“Saya tahu, Tuan! Kalau saya ini hanyalah seorang pelayan!” Anna menyibak selimut yang menutupi tubuhnyaDengan badan yang goyah, Anna mencoba untuk bangkit dari atas tempat tidur. Diambilnya tas miliknya yang terletak di atas meja, kemudian ia hendak berjalan menuju pintu kamarnya.Sayangnya baru beberapa langkah berjalan tubuhnya sudah limbung. Beruntung ada Ray yang dengan sigap menahan tubuhnya, agar tidak terjatuh ke lantai.“Kau masih sakit, jangan sok kuat!” ejek Ray,Dibopongnya tubuh Anna yang sedang tidak sadarkan diri, lalu dibaringkannya di atas tempat tidur.Bersamaan dengan itu pintu kamar Anna diketuk dari luar. Dan setelah dipersilakan masuk. Begitu pintu dibuka masuklah dokter yang diminta Ray untuk datang.“Astaga, Ray! Kukira kau sedang sekarat, karena kau memintaku untuk cepat-cepat datang ke sini!” ucap dokter itu.“Aku tidak mengatakan, kalau aku yang sakit! Periksalah wanita itu, ia demam!” Perintah Ray.Dokter itu pun menarik napas mendapati sikap dingin Ray, y
“Bukan, seperti itu Tuan!” cicit Anna dengan kepala tertunduk lesu.Ia hanya merasa tidak nyaman saja, kalau hanya tiduran, setelah dirinya libur bekerja selama beberapa hari.Ia tidak ingin dianggap pelayan yang pemalas dan tidak tahu diri, selain itu ia juga tidak ingin membuat pelayan yang bekerja di rumah Ray.“Sekarang kembali ke kamarmu! Apa kau sengaja melakukannya untuk menarik perhatianku?” Tanya Ray dengan nada mengejek.Dengan cepat Anna mengangkat kepala, sambil menggeleng. “Tidak Tuan! Saya akan kembali ke kamar saya dan beristirahat.”Anna membalikkan badan, hendak berjalan kembali ke kamarnya. Namun, karena terburu-buru dan kondisi tubuhnya yang masih lemah. Anna hampir saja terjatuh, karena tergelincir lantai yang licin.Ray dengan langkahnya yang panjang dengan cepat berhasil menangkap Anna, agar tidak jatuh ke lantai.Setelah merasa dirinya mampu berdiri sendiri dengan mantap, Anna melepas tangan Ray yang memeluk pinggangnya.“Terima kasih, Tuan!” ucap Anna.Dengan k
‘Ya, Tuhan! Apakah ini hari senin? Sehingga diriku berulangkali harus mendapatkan kesialan, dengan selalu bertemu pria yang sedingin es dan suka main tuduh kepadaku!’ batin Anna.Melihat Anna yang hanya diam saja dalam rangkulannya. Ray mendorong Anna dengan kasar, sehingga ia jatuh terduduk di lantai.Anna mengangkat wajah memberanikan diri menatap tepat netra Ray. Namun, ia hannya mendapati tatapan yang dingin dan wajah tanpa ekspresi.Anna menjadi takut dibuatnya ia langsung bangkit dari duduknya. Dengan setengah berlari ia menjauh dari Ray.Ia tidak ingin berbicara dengan tuannya itu, karena apa yang dikatakan olehnya selalu saja salah.Sebelum ia berhasil masik kamarnya terdengar suara bariton Ray berkata, “Kalau kau begitu ingin bekerja, antarkan makanan ke ruang kerjaku!”Anna yang sudah memegang kenop pintu langsung tidak jadi memutarnya. Ia membalikkan badan menatap Ray mencari tahu, apakah pria itu hanya sekedar becanda saja, untuk mengerjainya.“Baik, Tuan!” sahut Anna. Nam
“Kau bertanya kenapa? Itu semua, karena mata besarmu yang memohonuntuk kusentuh!” ejek Ray.Setelah mengatakan hal itu Ray berjalan dengan cepat menuju pintu keluar. Mendadak ia merasa gerah berada di rumahnya sendiri.Sesampainya di luar Ray melihat sopir pribadinya yang sedang membersihkan mobil. Dengan dingin ia berkata, “Antarkan saya ke kantor!”Sopir pribadinya pun menghentikan gerakan tangannya membersihkan mobil. Ia, lalu membalikkan badan melihat Ray.“Baik, Tuan!” sahutnya.Dibukakannya pintu mobil untuk Ray, Ray masuk dan duduk di jok belakang. Kedua tangannya terkepal di atas paha, ia masih geram dengan Anna, yang telah mengusik hatinya.Seharusnya, ia tidak terpengaruh sama sekali dengan kehadiran wanita itu. Karena ia menganggap semua wanita itu sama saja mereka pengkhianat.Sesampainya di parkiran perusahaannya Ray, turun dari mobil. Dengan langkahnya yang gagah dan panjang ia berjalan menuju kantornya.Ray bukannya tidak menyadari, kalau ada beberapa pegawai wanitanya
