Share

Awal Mula

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hingar bingar kelab malam membuat Pras nampak jengah. Namun, dia tidak bisa menolak ajakan atasan dan kliennya untuk menghabiskan malam mereka di sini, di sebuah kelab eksklusif yang tidak sembarang orang bisa masuk.

Bibir gelas minuman beralkohol itu saling beradu merayakan kesuksesan mereka.

Pras terpaksa menenggak alkohol dan pura-pura tersenyum padahal tenggorokannya terasa terbakar dan seketika perutnya mual.

Saat pesta akhirnya usai, Pras menjadi satu-satunya orang yang masih sadar. Dia mengurus para atasan dan kliennya yang mabuk, memesan taksi satu per satu untuk mereka.

“Hah, menyebalkan,” rutuk Pras setelah berhasil membopong klien terakhirnya yang bertubuh gemuk ke dalam taksi. Bau alkohol yang menguar dari mulut kliennya membuat kepalanya pusing.

Kini Pras berdiri sendiri di lobi kelab. Dia memeriksa ponselnya. Sudah pukul tiga dini hari. Namun, Andini bahkan tidak menanyakan keberadaan dirinya.

Ada sedikit rasa kecewa di hati Pras. Sebenarnya dia ingin Andini peduli, dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Perkenalan

    Jantung Ratih berdegup semakin kencang seiring dengan tubuhnya yang melangkah ke dalam gedung Star TV. Dia memegang dompet hitam kulit itu erat-erat.Dompet ini akan menjadi pembuka jalan baginya untuk berkenalan dengan pria yang sudah menolongnya.Setelah menukar kartu identitas di lobi, Ratih melangkah masuk ke lift.Dirinya semakin gugup. Siapa sangka pria yang menyelamatkannya adalah direktur utama Star TV!Sekilas, Ratih kembali memperhatikan kartu nama yang tersimpan di dompet itu.“Surya Purnama,” gumamnya. Pintu lift menutup perlahan. Namun karena saking gugupnya, Ratih lupa menekan tombol lantai sehingga lift itu hanya diam di tempat.Sampai akhirnya pintu lift kembali membuka. Ratih menengadah dan pupil matanya langsung membulat, melihat kemunculan pria penyelamat dirinya!Pandangan mereka saling beradu.Dahi Pras mengernyit karena dua hal. Satu, dia mendapati ada orang di dalam lift yang tidak bergerak, dan dua, dia seperti pernah melihat wajah perempuan ini.Pras coba mem

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Ciuman Pertama

    Hujan di luar malah semakin lebat. Kilat berkali-kali menggelegar membuat Pras mendesah pelan.“Kalau begini caranya bisa-bisa aku enggak pulang,” gumamnya, duduk di kursi kecil di kamar kosan Ratih yang begitu sederhana. Tapi sebenarnya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan karena toh Andini tidak peduli.Tiba-tiba ada satu pesan masuk di ponsel Pras. Dari Andini.‘Belum pulang?’‘Terjebak macet.’‘Oh, baiklah.’Pesan selesai. Dia ingin Andini cemas, cemburu atau marah sekalian. Tapi kalau Andini melakukan semua itu, besok pasti turun salju.“Kenapa, Mas?” Ratih muncul. Perempuan itu mengenakan kaos dengan celana pendek, menyajikan semangkuk mi instan di hadapan Pras. Wangi mi yang menggoda langsung membuat perutnya tambah keroncongan.“Bukan apa-apa,” Pras menarik mangkuk mi ke dekatnya. Ratih menarik satu kursi kecil lagi dan duduk di hadapan Pras. “Selamat makan!” Dia berujar riang. Jarang-jarang dia punya teman makan seperti kali ini.“Kamu betah tinggal di sini?” Pras memperha

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Permintaan Maaf

    Kilatan petir membelah malam, memberi penerangan singkat di kamar kosan Ratih yang gelap.Di saat yang bersamaan, kedua pupil mata Pras melebar. Napasnya tertahan dan tubuhnya seolah membeku. Ciuman itu mendarat di bibirnya.Pras bisa merasakan basahnya lidah Ratih yang coba masuk ke dalam mulutnya.‘Astaga, dia sudah gila!’ Pekik Pras dalam hati.“Ratih!” Pras menyentakkan tubuhnya, mendorong Ratih agar menjauh. Terdengar suara gedebum pelan, tapi Pras tidak tahu pasti apa yang terjadi.Cepat-cepat Pras bangkit. Napasnya terengah-engah sambil meraba saku celananya, mengambil ponsel.Sinar dari ponsel itu menerangi Ratih yang terjerembab ke sudut ruangan. “Kamu sudah gila ya?!” ucap Pras lagi.Bibir Ratih bergetar, gurat wajahnya terlihat menahan tangis. Hah, Pras jadi tidak tega. Dia merasa sudah keterlaluan karena mendorong tubuh Ratih dengan keras. Tapi, Pras syok! Perempuan itu mencium dirinya!“Ma-Maafkan aku, Mas Pras…aku…aku…” Kepala Ratih tertunduk. Dia tidak mampu melanjutkan

