Share

BAB 28 TRAUMA

Penulis: Rara Qumaira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 28

TRAUMA

"Aku dulu, ya! Habis itu giliran kalian!" ujar Supri.

"Siap, Bos! Kami berjaga disini!" sahut Gatot.

Supri menarik tubuh Naura ke atas dipan.

"Tidak! Aku mohon! Jangan lakukan itu! Aku bisa memberi kalian uang berapapun yang kalian minta, tapi aku mohon, jangan lakukan," ujar Naura sembari menangis.

Supri tak peduli dengan tangisan Naura. Melihat barang bagus, n*fs*nya sudah diubun-ubun. Supri menarik pakaian Naura hingga robek hingga hanya tersisa pakaian dalamnya saja. Naura terus berusaha memberontak mempertahankan kehormatannya.

Supri yang sudah dikuasai setan, tak menggubris tangisan korbannya. Alice merekam kejadian sembari tersenyum puas.

Saat Supri hampir berhasil melakukan aksinya, tiba-tiba pintu ruangan tersebut didobrak dan segerombol polisi merangsek masuk.

"Angkat tangan!" ujar petugas polisi tersebut.

Merek yang tak siap, tak bisa berbuat apa-apa. Satu persatu, para preman itu diringkus tanpa perlawanan.

"Kalian salah orang! Kenapa saya ditangkap! Saya t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 29 PULANG

    Bab 29PULANG"Jangan tinggalin Naura, Ma! Naura takut sendirian!""Kami tidak akan kemana-mana. Lihat, Bagas pun sedari kemarin juga menemani kamu disini!"Perlahan, Naura menoleh. Dilihatnya sang suami yang juga sedang memandangnya. Bagas tersenyum tipis. Naura melengos."Suruh dia pergi, Ma! Aku gak mau melihatnya!"Semuanya yang ada di ruangan tersebut pun tampak terkejut. "Sayang, kok gitu, sih?" ujar Mamanya terkejut."Ma ... suruh dia pergi!" rengek Naura sembari menyembunyikan wajahnya. Bagas memandang Naura dengan nelangsa. Papa Naura mendekati Bagas, lalu menepuk pundaknya."Beri dia waktu!" ujar Papa Naura, lalu merangkul Bagas dan mengajaknya keluar ruangan. Mereka duduk berdua di bangku depan ruangan."Jangan diambil hati, ya! Biarkan dia tenang dulu!" ujar Papa Naura."Iya, Pa. Bagas ngerti, kok! Hanya ... rasanya sedih saja," sahut Bagas sendu."Naura itu pada dasarnya anaknya manja. Apa yang diinginkan, pasti terpenuhi. Dia belum pernah tertimpa masalah yang pelik.

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 30 KONDISI NAURA

    Bab 30KONDISI NAURA"Aku kotor. Jangan sentuh aku! Aku bekas orang! Aku kotor!" teriak Naura sembari menangis.Melihat hal itu, Bagas merasa sedih. Dia memaksa mendekati istrinya, lalu memeluknya."Sudah kubilang jangan sentuh aku!" Naura memberontak mencoba melepaskan pelukan Bagas."Sayang … sayang … dengerin aku! Jangan begini! Aku mohon! Kamu milikku! Selamanya akan tetap menjadi milikku! Aku gak peduli mau apapun yang terjadi! Kamu tetap milikku! Biarkan aku menghapus bekas itu!" ujar Bagas mengeratkan pelukannya."Aku bekas orang! Aku jijik!" Naura menangis tergugu dipelukan Bagas, tenaganya sudah habis hingga dia tak mampu memberontak lagi. Tanpa melepaskan pelukannya, dikecupnya kening istrinya, lalu turun ke kelopak matanya, pipinya, hingga berakhir di bibirnya. Bagas melumatnya dengan lembut.“Dimana bajingan menyentuhmu? Biar aku hapus jejaknya!” ujar Bagas lembut.Naura memeluk Bagas erat sambil terisak. Setelah dirasa istrinya mulai tenang, Bagas mengajak istrinya beri

