Share

NASI TELAH MENJADI BUBUR

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-26 11:43:03

“Cepat lari! Biar aku hadang belatungnya.”

Terdengar teriakan dari makhluk tersebut dan kedua pria ikuti perintahnya. Mereka berlari tanpa henti hingga kehabisan tenaga dan jatuhpingsan.

•••¤•°•¤•••¤•°•¤•••

“Pak, udah enakan?” tanya seseorang menyapa Pak Wardoyo sesaat setelah siuman.

Pak Wardoyo mencoba mengamati sosok yang berdiam di pinggir ranjang. Dengan pandangan mata yang masih kabur, ia mencoba tersenyum. Kedua mata memidai keliling ruangan dan hanya ada tembok dan tirai berwarna putih.

“Aku ada di mana?” tanya pria berwajah bersih yang kini pucat pasi.

“Bapak ada di rumah sakit. Tenang dulu,” jawab sosok pria yang tak lain adalah Pak Brahim.

Pak Wardoyo merasa tangannya perih dan berat, ternyata selang infus sedang terpasang di lengan kiri.

“Kenapa aku di sini? Pak Sopir di mana?” tanya pria ini sembari melihat penampakan Pak Brahim yang semakin jelas.

“Maaf. Pak Sopir meninggal dunia tertabrak mobil,” jawab Pak Brahim dengan ekspresi sedih.

“Jenazahnya sudah dikuburkan oleh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SOSOK WANITA RENTA BERLENDIR HIJAU

    “Boleh saya jujur? Agar Pak Wardoyo tahu kebenaran tentang makhluk hijau tersebut,” pungkas Pak Brahim memberanikan diri.“Silakan, Pak! saya memang penasaran sekali mengenai hubungan makhluk itu dengan istri saya.”Pak Wardoyo yang terbaring berkata sembari membenahi letak lengan yang dipasang infus.“Sebenarnya kami ...mencari pesugihan.”Pak Wardoyo seketika terperangah mendengar pengakuan dari mulut pria berkepala plontos barusan. Pak Wardoyo berharap perkataan teman bisnis sang istri tersebut hanya sebuah kelakar semata. Namun, nyatanya tak ada ekspresi tersenyum di wajah Pak Brahim. Pria berkepala plontos ini tampak serius dengan pandangan menunduk.“Maafkan saya! Itulah kenyataannya,” tegas Pak Brahim“Jadi usaha istri saya laris selama ini karena pesugihan?” tanya Pak Wardoyo dengan tergagap.Pak Brahim mengangguk pelan demi menjaga hati pria di hadapannya. Memang terasa berat dan menyesakkan dada dari kedua pihak. Namun, Pak Brahim harus berani mengungkap semua sekarang, kare

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    LENDIR HIJAU BERBAHAYA

    Pak Wardoyo bergegas memegang gelang giok dengan jemari. Wanita renta ini meludah ke arah Pak Wardoyo dan ajaib ludah tersebut berubah menjadi asap sebelum menyentuh kulit wajah pria tersebut. Tentu saja, sang nenek tampak berang melihat lontaran ilmunya tak berefek ke sasaran.“Bangsat! Mustafaaa, keluar kamu ...!” teriak wanita renta ini dengan wajah merah padam.Ajaibnya! Teriakan sang nenek yang bergema seisi ruangan, tak berpengaruh terhadap sekeliling. Terbukti, tak ada siapa pun, termasuk perawat yang masuk ke ruangan. Aktivitas di luar kamar perawatan terdengar normal, tak ada yang mencurigakan.Pria berumur 50 tahunan ini mencoba bersikap tenang, meski detak jantung berpacu bagai laju roda kereta. Nenek berwajah bengis ini tak berhenti sampai di situ. Ia semakin emosi karena teriakannya tak ada tanggapan dari Mustafa.“Kamu mau bermain-main denganku rupanya, jin bau kencur. Baiklah! Akan kuturuti. Manusia ini, kayaknya asik juga untuk hiburan,” ucapnya sambil tertawa terkekeh

