Share

Part 46

Penulis: Manda Azzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-04 10:15:54

Pagi harinya aku kembali beraktifitas seperti biasa. Kali ini lebih bersemangat karena sudah berbaikan dengan bang Haikal. Kami mulai berdamai dengan keadaan dan saling mengerti posisi masing-masing.

Malam tadi kami singgah untuk makan di warung bakso sebelum sampai di rumah, karena perut sama-sama terasa lapar. Dia mengatakan sesuatu yang membuatku bertambah yakin, kalau jalan untuk mendapatkan cintanya akan semakin dekat.

"Setelah kau pergi, ibunya Kania kembali mengantar gulai ayam. Dia bilang untuk makan malam." Gerakanku terhenti saat baru akan menusuk bulatan daging yang ada di mangkuk dengan garpu.

Selera makanku mendadak hilang mendengar cerita tentang keluarga itu lagi. Seolah-olah kebahagiaanku dengan orang yang kucintai tak boleh berlangsung lama untuk kunikmati.

Aku langsung merengut.

"Tapi aku menolaknya." Suamiku meneruskan ucapannya dengan pipi menggelembung di bagian kiri.

Mataku langsung mengerjab. Tak percaya.

"Aku bilang kalau isteriku tak suka. Jadi aku katakan jan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 47

    Bang Haikal langsung mempercepat langkah. Sementara aku mengekor di belakangnya."Kal, tolong ibu." Tangannya langsung memegangi kedua lengan suamiku."Ada apa, Bu?" Bang Haikal ikut panik melihat raut wajah wanita itu dilanda kecemasan."Kania."Deg!Aku langsung menelan ludah. Kebahagiaanku hari ini kembali buyar. Lagi-lagi karena keluarga itu. Benar-benar meresahkan. Apa lagi yang sudah diperbuat gadis gila itu?"Ada apa dengan Kania?" Suamiku langsung bertanya."Tadi Kania pingsan di kantor. Sekarang ada di rumah sakit. Tolong antar ibu ke sana, ya?"Aku terdiam. Bang Haikal langsung menoleh ke arahku. Dia terlihat begitu gusar."Kania masih karyawan baru. Belum ada asuransi dari perusahaan. Tadi temannya yang menghubungi Ibu meminta berkas-berkas dan juga kartu BPJS karena Kania harus dirawat inap." Wanita itu benar-benar terlihat cemas.Ya, Tuhan! Apa lagi ini?Bagaimana mungkin aku membiarkan suamiku pergi berdua dengan ibunya Kania. Apa yang akan dia lakukan saat sampai di san

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 48

    "Bima ada?" Aku bertanya pada salah seorang perawat yang menjaga klinik di depan rumahku."Coba lihat mobilnya. Kalau ada CRV berwarna hitam, berarti ada. Ketuk saja pintu utama. Nanti ada asisten keluarga Bu Dokter yang membukakan. Biasanya kalau di rumah, Mas Bima selalu di kamar." Wanita yang memakai seragam perawat berwarna abu-abu itu menjawab dengan ramah.Aku menggangguk, mengucapkan terima kasih, lalu keluar dari ruangan dengan pintu besar yang terbuat dari kaca.Aku melihat jenis mobil yang diberitahukan. Lalu berjalan menuju ke bawah jendela. Pantas saja Bima selalu masuk dari pagar sebelah kiri. Rupanya rumah utama punya pintu masuk yang berbeda."Bima!" Aku sedikit berteriak memanggil namanya. Tak mau repot-repot mengetuk pintu yang akan memakan waktu lebih lama.Benar saja. Cara ini terasa lebih cepat. Sebentar saja Bima langsung muncul setelah jendela atas terbuka. Bisa kulihat dari sini kalau wajahnya merasa heran."Kau sedang apa?" tanya dia dari atas sana."Turunlah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 49

    "Setidaknya dia merasakan bagaimana berada di posisiku. Dia juga pasti merasakan rasa sakitku jika sikapnya mulai berlebihan pada Kania.""Jadi kau hanya menjadikanku alat untuk membalas suamimu? Begitu?" Bima tampak menggeram dan tak terima.Ya. Mungkin seperti itu. Pikiranku terlalu buntu. Tak tahu lagi bagaimana caranya agar suamiku tak kembali pada perasaannya. Aku benar-benar tidak tahu lagi.Aku kembali terisak."Setidaknya kalau kau ikut, Kania tidak akan berpikiran macam-macam. Mengira suamiku hanya seorang tetangga yang datang hanya karena rasa kemanusiaan. Sama seperti kau yang juga datang untuk mengantar ibunya. Bukan karena memiliki perhatian khusus seperti yang selama ini dia pikirkan."Bima lagi-lagi memasang wajah geram. Kali ini aku benar-benar bersikap egois dan tidak tahu diri. Tapi setidaknya bara api yang dari tadi membakar hatiku sedikit padam setelah ada yang mendengarkannya."Maaf. Aku terlalu egois," ucapku lirih. Bahkan suaraku hampir hilang karena tangis. "Ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-07
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 50