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 31 KEJADIAN DI BALI

    Bab 31 (Rate 18+)KEJADIAN DI BALIBagas menikmati makan malamnya sendirian di hotel tempatnya menginap. Setelah itu, rencananya dia akan menuju pusat oleh-oleh tidak jauh dari hotel.Bagas memilih berjalan sembari menikmati suasana. Dia hanya perlu menempuh perjalanan selama 10 menit. Saat sedang asik memilih, Bagas disapa seseorang."Kak Bagas!" serunya.Refleks, Bagas menoleh. "Kirana? Kok disini?" tanya Bagas."Iya, Kak. Ada tugas dari kantor. Kakak sendirian?" tanya Kirana."Iya, besok mau balik, jadi sekarang beli oleh-oleh buat orang rumah.""Ow … begitu! Aku bantu, ya?" "Kamu sendiri gak belanja?" tanya Bagas heran."Aku disini masih satu Minggu, Kak. Bisa belanja besok-besok!" sahut Kirana."Oke deh! Ayo!" sahut Bagas. Cukup lama mereka memilih-milih barang. Setelah hampir satu jam, mereka meninggalkan lokasi dengan menenteng dua buah tas belanjaan."Kamu gak beli apa-apa?" tanya Bagas heran."Gak, Kak! Ini tadi niatnya memang mau jalan-jalan saja! Kakak nginap di hotel ma

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 32 KEDATANGAN KIRANA

    Bab 32KEDATANGAN KIRANA"Maaf, Non! Ada tamu!" "Siapa, Bi?" "Gak tahu, Non! Sepertinya,Bibi belum pernah lihat."Naura mengernyit heran. "Ya sudah, suruh tunggu sebentar! Sebentar lagi saya turun!""Iya, Non!"Naura bersiap sebentar, kemudian dia segera turun menemui tamunya. Langkahnya terhenti saat melihat siapa yang datang."Kak Kirana?" ujar Naura lirih. Mendengar namanya disebut, Kirana menoleh. Dia segera berdiri. Naura tertegun, namun sejenak kemudian dia kembali melangkah mendekati Kirana."Ada apa Kakak kesini?" tanya Naura, tanya menghenyakkan bobotnya di kursi tepat di depan Kirana.Kirana kembali duduk. Dia menunduk."Maafkan aku, Ra! Aku … sebenarnya tidak ingin mengatakan ini, tapi … aku harus.""Ada masalah apa ini?" tanya Naura heran."Mengenai Kak Bagas."Naura terkejut. "Kalian masih berhubungan?" tuding Naura."Tidak. Hanya saja …." Kirana menjeda kalimatnya."Hanya saja apa?""Hanya saja … kami pernah bertemu saat di Bali.""Lalu?" tanya Naura lagi."Kami …

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 33 MENGAJUKAN GUGATAN CERAI

    Bab 33MENGAJUKAN GUGATAN CERAIBagas memandang orang tuanya minta bantuan."Maaf, Gas! Bunda gak bisa bantu! Mama Naura benar! Kesalahan kamu benar-benar fatal!" ujar Bundanya.Bagas tak bisa berbuat apa-apa. Dengan langkah lunglai, dia meninggalkan rumah Naura. Di halaman rumah, sebelum benar-benar pergi, Bagas memandang ke arah jendela kamar mereka. Berharap, ada Naura di sana. Namun, harapan tinggal harapan. Naura tidak menampakkan dirinya. Bagas segera melajukan mobilnya membelah jalanan. Bagas melaju tanpa arah dan tujuan. Hampir dua jam dia berkeliling, hingga akhirnya dia membelokkan mobilnya ke arah apartemen mereka. Meskipun tak dihuni, apartemen itu tetap terawat.Malam ini, Naura memilih tidur di kamar Mamanya."Ma, malam ini aku tidur disini, ya?" ujar Naura."Iya, sayang! Tidurlah! Biar Papa nanti tidur di kamar Kak Marchel!""Di kamar masih ada barang-barangnya Kak Bagas. Aku gak mau masuk kesana kalau barang-barang itu belum dibereskan.""Iya, sayang! Besok, biar Bi S

