganku, lalu menyeretku keluar tanp

    Last Updated : 2022-08-03
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 46

    Pagi harinya aku kembali beraktifitas seperti biasa. Kali ini lebih bersemangat karena sudah berbaikan dengan bang Haikal. Kami mulai berdamai dengan keadaan dan saling mengerti posisi masing-masing.Malam tadi kami singgah untuk makan di warung bakso sebelum sampai di rumah, karena perut sama-sama terasa lapar. Dia mengatakan sesuatu yang membuatku bertambah yakin, kalau jalan untuk mendapatkan cintanya akan semakin dekat."Setelah kau pergi, ibunya Kania kembali mengantar gulai ayam. Dia bilang untuk makan malam." Gerakanku terhenti saat baru akan menusuk bulatan daging yang ada di mangkuk dengan garpu.Selera makanku mendadak hilang mendengar cerita tentang keluarga itu lagi. Seolah-olah kebahagiaanku dengan orang yang kucintai tak boleh berlangsung lama untuk kunikmati.Aku langsung merengut."Tapi aku menolaknya." Suamiku meneruskan ucapannya dengan pipi menggelembung di bagian kiri.Mataku langsung mengerjab. Tak percaya."Aku bilang kalau isteriku tak suka. Jadi aku katakan jan

    Last Updated : 2022-08-04
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 47

    Bang Haikal langsung mempercepat langkah. Sementara aku mengekor di belakangnya."Kal, tolong ibu." Tangannya langsung memegangi kedua lengan suamiku."Ada apa, Bu?" Bang Haikal ikut panik melihat raut wajah wanita itu dilanda kecemasan."Kania."Deg!Aku langsung menelan ludah. Kebahagiaanku hari ini kembali buyar. Lagi-lagi karena keluarga itu. Benar-benar meresahkan. Apa lagi yang sudah diperbuat gadis gila itu?"Ada apa dengan Kania?" Suamiku langsung bertanya."Tadi Kania pingsan di kantor. Sekarang ada di rumah sakit. Tolong antar ibu ke sana, ya?"Aku terdiam. Bang Haikal langsung menoleh ke arahku. Dia terlihat begitu gusar."Kania masih karyawan baru. Belum ada asuransi dari perusahaan. Tadi temannya yang menghubungi Ibu meminta berkas-berkas dan juga kartu BPJS karena Kania harus dirawat inap." Wanita itu benar-benar terlihat cemas.Ya, Tuhan! Apa lagi ini?Bagaimana mungkin aku membiarkan suamiku pergi berdua dengan ibunya Kania. Apa yang akan dia lakukan saat sampai di san

    Last Updated : 2022-08-05

Latest chapter

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 77

    "Abang bicara apa? Kalau mau punya mainan, ya menikah saja. Abang bisa membuat anak sebanyak-banyaknya." Aku menggantikan suamiku menjawab permintaannya. "Aku masih kecil. Belum siap menjadi seorang ibu." Aku memasang wajah merengut.Ini kali kedua abangku meminta hal yang bukan-bukan pada kami. Hanya karena aku sudah jarang mengganggunya, dia jadi meminta penggantiku sebagai tumbal keisengannya.Bang Haikal mengamati wajahku, kemudian menunduk. Masih mengusap-usap dadanya yang mungkin masih merasa sakit akibat tersedak tadi.*Aku dan bang Haikal kembali melintasi malam dengan motor matic kesayangannya. Masih dengan pelukanku yang mesra melingkari pinggangnya. Kami tak ubahnya seperti pasangan remaja yang sedang dimabuk cinta. Dia juga tak lagi canggung saat menunjukkan perhatiannya padaku di depan keluarga kami. Baik di hadapan orang tuaku, terlebih lagi pada ayah dan ibunya. Tak seperti saat awal-awal pernikahan dulu. Selalu saja kaku, bahkan hanya untuk merangkul bahuku."Dwi?" B

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 76

    Di pagi hari aku kembali menyiapkan sarapan dan juga bekal untuk suamiku. Bang Haikal keluar dari kamar sudah dalam keadaan rapi, lengkap dengan rambutnya yang masih basah dan juga wangi.Aroma shampo menyeruak menerobos indera penciuman. Membuatku merasa nyaman seperti menghirup aroma terapi.Dia duduk di kursi makan. Memerhatikan aku yang meletakkan secangkir teh di hadapannya. "Wajahmu memerah. Apa kau demam?" tegur pria dengan kemeja lengan panjang itu.Sontak aku memegang kedua pipiku. Lalu melotot ke arahnya. Tahu Kalau dia sedang meledekku. Padahal wajahnya sendiri tak berbeda jauh dari apa yang dia katakan tentang aku. Merah dan juga merona di bagian pipinya.Dia tertawa kecil. Lalu menarikku agar berdiri merapat ke tubuhnya. Wajahnya yang kini hanya setinggi perutku dia dongakkan untuk menatapku. Memandang dengan tatapan penuh cinta. Membuatku semakin terpesona dibuatnya."Terima kasih." Setengah berbisik dia ucapkan kata itu. Aku mengulum senyum. Mengingat sikap manisnya m

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 75

    "Kau tahu aku tidak suka berbasa-basi, kan?" Dia tak lagi terlihat santai. "Lalu sekarang kau mau apa? Kau ingin aku mengakui semuanya dan bertanggung jawab atas pelecehan yang aku lakukan padamu? Aku akan bertanggung jawab. Akan kukatakan semuanya pada suamimu.""Hentikan, Bima! Kau lepas kendali. Aku sudah bersuami dan kau tidak pantas mengatakan semua itu padaku.""Kau sendiri yang memaksaku mengaku. Aku bisa menyelamatkanmu dari pernikahan palsu itu. Sadarlah. Hubungan kalian tidak akan pernah berhasil.""Kau benar-benar kelewatan. Aku membencimu. Aku tak mau lagi bicara padamu!" Aku berlari masuk dan membanting pintu dengan keras. Duduk bersimpuh di balik pintu dengan meremas kerah bajuku sendiri.*Aku baru saja selesai mandi. Terkejut saat melihat bang Haikal sudah berdiri di depan pintu kamarnya yang berhadapan langsung dengan kamar mandi. Sontak aku menutup tubuh bagian atas yang hanya berbalut handuk sampai sebatas dada."Kenapa ditutup? Aku sudah pernah melihat semuanya." B

DMCA.com Protection Status