    Harus kuakui, wajah Kania memang tampak pucat. Sepertinya dia benar-benar sedang menahan rasa sakit. Ditambah lagi melihat laki-laki yang masih dicintainya kini berada dalam rangkulanku.Bang Haikal tak mengelak atau bersikap kaku seperti biasa. Tangan besarnya kini berada di pundakku. Membalas pelukanku, meski dia tahu sikapnya itu akan menyakiti Kania lebih parah lagi."Kau jahat, Kal. Kenapa kau harus memperlakukan aku seperti ini." Tangis pilu Kania tak berhenti.Dia terlihat begitu terpukul, persis seperti apa yang selama ini aku rasakan."Sudah, Kania. Haikal dan Dwi sudah berbaik hati mengantar ibu ke sini. Jangan membebani mereka lagi dengan sikap seperti itu." Ibunya menasihati sambil memegangi tangannya."Ibu juga membela wanita itu? Wanita yang selalu menghina dengan menolak semua pemberian ibu? Iya?" Kania mulai histeris, menarik tangannya dari sentuhan ibunya."Jaga sikapmu, Kania. Ibumu begitu cemas, kau jangan memperlakukannya seperti itu." Suamiku ikut menasihati.Dasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-08
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 51

    Bahkan hingga sampai saat ini tak mau melepaskannya agar Bima bisa terus melihatnya."Terima kasih, ya, Bim." Aku berucap setulus hati saat Bima menurunkan kami di depan rumah. Dia hanya menaikkan alis, lalu kembali menutup kaca jendela dan pulang."Terima kasih, ya, Bim." Bang Haikal memajukan bibir bawahnya demi bisa menirukan ucapanku pada Bima tadi.Dia langsung menyindirku begitu kami memasuki rumah."Ucapanmu terlalu berlebihan. Sudah kewajibannya membantu tetangga yang sedang kesusahan. Jadi kau tidak perlu membesar-besarkan.""Kenapa Abang kesal? Bukankah seharusnya dia yang marah karena Abang duduk di belakang?" protesku."Aku hanya tak ingin membiarkan isteriku duduk sendirian." Dia beralasan.Dahiku jadi berkerut mendengarnya. Siapa sekarang yang bersikap berlebihan."Kau bicara apa saja padanya saat aku tak ada?" Lagi-lagi ucapannya terdengar sinis."Dia bilang Kania sakit karena Abang. Dia frustasi karena Abang lebih memilihku hingga dia menyiksa diri hingga tak berseler

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 52

    Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar. Mataku langsung terbuka begitu merasakan bang Haikal menarik diri. Aku dan dia saling memandang dengan salah tingkah. Tentunya dengan pipi yang terasa panas dan pasti terlihat memerah. Kami saling melempar senyum dengan malu-malu, lalu tertawa bersama."Biar aku buka." Aku melepaskan pelukanku dari pinggangnya. Dia mengangguk, mengiyakan.Tentu saja menyempatkan diri dengan mengusap bibirku dengan ibu jarinya sebelum aku pergi. Seolah apa yang dia lakukan barusan akan meninggalkan bekas, dan orang lain akan menyadari.Dengan senyum masih terkulum, aku berjalan menuju ruang tamu. Melihat siapa yang datang dan mengganggu kesenangan kami."Bima?" Aku terkejut melihat pemuda seusiaku itu berdiri di ambang pintu. Ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di sini. Padahal sejak awal sudah tahu kalau ini tempat tinggalku. Namun tak pernah sengaja menyapa, atau sekedar memberi tahu."Ada apa?" tanyaku heran. Tentu saja karena ini sudah hamp

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 53

    Wajahnya kembali memberengut. Membuat hasratku tadi semakin menciut."Abang tak percaya padaku?""Aku bisa saja mempercayaimu. Tapi aku tak bisa percaya padanya.""Kalau tidak percaya, Abang bisa mengawasi dengan tidur di kamarku."Matanya membesar, lalu terdiam. "Kenapa? Tidak mau? Aku juga tidak memaksa. Lebih nyaman tidur sendirian!" Aku langsung membuang pandangan, lalu berlalu menuju kamar."Hati-hati dengan ucapanmu, Dwi! Lain kali aku mungkin tidak akan menahan diri lagi."Kudengar ucapan terakhirnya sebelum menutup pintu. Entah apa maksud kata-katanya itu. Menahan diri untuk memarahiku lagi?Berani sekali dia mengancam setelah menuduhku yang bukan-bukan.Arrggh!Bima dan Kania sama-sama membuat malam romantis kami jadi kelabu.*Beberapa hari berlalu. Sore ini kulihat mobil Xenia berhenti di depan rumah Kania. Aku melirik dua orang wanita turun dari sana. Sempat mata kami saling menatap saat dia sengaja menoleh ke arah rumahku. Raut wajah itu masih sama, memandang kebencian