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 34 SIDANG MEDIASI

    Bab 34SIDANG MEDIASI"Kapan surat panggilan sidang itu dikirimkan?" tanya Naura setelah mereka selesai mendaftarkan gugatan cerainya."Biasanya 2-3 hari sudah dikirim, Bu. Sidang perdananya satu Minggu kemudian." Pak Bambang memberi penjelasan. "Terimakasih, Pak, atas bantuannya hari ini.""Sama-sama, Bu. Kalau begitu, saya permisi! Selamat siang!" "Selamat siang, Pak!"Setelah berpamitan, Pak Bambang segera meninggalkan pengadilan agama. Naura pun melakukan hal yang sama."Mau kemana lagi, Non?" tanya Pak Ujang."Kita ke restoran di Jalan Anggrek ya, Pak!" "Baik, Non!"Pak Ujang segera melajukan kendaraannya. Tiga puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di tujuan. Setelah diturunkan di depan pintu masuk, Naura segera masuk ke dalam restoran. Sementara Pak Ujang menuju pelataran parkir.Naura memindai lokasi untuk mencari lokasi yang tepat. Namun, matanya terpaku pada sepasang anak manusia yang sedang berbincang."Kak Bagas!" ujar Naura lirih. Sesaat kemudian, Naura memilih men

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 35 ALASAN KIRANA

    Bab 35ALASAN KIRANAPagi ini, meski merasa agak lemas, Kirana tetap berangkat ke kantor. Ada pekerjaan yang menunggunya. Sesampainya di ruangannya, dia mengambil beberapa berkas dan mengantarkan ke ruangan atasannya.Kirana celingukan. Pasalnya, tadi dia melihatnya sudah memasuki ruangannya. Namun, sekarang dia tak nampak.Kirana meletakkan berkas-berkas tersebut di atas meja, lalu segera melangkah meninggalkan ruangan. Saat hendak membuka pintu, tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. Kirana tampak terkejut."Mau kemana, Sayang?" ujar Ronald. "Lepas, Kak! Aku mau kembali ke ruanganku!" sahut Kirana merasa risih.Ronald membalik tubuh Kirana agar menghadap kepadanya, lalu menyandarkannya ke pintu.Ceklek. "Kenapa pintunya dikunci?" tanya Kirana gusar."Aku merindukan kamu, Sayang!" sahut Ronald sembari mencoba melancarkan aksinya."Lepas, Kak! Aku tidak mau!" sahut Kirana berusaha memberontak dan melepaskan diri. Namun, Ronald malah semakin mengeratkan pelukannya."Kamu berani

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 36 TES DNA

    Bab 36TES DNA"Usahakan secepatnya selesai, Pak! Saya mau semuanya segera selesai!""Baik, Bu! Akan saya usahakan!""Baik, Pak! Kalau begitu, saya permisi! Terimakasih atas bantuannya!""Iya, Bu! Sama-sama! Silahkan!" sahut Pak Bambang.Naura melangkah meninggalkan ruangan Pak Bambang. Namun, baru beberapa langkah, tiba-tiba kepalanya terasa berputar sebelum akhirnya dia kehilangan kesadaran.**************************Perlahan, Naura mencoba membuka matanya."Sayang, kamu sudah sadar?" tanya Mamanya. Naura menoleh ke asal suara. Tampak, Mamanya memandangnya dengan cemas."Aku dimana, Ma?" tanya Naura lirih."Kamu di rumah sakit. Tadi, kamu pingsan di kantor Pak Bambang. Karena panik, mereka langsung membawa kamu kesini," sahut Mamanya. "Jangan bangun dulu! Istirahat saja! Badan kamu masih lemas!" lanjut Mamanya saat Naura mencoba bangkit. "Aku kenapa, Ma?""Gak tahu. Dokternya belum bilang apa-apa. Kita tunggu saja hasil pemeriksaannya.""Selamat siang!" "Selamat siang, Dokter!"