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SOSOK WANITA ITU INDARTI

    “Saya gak punya keluarga di sini. istri dan anak ada di luar kota. Biarlah saya sendiri sampai sembuh. Kapan sayabl boleh pulang? Biaya perawatan segera saya bayar," ucap Pak Brahim yang membuat perawat ikut prihatin dengan keadaannya.“Tunggu pemeriksaan dokter. Banyak istirahat, Pak. Usahakan jangan banyak gerak,” pungkas perawat sambil memasukkan alat-alat kembali.Pak Brahim menanggapi semua saran perawat dengan anggukan. Pak Brahim merasakan nyeri di punggung mulai berkurang setelah obat bereaksi.“Bu, tolong kasih obat yang bisa mempercepat pengeringan luka. Berapa pun harganya saya bayar sekarang,” kata Pak Brahim sembari berganti posisi.“Coba nanti dikonsultasikan dengan dokter. Saya tinggal dulu. Permisi,” balas perawat lalu beranjak meninggalkan ruangan.Sepeninggal perawat, tinggal Pak Brahim merenungi peristiwa yang telah ia alami setelah ikut ritual pesugihan bersama mendiang Indarti. Hanya kenangan bersama wanita ini yang tak bisa dilupakan begitu saja.Apalagi kini, an

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    PERJODOHAN PENUTUP AKSES DUNIA GAIB

    “Ada apa lagi dengan Mbak Dinda?” tanya Pak Kiai sembari mendekat ke arah mereka.Sedangkan sang pemuda mengiringi langkah Pak Kiai dengan pandangan memidai seisi ruangan. Pak Kiai yang mengetahui perilaku sang pemuda hanya tersenyum. Ia juga paham yang dirasakan oleh pemuda tersebut.“Mas Gito merasakan juga?” tanya Pak Kiai masih dengan senyum ramahnya.“Iya, Kiai. Ada hawa yang berbeda dalam ruangan ini. Ada kekuatan tak kasat mata mengelilingi pasien ini,” jawab pemuda tersebut tetap dengan pandangan mata menatap seluruh ruangan.“Nanti kita bicarakan lebih lanjut. Sekarang kita disembuhkan pasien dulu,” jelas Pak Kiai sembari bersiap membaca doa.Kemudian pria bersorban ini meminta tolong yang lain untuk ikut membaca surat Al-Fatihah dilanjut dengan surat Yasin. Setelah pembacaan kedua surat selesai, ia meminta ketua panti dan kedua perawat memegangi kedua kaki Dinda dan juga tangannya.Pak Kiai dibantu Gito mulai membaca surat khusus rukiah. Di tengah pembacaan surat-surat terse

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    ADA APA DENGAN BU LASTRI?

    Waktu menjelang salat Isya, Dinda tak datang juga. Ia adalah gadis lugu yang tak pernah mau membeli ponsel, meski dari jerih payah sendiri. Kini, Bu Lastri hanya bisa mengandalkan komunikasi dengan pihak swalayan saja dan ternyata Dinda telah pulang dari jam 4 sore tadi.“Ke mana Nduk Dinda, ya?” tanya Bu Lastri seraya mondar-mandir di teras panti. Kedua mata wanita ini tak lepas dari jalan raya yang berjarak 100 meter dari ia berdiri.“Bu, biar saya cari ke ke tempat temannya,” usul perawat paling senior di panti tersebut.“Oh, ya, Mbak. Minta tolong. Tau sendiri, adikmu itu sering syok. Moga aja, gak ada apa-apa. Ya Allah, lindungi dia,” timpal Bu Lastri seraya mengelus lengan Murti perlahan.“Aamiin. Baiklah, saya pamit dulu, Bu.”“Ati-ati di jalan, Mbak.”Murti pun segera beranjak pergi dan kini tinggal Bu Lastri menatap kepergiaan sang anak asuh dengan motornya.•••¤•°•¤•••“Maaf, Nyonya. Saya harus segera pulang, udah sore,” ucap Dinda sembari bangkit dari sofa dalam ruang tamu d