“Diamlah, Anna! Aku tidak akan mengajakmu untuk tidur!” ucap Ray dengan dingin.Anna langsung saja menutup mulutnya dan tidak berani bertanya kepada Ray lagi. Ia pun mengiringi Ray berjalan tepat di belakangnya.Secara mendadak Ray berhenti berjalan, lalu melihat ke arah Anna, dengan tatapan yang tajam.“Berjalanlah di sampingku, Anna!” Perintah Ray.Anna pun berjalan di samping Ray memasuki hotel berbintang tersebut. Dan ia menyimpan dalam hatinya saja rasa herannya, bagaimana Ray disambut dengan sangat ramah dan penuh hormat.‘Siapa sebenarnya tuan Ray ini? Mengapa ia terlihat begitu berkuasa? Bahkan pegawai hotel ini terlihat hormat kepadanya,’ batin Anna.Seorang pria dengan setelah jas bergegas mendatangi ke arah Ray dan Anna. Melihat penampilannya, sepertinya pria itu pimpinan dari hotel tersebut.“Maaf, kami tidak tahu, kalau Tuan akan datang,” ucap pria itu.“Tolong siapkan makan siang di ruang pribadiku!” sahut Ray singkat.“Baik, Tuan!” sahut pria itu, yang sudah mengenal
“Kau pikir siapa dirimu berani bertanya seperti itu? Tahu darimana kau tentang mantan istriku?” Bentak Ray dengan suara mendesis menahan amarah.Ray memukul meja yang ada di depannya, lalu bangkit dari duduk. Ditatapnya Anna dengan tajam, sehingga membuat tubuh wanita itu bergetar takut.Anna menggigit bibir untuk mengusir rasa takutnya. Ia menyadari sudah lancang bertanya, seperti tadi kepada Ray.Dipejamkannya mata berharap, ketika ia membukanya kembali ini semua hanyalah mimpi buruk saja.Begitu ia membuka mata dilihatnya Ray sudah tidak duduk di hadapannya lagi. Anna pun mendesah lega karenanya.‘Ya, Tuhan! Apa yang harus kulakukan, agar bisa terbebas dari situasi ini?’ batin Anna.Anna bangkit dari duduknya, lalu dilihatnya di sekitar ruangan tersebut. Sepi! Tidak ada siapapun terlihat hanya dirinya sendiri saja.Merasa kehadirannya tidak dibutuhkan lagi, karena Ray saja pergi meninggalkannya begitu saja.Anna berjalan menuju pintu, tetapi ketika ia akan memutar kenop pintu. Pint
“Ray! Itu kamu, bukan?” Tanya sebuah suara berat memutus suasana romantis antara Anna dan Ray.Dengan santai Ray melepaskan pegangannya di dagu Anna, lalu memindahkan tangannya ke pinggang wanita itu.Dengan pelan dan tenang ia membalikkan badan menghadap ke arah pria yang sudah memanggil namanya.“Halo, Bob! Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Ray dingin.Pria itu tertawa kecil dan melihat Ray dengan kening dikerutkan. Ia tahu, kalau Ray pasti hanya berpura-pura saja tidak mengetahui apa yang dilakukannya di tempat ini.Pria itu mengalihkan tatapannya kepada Anna yang berdiri di samping Ray. Ia menyipitkan mata, untuk memastikan penglihatannya.“Wah, wanita baru Ray? Ia terlihat, seperti putrimu sendiri. Berapa selisih usia kalian? Kau harus bersikap posesif kepadanya, maklum ia masih muda dan cantik. Bisa-bisa kekasihmu ini akan lari bersama dengan pria muda yang seumurannya!” Sindir pria yang bernama Bob itu.Ray menggertakkan giginya, tanpa sadar genggamannya di tangan Anna menge
“Kenapa kau berpikir, kalau aku ingin tidur denganmu?” Tanya Ray dengan nada suara dingin.Anna dengan cepat menggelengkan kepala. Lagi-lagi terjadi salah paham antara dirinya dengan Ray.“Anda salah mengerti, maksud saya apakah kita tidak pulang ke rumah?” ucap Anna.Ray mendengus, ia berjalan menuju kulkas mini yang ada di kamar mereka. Diambilnya botol bir dan langsung menenggak isinya sampai tandas.Ia, lalu melihat ke arah Anna dengan tajam. “Satu jam lagi kita akan berangkat ke pesta! Bersiaplah!”Anna mengangguk, ia lalu berjalan menuju kamar mandi. Anna memutuskan untuk menggunakan fasilitas kamar mandi yang ada di kamar tersebut.Ia mengisi bathub dengan air hangat dan setelah dirasanya cukup. Ia memasukkan sabun cair ke dalamnya, sehingga batahub tersebut dipenuhi oleh busa sabun.Setelahnya, ia menceburkan dirinya ke dalam bathub tersebut. Digosoknya badan dengan lembut, sambil memejmkan mata.‘Apa yang harus kulakukan di pesta nanti? Bagaimana, kalau tuan Ray meninggalkank