Bab terbaru

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 52 EKSTRA PART

    Bab 51EKSTRA PART"Sayang, besok aku izin keluar ya!" ujar Kirana kepada Ronald."Mau kemana?" tanya Ronald."Ke rumah sakit.""Kamu sakit?" tanya Ronald panik."Gak, Sayang! Jadi, ceritanya itu akhir-akhir ini kan Axel sering sakit, trus beberapa kali mimisan. Akhirnya, aku periksakan ke dokter. Nah, sama dokternya disuruh periksa ke lab. Takutnya, ada yang serius." Kirana memberi penjelasan."Kenapa gak pernah cerita? Itu periksa ke labnya kapan?""Sekitar … dua minggu sebelum pernikahan kita," ujar Kiran sambil mengingat-ingat."Sebelum kamu nemuin Papa dan nglamar aku.""Itu sudah lama sekali, lho!" protes Ronald."Iya sih. Kata petugas labnya, perkiraan dua minggu hasilnya keluar. Tapi kemarin itu ternyata lebih. Baru tiga hari yang lalu dikabari kalau hasilnya sudah keluar.""Trus, kenapa gak langsung diambil?" "Lha kita kan posisinya masih bulan madu. Aku gak mau merusak suasana. Kalau sekarang kan, kita sudah di rumah. Makanya mau tak ambil."Ronald menghela nafas panjang."

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 50 PERTEMUAN PERTAMA

    Bab 50PERTEMUAN PERTAMA“Oya, siapa nama anak kita?” tanya Ronald.” Axel Dharmendra Wibawa,” sahut Kirana.“Kamu tidak memasukkan namaku?” protes Ronald.“Aku gak yakin kamu mau mengakuinya, jadi aku memasukkan nama Papa.”“Setelah kita menikah, aku akan menggantinya menjadi Axel Dharmendra Baskoro,” ujar Ronald.“Terserah kamu sajalah.”“Oya, dia pulang sekolah jam berapa?” tanyanya.“Jam 14.00 WIB.”“Nanti aku ikut jemput, ya?” tanya Ronald.“Yakin?”“Iya, dong! Aku sudah tidak sabar!” ujar Ronald.“Dia pasti senang,” ujar Kirana.“Apa yang kamu katakan padanya saat dia menanyakan Papanya?” tanya Ronald penasaran.“Aku bilang sama dia kalau Papanya sedang bekerja di tempat yang jauh mencari uang yang banyak buat dia.”“Trus, dia jawab apa?”“Awalnya gak banyak protes, tapi akhir-akhir ini dia selalu bilang kalau dia tidak butuh uang yang banyak. Dia hanya ingin punya Papa seperti teman-temannya,” sahut Kirana. Dia tampak sedih mengingat pembicaraannya dengan Axel kala itu.Ronald

  • JODOH DEPAN RUMAH   PERJUANGAN RONALD

    Bab 49PERJUANGAN RONALD"Aku sudah meletakkan surat pengunduran diriku di meja Pak Ronald.""Kamu yakin? Aku bisa memindahkan kamu ke divisi lain kalau tidak suka disana.""Gak perlu, Pak! Saya ada alasan lain mengapa harus resign.""Baiklah, kalau memang itu keinginanmu. Aku tidak memaksa.""Ya sudah, Pak, saya pamit ya!" Usai Kirana meninggalkan kantor, tak lama kemudian Ronald datang. Dia sangat terkejut mendapati surat pengunduran diri Kirana. Dia lebih terkejut lagi mendapati hasil tes DNA delapan tahun yang lalu."Jadi, anak itu adalah anakku," ujar Ronald lirih. Ronald tampak syok. Bergegas dia melangkah ke ruangan Sakti."Apa Kirana tadi kesini?" tanya Ronald."Iya Pak, hanya mampir sebentar lalu pulang. Ada apa Pak?" tanya Sakti heran."Gak ada. Terimakasih," ujarnya, lalu meninggalkan ruangan Sakti. Sakti memandang kepergian Ronald dengan miris. Dia tahu, ada sesuatu antara Kirana dan Ronald. Sepertinya, dia harus bersiap patah hati. Ronald segera melajukan kendaraanny