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DINDA DIBURU BU DOKTER

    “Wanita ini yang akan dijodohkan sama aku, Bu,”sahut Gito dengan tersenyum lalu menoleh ke arah Dinda.“Lah, kok bisa? Kenapa ini?” Bu Teti—ibu Gito—semakin heran dengan ucapan putranya. Wanita separuh baya ini pun mempersilakan Dinda untuk duduk. Wanita muda berpakaian lusuh ini duduk dengan hati-hati karena sedikit merasa nyeri di luka lututnya setelah berusaha kabur barusan.“Dek Dinda ini, yang akan dijodohkan dengan aku. Barusan aku tolong, dia lari ketakutan dari panti. Kayaknya di antara penghuni panti ada yang disusupi siluman yang buru dia ini,” jelas Gito yang buru-buru mengintip dari balik tirai ke arah jalan sambil menunjuk ke arah Dinda.Gito barusan dengar suara Bu Lastri dan dokter yang merawat luka Dinda sedang menuju arah teras. Pria muda ini merasa ada ‘sesuatu’ dengan dokter wanita yang telah jadi dokter tetap untuk asrama putri.“Dek, Mas antar ke ponpes, aja,” ucap Gito lirih lalu berlari ke arah kamar mengambil jaket, senter, sarung dan juga dua pasang kaus tang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DITAKDIRKAN DISUKAI JIN

    “Siapa yang menzalimi Mbak Dinda? Kami berusaha agar gak membahayakan orang lain,” sahut Bu Dokter bernada jengkel karena merasa tersinggung dengan perkataan Pak Kiai.Seisi ruangan seketika menoleh heran ke arah Bu Dokter, sedang Pak Kiai hanya tersenyum penuh arti. Gito cepat tanggap dengan jetikkan jari tangan Pak Kiai, dia segera masuk lalu kembali membawa botol bekas sirup.Ketiga wanita di hadapan mereka keheranan melihat yang dibawa Gito. Kedua pria tersebut segera melafazkan doa dan zikir. Mereka khusyuk melakukannya, hingga tiba-tiba terdengar suara lengkingan dari mulut Bu Dokter.“Aach ....!”Tubuh wanita berjas putih tersebut kejang sesaat lalu tanpa diduga melayang hingga hampir menyentuh plafon ruang tamu. Tak ada suara maupun gerakan dari Bu Dokter. Tubuh tersebut diam dan melayang bagai kapas.“Astaghfirullah hal azhim!” teriak histeris Bu Teti bersama Bu Lastri.“Bantu baca Al-Fatihah, Ibu-ibu,”saran Pak Kiai sembari mendongak melihat tubuh yang terlentang menghadap p

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DINDA YANG DIBURU

    “Saya minta maaf pada semua. Saya dalam keadaan gak sadar itu. Kasian Mbak Dinda. Ke mana dia?” tanya Bu Dokter sembari menitikkan air mata.Tampak penyesalan dari raut wajahnya dan Bu Teti sekilas memandang permata warna hijau di ujung liontin kalung yang dipakai oleh Bu Dokter. Wanita berumur separo abad ini kenal betul dengan permata tersebut.Bu Teti mengingat hal tersebut sampai Bu Lastri dan Bu Dokter beranjak pulang. Namun, belum juga bisa tahu jawabannya. Akhirnya, saat Gito hendak berpamitan antar Pak Kiai, wanita separuh baya ini baru bisa mengingat soal permata hijau.“Le, Ibu tadi liat permata hijau di liontin Bu Dokter barusan,”ujar Bu Teti pada anak semata wayangnya ini.“Emang kenapa, Bu?” tanya Gito sembari melihat Pak Kiai yang sudah menunggu di dekat motor.“Itu milik yang punya rumah kosong dekat warung Bu Hesti,” ungkap Bu Teti yang seketika membuat Gito terperanjat.“Hah! Kenapa ada di Bu Dokter? Entar kita bahas. Aku mau antar Pak Kiai dulu. Assalammu’alaikum,” k

