Afnan sesaat terdiam, ia menatap intents Lathisa yang masih menatapnya.“Maksudmu?” Afnan mengeryitkan dahi.“Ya, mungkin saja, kamu punya masalah, aku siap mendengarkan apapun masalahmu,” balas Lathisa, berharap Afnan jujur mengenai kembalinya Keyra.“Tidak ada, aku tidak ingin membebani apapun masalahku, Thisa.” Afnan mendorong kursi roda dan membawa Lathisa kembali ke kamar untuk berkemas.Setelah berkemas, dan menyelesaikan administrasi, Afnan membawa Lathisa pulang ke rumah vila perkebunan.Angin sejuk memasuki jendela kamar palvilium, wangi aroma mawar terhirup, untuk sesaat Lathisa menikmatinya, dan menatap Afnan yang meraih laptopnya dan duduk di kursi depan meja.“Gus, tidak ke kantor?”“Ini hari pertama kamu kembali ke rumah, jadi aku akan bekerja dari rumah, lagi pula hari ini tidak ada meeting dengan klien,” sahut Afnan, masih serius menatap laptopnya.Bibir Lathisa terukir senyum bahagia, perhatian Afnan pada dirinya membuatnya tersanjung. Ia pun merebahkan diri di sofa
Afnan menaiki mobil jeep, disampingnya sudah ada Lathisa, sambil terisak.“Maafkan atas keegoisanku Gus, ini juga mungkin pengaruh dari kehamilanku.”“Kami sudah memenuhi keinginanmu Lathisa, jadi jangan jadikan itu beban, nikmati waktumu dan jaga kesehatanmu, itu yang terpenting.” Afnan melajukan sedang mobilnya menjauh dari kediaman Keyra.”Dan satu lagi, kematian tidak ada yang tahu, itu rahasia terbesar dari Allah,” ujar Afnan sekali lagi yang membuat Latihisa diam seribu bahasa.Sementara Keyra masih tersedu, ia duduk di atas tempat tidur sambil memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya.“Non, Mbok mendengar semuanya, sabar ya Non...” hibur Mbok Sum, lalu wanita tua itu duduk sambil mengusap kepala Nonanya yang terlihat kecewa dan sedih, Keyra menghambur memeluk Mbok Sum, hanya asisten rumah tangganya yang tahu bagaimana keadaannya hatinya, wanita sepuh yang selalu mengenakan kebaya dan jarik itu, selalu ada disamping Keyra disaat ia sedang sedih.Aku sudah ikhlas berbagi sua
Keyra terdiam sesaat setelah Dokter menyatakan jika ia hamil.“Apakah benar Dok, saya hamil?” tanya Keyra, seakan tidak percaya dengan pernyataan dokter, seraya meraba perut datarnya itu.“Iya, untuk memastikan berapa usia kehamilan Nyonya, kita akan melakukan USG.”“Baik Dok.”Senyum bahagia langsung mengembang diwajah Keyra, hal dianggap tidak mungkin terjadi, kini terjadi, seorang bayi akan lahir dari rahimnya. Keyra menuruti perkataan dokter, ia pun memasuki sebuah ruang pemerikasaan, untuk melakukan USG.“Usia kehamilan Nyonya, baru menginjak 4 minggu, banyak istirahat ya Nyonya,” saran Dokter. “Saya pasti akan menjaga janin ini Dokter.”Netra Keyra berkaca-kaca, rasa haru yang ia rasakan, kehadiran bayi yang dinantikan kini ia mendapatkannya, ada buah cintanya bersama Afnan dalam rahimnya.Tiga puluh menit berlalu, banyak sekali yang Keyra tanyakan tentang kesehatan ibu hamil pada Dokter, ia bergitu antusias menyambut sang bayi, setelah konsultasi dan menebus beberapa vitamin,
“Saya yang akan memberitahukan kabar gembira ini,” ucap Lathisa lagi dengan tersenyum.“Baik Nyonya,“ jawab Dokter.Sepulang dari rumah sakit Lathisa langsung beristirahat di palvilium, terlihat Afnan sedang berbicara dengan beberapa staf perkebunan di rumah utama. Selesai rapat dengan staf, Afnan menemui Lathisa.“Thisa bagaimana keadanmu dan bayimu, waktu persalinanmu kurang menghitung hari, aku harap tidak ada masalah?” tanya Afnan.“Aku dan bayi sehat Gus, kamu jangan khawatir, kata Dokter aku tidak boleh terlalu memikirkan beban berat, aku harus bahagia, dan kamu tahu ‘kan kebahagianku adalah bersamamu,” Lathisa berjalan ke arah Afnan, dan memeluknya.Demi rasa bahagia wanita yang tengah mengandung anaknya, Afnan pun membalas pelukan Lathisa.“Aku akan membeli perlengkapan bayi, begitu banyak masalah hingga kita melupakannya, untuk kamar aku sudah siapkan di rumah utama. Setelah kamu melahirkan tinggallah di rumah utama, aku juga sudah siapkan kamar untukmu,” Afnan berucap sambil