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 48 MENGUNDURKAN DIRI

    BAB 48MENGUNDURKAN DIRI“Saya temannya Mama kamu,” sahut Bagas.“Oya? Wah ... kebetulan sekali! Apa kamu juga teman Papa aku?” tanya Axel polos.Bagas memandang Mama Kirana mencari jawaban.“Axel, ayo temannya diajak masuk!” ujar Mama Kirana.“Gak usah, Tante! Kami langsung pulang saja!” sahut Bagas.“Papa, kami mau kue!” rengek Kayla.“Mau kue yang mana? Sini, Oma ambilkan!”Mama Kirana menggiring Kayla dan Keysha ke bagian etalase kue.Sekarang, tinggal Bagas berdua dengan Axel.“Om, apa Om kenal dengan Papa aku?” tanya Axel lagi."Memangnya Mama kamu bilang apa?" tanya Bagas."Kata Mama, Papa sedang bekerja di tempat yang jauh. Kalau Om ketemu Papaku, tolong katakan padanya, aku gak minta uang yang banyak. Aku juga gak akan minta dibelikan mainan. Aku hanya ingin Papa pulang. Gak papa kita gak punya banyak uang, asalkan bisa selalu bersama," ujar Axel sendu."Bagas terharu mendengar ucapan Axel, lalu menghela napas panjang."Om memang kenal Papa kamu, tapi Om gak tahu dimana dia s

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 47 QUEEN CAKE 'N BAKERY

    BAB 47QUEEN CAKE ‘N BAKERY"Pa, bagaimana kalau kita antar Axel pulang dulu? Dia belum dijemput!" ujar Kayla kepada Papanya saat dijemput pulang sekolah. Tampak, di taman Axel sedang bermain sendirian ditemani sang wali kelas. "Iya, Pa! Kasihan dia nanti sendirian!" sahut Keysha."Memangnya Axel belum dijemput?" tanya Bagas."Belum!" sahut mereka serempak."Sebentar! Papa tanya wali kelas kalian dulu!"Bagas, Kayla, dan Keysha segera menghampiri wali kelas mereka. "Selamat siang, Bu!” sapa Bagas.“Selamat siang, Pak Bagas! Ada apa, ya?” tanya Bu Dyah, walikelas mereka.“Axel kok belum pulang? Memangnya, dia belum dijemput, Bu?" tanya Bagas."Belum, Pak! Barusan mamanya telfon, katanya jemputnya agak terlambat," sahut sang wali kelas. "Bagaimana kalau dia kami antar saja? Rumahnya mana?" Wali kelas tersebut menyebutkan sebuah alamat."Kami satu arah. Bagaimana, Bu?" "Apa tidak merepotkan, Pak?""Tidak, Bu. Lagipula, sepertinya anak-anak dekat dengan dia. Mereka gak tega meninggal

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 46 MENJADI SEKRETARIS RONALD

    Bab 46MENJADI SEKRETARIS RONALD"Maaf, Pak! Saya pinjam Ibu Kirana sebentar. Ada keperluan mendesak," ujar Sakti.Ronald memandang Sakti dengan tajam. "Urusan apa? Bukankah ini masih jam kerja? Lagipula, wawancaranya belum selesai," sahut Ronald tak suka."Maaf, Pak! Ini masalah keluarga dan sangat penting. Mohon pengertiannya!" ujar Sakti sopan.Ronald menatap Sakti dan Kirana bergantian. Apa hubungan Sakti dengan Kirana? Batinnya.Kirana pun memandang Sakti dengan tanda tanya."Apa kamu keluarganya?" tanya Ronald lagi.Sakti tersenyum tipis."Bukan, Pak! Hanya saja, baru saja keluarganya menghubungi," sahut Sakti."Ya sudah! Bawa dia pergi!" ujar Ronald pasrah."Terimakasih, Pak! Ayo!" ajak Sakti kepada Kirana. Dengan penuh tanda tanya, Kirana mengikuti langkah Sakti. "Ada apa?" tanya Kirana saat mereka sudah di luar ruangan."Tadi Mama kamu nelfon. Sebenarnya, beliau sudah menghubungi kamu tapi gak bisa, jadi beliau menghubungi nomor kantor," ujar sakti."Ada apa Mama nelpon?"