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28

Bab terbaru

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SEMUA BERAWAL DAN BERAKHIR

    “Apaan ini? Panas sekali. Kurang ajar! Kamu mau mengusirku?” tanya Mustafa dengan amarah. Jin tersebut merasakan sekujur tubuh bagai dibakar api dan tak terima. Kemudian sebelum pergi karena rasa panas bara api semakin tak tertahan melayangkan pukulan ke arah Gito.“Aduh ... apa ini? Kepala Mas kayak ada yang mukul,” ucap Gito sambil mengelus bagian di atas telinga yang terasa linu dan perih.“Aneh! Sini aku liat!” Dinda segera mendekat lalu mengamati bagian kepala Gito. Dengan jemarinya wanita muda ini menyibak helaian rambut pelan-pelan.“Aduh, jangan pegang itu!” seru Gito saat Dinda meraba bagian atas telinga bagian kanan, tampak ada luka dan benjol.“Aku ambilin obat tawon dulu, Mas,”ucap Dinda langsung bangkit lalu mengambil obat tersebut di kotak obat.Dinda segera mengobati benjolan dan luka di kepala sang suami. Mereka tak menyadari bahwa hal-hal ganjil yang selalu terjadi adalah hasil perbuatan Mustafa. Tentu saja tak mengurangi romantisme di antara keduanya. Sementara itu,

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    MUSTAFA BIKIN STRATEGI

    “Liat aja! Kalo kamu sepelekan ucapanku. Menantumu itu bukan wanita biasa. Perlu dibikinkan ritual khusus. Biar suaminya gak mati. Kamu paham?”“Sampe segitunya, Mbok. Kok mengerikan,” ucap Bu Teti dengan kedua mata tak berkedip.“Maka dari itu, Tuan Mustafa ingin menjaganya.”“Aku benar-benar gak nyangka, Mbok. Secepatnya, aku ajak Dinda ke sini. Terus sekarang gimana?” tanya Bu Teti sembari melongok keluar melihat arah rumah.Tampak pintu rumah dan jendela sudah terbuka. Hati Bu Teti lega, rupanya Gito dan Dinda dalam keadaan baik-baik saja.“Udah diatasi Tuan. Buruan pulang! Bisa diambil menantumu oleh Tuan Mustafa,” ucap Mbok Wo sembari tertawa terkekeh-kekeh.Wanita tua ini baru saja mendapat bisikan dari Mustafa, cara membangunkan pasangan pengantin tersebut. Bu Teti memandang heran ke arah wanita renta di hadapannya yang terus menerus tertawa. Padahal tak ada pembicaran lucu di antara mereka.Sesaat sebelum Mustafa datang berbisik kepada Mbok Wo. Jin tersenyum baru mendapat seb

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DINDA BUKAN WANITA BIASA

    Suasana berubah mencekam. Angin berembus kencang membawa butiran salju. Pengantin baru ini segera beranjak meninggalkan tempat. Motor dipacu Gito dengan kencang untuk menghindari hujan angin yang seakan-akan mengejar mereka.Dinda menggigil ketakutan, langsung mendekap erat suaminya. Segala doa terlantun dari bibir mereka. Gito merasa keadaan yang tiba-tiba berubah bukan sesuatu yang normal. Apalagi dia dan juga Dinda merasakan bulu kuduk berdiri sejak awal kejadian.“Alhamdulillah, moga gak sampe sini. Aneh gitu, ya. Hujan angin tiba-tiba,” ucap Dinda setelah mereka hampir sampai rumah, tinggal beberapa meter lagi.“Iya, Dek. Baca doa aja.”Dinda memeluk pinggang Gito semakin kencang. Beberapa menit kemudian, mereka pun telah sampai rumah. Acara kenduri telah dimulai dengan Pak Kiai sebagai pemimpin doa. Gito menaruh motor di luar gerbang karena halaman sudah dipenuhi kendaraan para undangan.Pengantin baru ini lalu melangkah ke arah samping. Mereka masuk rumah lewat pintu belakang“