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 54

    Aku mengintip dari balik tubuh suamiku. Kania berdiri mematung, menyaksikan apa yang dulu pernah aku alami saat berada di posisinya. Tak perlu menunggu waktu lama, setengah berlari dia memasuki rumahnya sambil mengusap air mata.Aku langsung melepaskan tubuh bang Haikal, menghentikan aksi nekatku untuk membuat gadis itu benar-benar cemburu. "Lain kali jangan seperti ini lagi!" Ucapan bang Haikal membuatku terkejut.Dia tampak tak terima dengan apa yang baru saja aku lakukan. Setelah melihat Kania tak berada di sana lagi, dia menjauh dan meninggalkanku masuk ke rumah.Aku memejamkan mata perlahan, menghela napas agar lebih tenang. Memegangi dadaku untuk menetralkan degub jantung yang tak lagi beraturan karena ulahku sendiri. Apa sikapku terlalu berlebihan?Aku mengikuti langkah suamiku menyusulnya hingga ke dalam. Menemukannya di kursi makan dengan wajah kesal sambil meletakkan gelas kosong di atas meja. Sepertinya dia baru saja menghabiskan segelas air dengan sekali teguk."Kau suda

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12

Bab terbaru

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 77

    "Abang bicara apa? Kalau mau punya mainan, ya menikah saja. Abang bisa membuat anak sebanyak-banyaknya." Aku menggantikan suamiku menjawab permintaannya. "Aku masih kecil. Belum siap menjadi seorang ibu." Aku memasang wajah merengut.Ini kali kedua abangku meminta hal yang bukan-bukan pada kami. Hanya karena aku sudah jarang mengganggunya, dia jadi meminta penggantiku sebagai tumbal keisengannya.Bang Haikal mengamati wajahku, kemudian menunduk. Masih mengusap-usap dadanya yang mungkin masih merasa sakit akibat tersedak tadi.*Aku dan bang Haikal kembali melintasi malam dengan motor matic kesayangannya. Masih dengan pelukanku yang mesra melingkari pinggangnya. Kami tak ubahnya seperti pasangan remaja yang sedang dimabuk cinta. Dia juga tak lagi canggung saat menunjukkan perhatiannya padaku di depan keluarga kami. Baik di hadapan orang tuaku, terlebih lagi pada ayah dan ibunya. Tak seperti saat awal-awal pernikahan dulu. Selalu saja kaku, bahkan hanya untuk merangkul bahuku."Dwi?" B

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 76

    Di pagi hari aku kembali menyiapkan sarapan dan juga bekal untuk suamiku. Bang Haikal keluar dari kamar sudah dalam keadaan rapi, lengkap dengan rambutnya yang masih basah dan juga wangi.Aroma shampo menyeruak menerobos indera penciuman. Membuatku merasa nyaman seperti menghirup aroma terapi.Dia duduk di kursi makan. Memerhatikan aku yang meletakkan secangkir teh di hadapannya. "Wajahmu memerah. Apa kau demam?" tegur pria dengan kemeja lengan panjang itu.Sontak aku memegang kedua pipiku. Lalu melotot ke arahnya. Tahu Kalau dia sedang meledekku. Padahal wajahnya sendiri tak berbeda jauh dari apa yang dia katakan tentang aku. Merah dan juga merona di bagian pipinya.Dia tertawa kecil. Lalu menarikku agar berdiri merapat ke tubuhnya. Wajahnya yang kini hanya setinggi perutku dia dongakkan untuk menatapku. Memandang dengan tatapan penuh cinta. Membuatku semakin terpesona dibuatnya."Terima kasih." Setengah berbisik dia ucapkan kata itu. Aku mengulum senyum. Mengingat sikap manisnya m

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 75

    "Kau tahu aku tidak suka berbasa-basi, kan?" Dia tak lagi terlihat santai. "Lalu sekarang kau mau apa? Kau ingin aku mengakui semuanya dan bertanggung jawab atas pelecehan yang aku lakukan padamu? Aku akan bertanggung jawab. Akan kukatakan semuanya pada suamimu.""Hentikan, Bima! Kau lepas kendali. Aku sudah bersuami dan kau tidak pantas mengatakan semua itu padaku.""Kau sendiri yang memaksaku mengaku. Aku bisa menyelamatkanmu dari pernikahan palsu itu. Sadarlah. Hubungan kalian tidak akan pernah berhasil.""Kau benar-benar kelewatan. Aku membencimu. Aku tak mau lagi bicara padamu!" Aku berlari masuk dan membanting pintu dengan keras. Duduk bersimpuh di balik pintu dengan meremas kerah bajuku sendiri.*Aku baru saja selesai mandi. Terkejut saat melihat bang Haikal sudah berdiri di depan pintu kamarnya yang berhadapan langsung dengan kamar mandi. Sontak aku menutup tubuh bagian atas yang hanya berbalut handuk sampai sebatas dada."Kenapa ditutup? Aku sudah pernah melihat semuanya." B

DMCA.com Protection Status