“Jangan menfitnah Kyai Damar jati,” bantah Keyra.“Sudah aku duga, kamu tidak percaya.”“Bagaimana mungkin seorang pembina pesantren, bisa mengenal barang haram seperti itu, walaupun itu hanya untuk mengelabui.”“Itu bukan obat terlarang yang Afnan dan kamu kira, itu hanya tepung yang aku kemas menyerupai obat-obatan terlarang.”Senyum puas terlihat di wajah Elsa, tapi sebaliknya Keyra, wajahnya terlihat menahan amarah, dan tidak menyangka kakek mertuanya dalang dari semuanya demi terwujud memiliki menantu Lathisa sesuai keinginannya.Tanpa berpamitan pada Elsa, Keyra pergi begitu saja, dengan hati yang sangat kecewa.***Keyra saat ini sudah berjalan di lorong rumah sakit, hari sudah menjelang sore, seharusnya ia mengunjungi Lathisa, tapi entah mengapa ia malas sekali.Tapi sekali lagi rasa kemanusiaannya mendorongnya untuk datang menemui Lathisa.Keyra berjalan menuju lift dan berhenti di lantai 3 lalu berjalan mendekati pintu nomor 301.“Assalamu’alaikum.”“Waalaikumsalam.”Keyra y
Satu lawan dua, pertarungan yang tidak seimbang, Afnan berusaha melawan, dan menghindar, kemampuan ilmu beladirinya tidak dapat di anggap sepele, walau dengan tangan kosong ia berhasil melumpuhkan dua preman, tapi naas, luka sayatan di bagian bahu, berhasil ia terima, tapi ia balas preman itu sekali pukulan dan terkapar, hingga Afnan berhasil merebut senjata tajam milik mereka.Dengan cepat Afnan meraih tas yang masih dalam genggaman salah satu preman yang tersungkur di tanah.“Pergi kalian, dan bertobatlah, sebelum kejadian buruk menimpa kalian!” perintah Afnan.Kedua preman pun pergi menaiki montor dan menjauh dari Afnan. Melihat kedua preman pergi, Keyra turun, dan menyusul Afnan.“Kak Afnan terluka.”“Ini semua kerena keras kepalamu yang selalu membahayakan dirimu,” sarkas Afnan, sambil memegang bahunya yang keluar darah.“Ayo kak, kita ke rumah sakit,” ajak Keyra dengan cemas.“Tidak, kamu yang tanggung jawab, mengobati lukaku ini. Ambil kotak obat di dashbord dan obati luka ini
Mbok Ratmi, belum tertidur pikirannya masih melayang pada suara wanita yang bersama Afnan. Satu nama yang dicurigai yaitu Keyra.Apa Non Key sudah kembali? Pertanyaan dalam hati yang menganggu tidur wanita sepuh itu. Haruskah aku bilang pada Neng Lathisa? Tanyanya lagi dalam hati yang membuat wanita itu galau. Ah tidak, lebih baik aku diam, itu hak Gus Afnan, gumamnya dalam hati, Ratmi akhirnya memejamkan matanya dan tertidur.Sementara itu di dalam kamar vila, setelah Keyra berteriak, tubuh Keyra menghambur ke tubuh Afnan, hingga ponsel Afnan terjatuh di lantai, kini kedua tubuh itu terhuyung jatuh di sofa kamar, tangan Afnan, memeluk pinggang Keyra dan tangan Keyra memeluk leher Afnan, mata Keyra terpejam, ketika dua bibir tidak sengaja saling bersentuhan. Perlahan Keyra membuka mata dan menjauhkan wajahnya, serta tubuhnya, tapi Afnan, justru semakin erat memeluknya.“Please, biar seperti ini, aku janji hanya memelukmu sampai tertidur,” bisik Afnan lembut di telinga Keyra membuat
Afnan sesaat terdiam, ia menatap intents Lathisa yang masih menatapnya.“Maksudmu?” Afnan mengeryitkan dahi.“Ya, mungkin saja, kamu punya masalah, aku siap mendengarkan apapun masalahmu,” balas Lathisa, berharap Afnan jujur mengenai kembalinya Keyra.“Tidak ada, aku tidak ingin membebani apapun masalahku, Thisa.” Afnan mendorong kursi roda dan membawa Lathisa kembali ke kamar untuk berkemas.Setelah berkemas, dan menyelesaikan administrasi, Afnan membawa Lathisa pulang ke rumah vila perkebunan.Angin sejuk memasuki jendela kamar palvilium, wangi aroma mawar terhirup, untuk sesaat Lathisa menikmatinya, dan menatap Afnan yang meraih laptopnya dan duduk di kursi depan meja.“Gus, tidak ke kantor?”“Ini hari pertama kamu kembali ke rumah, jadi aku akan bekerja dari rumah, lagi pula hari ini tidak ada meeting dengan klien,” sahut Afnan, masih serius menatap laptopnya.Bibir Lathisa terukir senyum bahagia, perhatian Afnan pada dirinya membuatnya tersanjung. Ia pun merebahkan diri di sofa