Kini Keyra menatap dua buah mangga muda di atas meja, Mbok Sum sudah mengupasnya.“Ini ibu hamil, silahkan di makan,” Mbok Sum berucap sambil menyodorkan irisan mangga muda di depan Keyra.Keyra tersenyum, diraihnya potongan mangga dan di santapnya dengan lahap. “Tuan Afnan, pasti senang jika tahu Non keyra hamil,” sela Mbok Sum.“Belum waktunya Mbok, aku tidak mau membuat Kak Afnan bingung, sebentar lagi Lathisa akan melahirkan, jadi Kak Afnan, harus lebih fokus pada Lathisa,” balas Keyra.“Mbok nggak menyangka, Non Keyra bisa berpikiran luas seperti itu, sabar, menghadapi hal seperti ini, surga menantikanmu Non...”Keyra menitikan air mata, dalam hatinya ia sangat sedih, keikhlasannya disambut berbalik pada keputusan Lathisa yang tidak mau berbagi suami, dan entah sampai kapan. Rasa cintanya pada Afnan, ternyata membuat dirinya lemah.***Lathisa berada di ruang persalinan, setelah dokter berbicara dengan Afnan, dan menyarankan jika Lathisa harus menjalani persalinan lewat operasi
Di rumah minimalis sederhana, Keyra termenung, rasa mualnya semakin berkurang, tidak seperti minggu–minggu yang lalu, ia juga merasakan tubuhnya sangat sehat, dan lebih besar nafsu makannya, walau kadang-kadang ia menginginkan camilan yang masam-masam, dan yang direpotkan adalah Mbok Sum, wanita renta itu dengan sabar mencarikan keinginan Keyra yang sedang nyidam.“Maaf Ya Mbok, merepotkan Mbok Sum, harus cari asinan siang-siang begini.”“Ah, nggak apa-apa Non,“ sahut Mbok Sum, seraya memindahkan asinan di atas piring, lalu memberikannya pada Keyra.Keyra mulai menyuap pelan asinan, wajahnya tampak berbinar, ”enak Mbok, segar,” ujarnya.“Untung nyidam, nggak aneh-aneh Non, dulu waktu Nyonya Nayu hamil Non Key, wah, satu rumah ikutan sibuk Non, mencari makanan khas Jepang sushi, kenang Mbok Sum, sambil tertawa kecil.“Itu sebabanya Mbok, aku sangat menyukai masakan jepang, tapi anakku ini, seperti Kak Afnan, ia lebih menyukai masakan lokal, bahkan cenderung makanan kampung, oh iya Mbok
Afnan, sejak matahari belum terbit sampai matahari hampir tenggelam, masih tertidur di kamarnya, tubuhnya masih lemas dan kadang mual, biasanya masih bisa beraktivitas, tapi kali ini tidak bisa, setiap akan bangkit kepalanya terasa berat, kemudian mual mulai mendera, bahkan nafsu makannya pun tiba-tiba menghilang, indera penciumanya begitu sensitif, bau yang baginya tercium menyengat langsung membuatnya mual.“Assalamu’alaikum, Gus?” suara Mbok Ratmi.“Waalaikumsalam, Mbok. Masuklah!” suruh Afnan.Pintu pun terbuka, Mbok Ratmi masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.“Aduh Mbok aroma apa ini, apa yang Mbok, bawa?”“Ini soto betawi, enak loh Gus , yang masak Neng Lathisa.”“Aduh Mbok, aku tidak suka, kenapa aku sekarang jadi sensitif, aroma masakan, dan bau parfum yang menyengat membikin perutku mual,” gerutu Afnan, memegang perutnya dan menutup hidunganya.”Tolong Mbok bawa keluar, perutku benar-benar mual,” pinta Afnan.“Gus Afnan, seperti wanita hamil saja,” seloroh
Keyra seketika berdiri, “Lathisa apa yang kamu inginkan, aku kasih hati kamu minta jantung.”“Key dengarkan dulu,” Lathisa meraih tangan Keyra.“Setelah kamu bercerai, aku dan Gus Afnan akan menikah, secara hukum negara, dan setelah itu akan menikahimu kembali secara agama.” Lathisa menatap penuh harap, sebaliknya Keyra menatap tajam, dan cenderung menahan tangis.“Itu yang terbaik untuk kita bertiga, Key. Kyai Damarjati juga akan senang karena keinginanya terpenuhi,“ mohon Lathisa.Keyra menghempas tangan Lathisa, sungguh permintaan yang konyol, drama yang tak semestinya ada, tanpa membalas keinginan Lathisa, Keyra langsung melangkah pergi, panggilan Lathisa tidak dihiraukannya, ia terus melangkah kejalan besar dan menyetop taksi, lalu naik dan taksi melaju ke jalanan.Dada Keyra terasa sesak akan permintaan Lathisa, semakin hari ke hari keingian Lathisa begitu menyesakkan hatinya.Keyra memasuki rumah sederhananya, lalu masuk ke dalam kamar, dan ia tumpahkan segala sakit hatinya di