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    RASA CEMBURU MERUSAK

    “Enggak. Cuma mau bilang, nanti sore ajak menantumu ke rumah,” jawab Mbok Wo sembari melihat keluar lewat kaca jendela yang dibuka tirainya oleh Bu Teti.“Wah, gimana, ya. Nanti sore sampe malam ada acara syukuran di sini, Mbok,” ucap Bu Teti kebingungan.“Terserah kamu. Mau menantumu sembuh, gak?” tanya Mbok Wo sambil memandang sinis ke arah Bu Teti.Wanita separuh umur ini jadi bingung karenanya. Suatu situasi yang sulit, dia dan Dinda harus ada di saat acara karena pihak yang punya hajat, alasan apa yang akan dipakai pada Gito?“Kalo besok saja gimana, Mbok? Sekalian belanja ke pasar,” ucap Bu Teti dengan takut-takut.Dia khawatir wanita renta di hadapannya murka karena telah dibantah perkataannya. Mbok Wo berpikir sejenak, mengerti dengan situasi yang harus dihadapi Bu Teti. Apalagi mereka hidup bertetangga, kalau pun kedua wanita jadi ke rumahnya di saat hajat, biar dicurigai warga, terutama anak Bu Teti.“Yodah, Kamu ambil baju mantumu, biar aku kasih Tuan Mustafa. Baru besok ka

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    PERMINTAAN ANEH

    Dinda yang sedang mempersiapkan makanan untuk Gito, ikut merenung, menyangkutpautkan hal yang terjadi dengannya. Dia merasa ada ‘sesuatu’ antara mandi ramuan yang disuruh padanya dengan pemilik kontrakan. Semua bersumber dengan orang yang sama, yaitu Mbok Wo.“Mbok Wo masih bersodara dengan pemilik rumah?” tanya Gito sambil melihat ke arah ibunya dan ditanggapi gelengan kepala oleh Bu Teti.“Kok bisa tau, kalo rumah itu akan dikontrakkan?” tanya Gito yang belum puas dengan tanggapan sang ibu.“Mungkin nih. Mbok Wo tau kalo rumah itu udah lama gak dihuni. Sejak pemiliknya punya rumah sekaligus toko di pinggir jalan,” jawab Bu Teti dengan santai.“Aku yang malu, Bu. Rumah gak disewakan dan tiba-tiba aku datang tanya soal harga. Kata Ibu, ditunggu pemilik di rumah kontrakan. Kok bisa?” ucap Gito dengan menggelengkan kepala.“Terus gimana, Mas? Gak jadi dapat kontrakan dong,” sahut Dinda sambil meletakkan piring di hadapan sang suami.Gito yang mendapat pertanyaan dari Dinda, hanya tersen

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    BERSUMBER YANG SAMA

    “Semoga keinginan Tuan segera tercapai,” ucap Bu Teti sambil menghampiri Mbok Wo yang sedang duduk di kursi ruang tengah.“Pantas aja, Tuan Mustafa percaya padamu,” balas Mbok Wok tersenyum memperlihatkan deretan gigi-gigi bernoda getah kinang.Bu Teti tersenyum lebar mendapat pujian dari Mbok Wo. Kedua wanita ini berbicara akrab dengan diselingi tawa sambil menunggu Dinda keluar dari kamar mandi. Tak berapa lama, wanita muda yang ditunggu telah keluar dengan tubuh lebih segar. Mbok Wo terkekeh-kekeh menghidu bau khas yang menguar dari tubuh Dinda.Dari bau ini, Tuan Mustafa bisa gampang mengenalinya, batin wanita tua dengan bibir dan deretan gigi dipenuhi noda merah kinang. Mbok Wo mencari-cari paidon [tempat ludah] yang terbuat dari kuningan. Namun, tak dijumpainya. Bu Teti yang memperhatikan perilaku wanita tua ini segera bertanya,”Mencari apa Mbok?”“Paidonku,”jawab Mbok Wok masih sibuk memadai seisi ruangan lalu bangkit perlahan dengan bantuan tongkat ke arah ruang tamu.“Saya g