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 45 SANG CEO

    Bab 45SANG CEOKirana melajukan mobilnya dengan kencang. Namun, dia tetap terhalang kemacetan panjang. Setelah menempuh perjalanan hampir empat puluh lima menit, akhirnya Kirana tiba di kantor. Kirana melirik jam di pergelangan tangannya. Dia sudah hampir terlambat. Setelah memarkirkan kendaraannya, Kirana melangkah terburu-buru ke ruangannya. Saking terburu-burunya, dia tidak memperhatikan langkahnya.Bruk.Tabrakan pun tak terelakkan.Berkas-berkas di tangan Kirana jatuh berhamburan."Maaf, Pak!" ujar Kirana sembari menunduk. Lalu, dia berjongkok mengambil berkas-berkas tersebut."Maaf, Pak, atas kecerobohan karyawan saya!" ujar Sakti merasa tak enak. Saat ini, Sakti sedang menemani sang CEO menuju ruangannya."Hm!" Sang CEO hanya berdehem, lalu melanjutkan langkahnya ke ruangannya."Kenapa terlambat? Kemarin kan aku sudah bilang harus tepat waktu?" omel Sakti sembari membantu Kirana mengumpulkan berkas-berkas yang berceceran."Maaf, Pak! Semalam Axel demam, jadi ….""Bagaimana ke

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 44 UNGKAPAN HATI SAKTI

    Bab 44UNGKAPAN HATI SAKTIPagi ini, lalu lintas cukup lancar. Taksi yang ditumpanginya melaju dengan tenang. Ronald memandang setiap sudut jalanan."Kota ini sudah banyak berubah," ujarnya dalam hati.Saat di lampu merah, sekilas dia melihat seorang wanita sedang menyetir seorang diri. Ronald memperhatikan wanita itu dengan seksama. Benar saja, wanita itu adalah Kirana. Sesaat kemudian,lampu hijau menyala."Ikuti mobil merah itu, Pak!" ujar Ronald kepada sopir taksinya. "Baik, Pak!" sahut sang sopir taksi. Sopir taksi tersebut berusaha mengikuti mobil Kirana. Dua puluh menit kemudian, mobil Kirana memasuki pelataran parkir sebuah perusahaan. "Stop, Pak!" ujar Ronald. Dia mengamati kantor tersebut dari dalam taksi. Setelah puas, dia meminta sopir taksi tersebut meninggalkan lokasi."Jalan, Pak! Kembali ke tujuan awal!" ujar Ronald. "Baik, Pak!" sahut sopir taksi tersebut. Ronald menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari memejamkan matanya. Dia tersenyum tipis. Sekarang, dia tahu haru

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 43 DELAPAN TAHUN KEMUDIAN

    Bab 43❤️Delapan Tahun kemudian ❤️"Ma, aku gak mau masuk sekolah lagi!" ujar Axel sendu."Kenapa begitu, Sayang?" tanya Kirana. Dia tampak terkejut dengan pernyataan putra semata wayangnya."Teman-teman jahat, Ma!""Jahat bagaimana?""Mereka tidak mau berteman dengan aku. Mereka juga mengolok-olok aku, Ma!" ujar Axel lirih.Kirana terhenyak. Selalu begitu. Tak bisakah mereka membiarkan putranya bisa bersekolah dengan tenang? Yang melakukan kesalahan adalah orang tuanya. Jadi, biar orang tuanya yang menanggung. Jangan bebankan kepada anaknya. Anak yang masih polos dan tak tahu apa-apa. Sejak awal bersekolah, selalu masalah yang sama. Ini sekolah ketiga yang dia datangi. Di dua sekolah sebelumnya, Axel mengalami masalah yang sama. "Sayang … kita tidak mungkin pindah sekolah lagi. Apa semua teman kamu menjauhi kamu?" tanya Kirana.Axel menggeleng."Ada dua anak kembar yang berteman dengan aku. Tapi, teman-teman yang lain mencoba menghasutnya untuk menjauhi aku," ujar Axel lirih."Lalu

DMCA.com Protection Status