Afnan menaiki mobil jeep, disampingnya sudah ada Lathisa, sambil terisak.“Maafkan atas keegoisanku Gus, ini juga mungkin pengaruh dari kehamilanku.”“Kami sudah memenuhi keinginanmu Lathisa, jadi jangan jadikan itu beban, nikmati waktumu dan jaga kesehatanmu, itu yang terpenting.” Afnan melajukan sedang mobilnya menjauh dari kediaman Keyra.”Dan satu lagi, kematian tidak ada yang tahu, itu rahasia terbesar dari Allah,” ujar Afnan sekali lagi yang membuat Latihisa diam seribu bahasa.Sementara Keyra masih tersedu, ia duduk di atas tempat tidur sambil memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya.“Non, Mbok mendengar semuanya, sabar ya Non...” hibur Mbok Sum, lalu wanita tua itu duduk sambil mengusap kepala Nonanya yang terlihat kecewa dan sedih, Keyra menghambur memeluk Mbok Sum, hanya asisten rumah tangganya yang tahu bagaimana keadaannya hatinya, wanita sepuh yang selalu mengenakan kebaya dan jarik itu, selalu ada disamping Keyra disaat ia sedang sedih.Aku sudah ikhlas berbagi sua
Keyra terdiam sesaat setelah Dokter menyatakan jika ia hamil.“Apakah benar Dok, saya hamil?” tanya Keyra, seakan tidak percaya dengan pernyataan dokter, seraya meraba perut datarnya itu.“Iya, untuk memastikan berapa usia kehamilan Nyonya, kita akan melakukan USG.”“Baik Dok.”Senyum bahagia langsung mengembang diwajah Keyra, hal dianggap tidak mungkin terjadi, kini terjadi, seorang bayi akan lahir dari rahimnya. Keyra menuruti perkataan dokter, ia pun memasuki sebuah ruang pemerikasaan, untuk melakukan USG.“Usia kehamilan Nyonya, baru menginjak 4 minggu, banyak istirahat ya Nyonya,” saran Dokter. “Saya pasti akan menjaga janin ini Dokter.”Netra Keyra berkaca-kaca, rasa haru yang ia rasakan, kehadiran bayi yang dinantikan kini ia mendapatkannya, ada buah cintanya bersama Afnan dalam rahimnya.Tiga puluh menit berlalu, banyak sekali yang Keyra tanyakan tentang kesehatan ibu hamil pada Dokter, ia bergitu antusias menyambut sang bayi, setelah konsultasi dan menebus beberapa vitamin,
“Saya yang akan memberitahukan kabar gembira ini,” ucap Lathisa lagi dengan tersenyum.“Baik Nyonya,“ jawab Dokter.Sepulang dari rumah sakit Lathisa langsung beristirahat di palvilium, terlihat Afnan sedang berbicara dengan beberapa staf perkebunan di rumah utama. Selesai rapat dengan staf, Afnan menemui Lathisa.“Thisa bagaimana keadanmu dan bayimu, waktu persalinanmu kurang menghitung hari, aku harap tidak ada masalah?” tanya Afnan.“Aku dan bayi sehat Gus, kamu jangan khawatir, kata Dokter aku tidak boleh terlalu memikirkan beban berat, aku harus bahagia, dan kamu tahu ‘kan kebahagianku adalah bersamamu,” Lathisa berjalan ke arah Afnan, dan memeluknya.Demi rasa bahagia wanita yang tengah mengandung anaknya, Afnan pun membalas pelukan Lathisa.“Aku akan membeli perlengkapan bayi, begitu banyak masalah hingga kita melupakannya, untuk kamar aku sudah siapkan di rumah utama. Setelah kamu melahirkan tinggallah di rumah utama, aku juga sudah siapkan kamar untukmu,” Afnan berucap sambil
Kini Keyra menatap dua buah mangga muda di atas meja, Mbok Sum sudah mengupasnya.“Ini ibu hamil, silahkan di makan,” Mbok Sum berucap sambil menyodorkan irisan mangga muda di depan Keyra.Keyra tersenyum, diraihnya potongan mangga dan di santapnya dengan lahap. “Tuan Afnan, pasti senang jika tahu Non keyra hamil,” sela Mbok Sum.“Belum waktunya Mbok, aku tidak mau membuat Kak Afnan bingung, sebentar lagi Lathisa akan melahirkan, jadi Kak Afnan, harus lebih fokus pada Lathisa,” balas Keyra.“Mbok nggak menyangka, Non Keyra bisa berpikiran luas seperti itu, sabar, menghadapi hal seperti ini, surga menantikanmu Non...”Keyra menitikan air mata, dalam hatinya ia sangat sedih, keikhlasannya disambut berbalik pada keputusan Lathisa yang tidak mau berbagi suami, dan entah sampai kapan. Rasa cintanya pada Afnan, ternyata membuat dirinya lemah.***Lathisa berada di ruang persalinan, setelah dokter berbicara dengan Afnan, dan menyarankan jika Lathisa harus menjalani persalinan lewat operasi