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    TAKTIK JITU MEREKA

    Tanpa disangka dari arah depan datang santri baru yang seketika mendatangi Mustafa yang duduk di atas atap toilet. Keduanya pun menghilang di depan kedua mata Pak Kiai. Yang lain tak melihat kejadian barusan.Oh, ternyata, jin juga, ucap Pak Kiai dalam hati.Pria tua ini, diam-diam berniat ngobrol empat mata dengan santri baru tersebut. Setahu pria bersorban tersebut, jika ada jin yang berniat belajar di ponpes, biasanya akan pergi jika ilmunya sudah tuntas. Pak Kiai merasa ada harapan untuk bertemu dan melaksanakan niatnya.Tak terasa pria berjenggot putih tersebut tersenyum. Ada banyak pertanyaan yang ingin disampaikan kepada santri baru yang sepertinya cukup disegani oleh jin bandel itu. Pak Kiai hanya berharap bisa segera bertemu dengan sosok tersebut. Tak terasa, ufuk timur telah merekah. Aktivitas penghuni ponpes semakin sibuk, terutama bagi kaum wanita karena Dinda diurus oleh ponpes dan tentu saja dibantu pihak panti. Pak Kiai segera menuju rumah utama untuk bersiap-siap.Tep

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SAAT GAGAL MAIN PETAK UMPAT

    Hati Pak Kiai mengisyaratkan bahwa Pak Brahim telah ‘pergi' dan tak mungkin kembali. Namun, hal tersebut hanya disimpan dalam hati saja. Oleh karena hanya sekadar firasat dan perlu pembuktian secara nyata.Persiapan pernikahan telah dimulai, meski hanya acara kalangan keluarga saja. Namun, tentu saja mengikutsertakan para santri dan santriwati ponpes. Semua pelaksanaan proses pernikahan diadakan di ponpes karena memang ijab kabul diadakan di sana juga.•••°•••°•••Hari H PernikahanDari semalam, Dinda dan Gito mengadakan pengajian di tempat berbeda. Dinda mengadakan pengajian di panti asuhan, sedangkan Gito mengadakan acara tersebut di rumahnya. Pengajian pihak calon mempelai wanita sengaja dilakukan di panti asuhan, dengan maksud untuk membersihkan tempat tersebut dari aura negatif. Itu pun atas saran Pak Kiai karena mengingat Dinda sering kesurupan di sana.Pagi ini, dari selepas Subuh, calon mempelai wanita telah dirias dan selalu didampingi seseorang dalam setiap geraknya. Mes

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    YANG HILANG TANPA JEJAK

    “Alhamdulillah, sudah sadar. Ayo buruan wudu, persiapan salat Magrib,” imbau Pak Kiai tetap dengan senyum tipis lalu berucap,”Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”“Wa’alaikumussalam.”Selepas kepergian Pak Kiai, Bu Ketua segera masuk kamar menghampiri kedua wanita asuhannya. Dinda yang baru saja siuman, untuk sesaat seperti orang linglung. Sang teman segera memberi air mineral kepadanya. Sementara itu, Bu Ketua mengusap air mata karena haru.Wanita separuh baya ini benar-benar dibuat kalang kabut saat Dinda pingsan setelah dirukiah. Wanita muda ini pingsan lama. Hingga membuat Bu Ketua kepikiran ada hal buruk yang menimpa Dinda dan dia bisa jadi tertuduh jika kemungkinan terburuk terjadi.“Alhamdulillah. Ya, Allah. Ibu sempat cemas barusan. Bahkan berniat panggil ambulans segala,” ucap wanita pengasuh asrama putri ini segera memeluk Dinda.“Terima kasih. Jadi bingung, kenapa sering begini,” ucap Dinda selepas Bu Ketua mengurai pelukan.Wanita muda ini mencium tangan Bu Ketu

DMCA.com Protection Status