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Kesempatan Ratih

    Pras merenggangkan dasi yang sedari tadi melilit kerah bajunya, membebaskan lehernya seraya menggerakkannya ke kiri dan ke kanan. Dia berjalan menelusuri ruangan-ruangan karaoke yang kedap suara menuju ke toilet.Kali ini, Pras tidak bisa menolak ketika atasannya minta ditemani ke sebuah tempat karaoke eksklusif. Begitu Pras berbelok di ujung selasar, bola matanya langsung beradu dengan wajah yang terkejut.“Lho, Ratih?” Pras tidak menyangka akan bertemu dengan wanita ini sambil memperhatikan seragam yang dikenakan Ratih. “Mas Pras?” Ratih juga tidak kalah kaget.“Kamu kerja di sini? Katanya kamu kapok kerja di kelab malam?” Tanya Pras lagi.Ratih membenarkan tag namanya. “Ini bukan kelab malam, Mas. Tapi tempat karaoke. Lagian, di sini aku jadi kasir. Aku butuh uang tambahan untuk melunasi utangku.”“Penawaranku masih terbuka,” sahut Pras.Ratih menggeleng pelan. “Aku enggak enak, Mas. Mas Pras sudah banyak membantuku. Lagian, aku masih merasa bersalah soal semalam…”Pras mendesah

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Jadi Simpanan

    “Aduh…” Pras mengerang pelan. Kepalanya begitu sakit saat dia membuka kedua matanya. Pandangannya sedikit berkunang-kunang sampai akhirnya dia menyadari dirinya berada di tempat yang asing.‘Tidak, ini bukan tempat asing,’ Pras membatin panik. Bola matanya melebar begitu melihat tubuh polosnya dari balik selimut.Lagi-lagi Pras terkejut saat seorang wanita tertidur di sampingnya. ‘Gila! Apa yang kulakukan di sini?! Kenapa aku ada di kamar kosannya Ratih?!’ Kepala Pras semakin berdenyut saat dia mencoba mengingat kejadian semalam.Semua terasa samar. Dia dipaksa menenggak minuman oleh bosnya lalu setelah itu ingatannya seakan hilang.Pras kembali menoleh ke samping. Jantungnya berdebar kencang dengan kehadiran Ratih yang masih terlelap. Tubuh wanita itu hanya dilapisi selimut.Cepat-cepat, Pras menyibakkan selimut. Namun saat dia hendak turun dari ranjang, satu kejutan kembali menghantam dirinya. Ada bercak darah di sprei berwarna krem ini.“Ahh, shit!” Pras menggumam sambil memijat k

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Satu Rahasia Lagi

    Semilir angin berembus masuk melalui pintu ruang tamu yang terbuka lebar. Hawa panasnya membuat pelipis Andini berkeringat.Selain itu, dirinya terus menahan gejolak amarah di dada selama mendengar kisah perselingkuhan mendiang suaminya dengan perempuan yang sedang duduk di hadapannya ini.Selama ini, Pras sudah membodohinya habis-habisan! Pria itu pasti tertawa senang dalam hati setiap melihat dirinya yang tolol, yang tidak mengetahui apa-apa, yang merasa Pras adalah suami yang setia.Ratih menelan ludahnya sesaat. Teh yang dihidangkan untuknya bahkan sudah habis.“Setelah mengetahui diriku hamil, Mas Pras berjanji akan menikahiku. Apalagi saat dia tahu aku mengandung anak perempuan. Kupikir itu hanya bualan belaka, tapi ternyata dia benar-benar menepati janjinya. Setahun kemudian, kami menikah secara siri,” terang Ratih, mengusap lehernya yang berkeringat.Andini mendengus. “Lantas, kenapa kalian bercerai? Bukankah kalian saling mencintai, hah?” Andini berujar dengan sarkas.“Asal B

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Pertemuan Kembali

    Dari kejauhan, jantung Andreas berdebar sedikit lebih cepat. Sedari tadi, dirinya tidak fokus karena mengamati gerak-gerik Andini. Suara orang-orang yang sedang berbicara dengannya kini terdengar seperti angin lalu.Di pikirannya hanya ada Andini. Dia begitu bersemangat sekaligus gugup ketika bertemu dengan wanita itu lagi.Andreas akhirnya menjauh dari orang-orang itu. Dia melangkah pelan mengikuti pergerakan punggung Andini.Sampai akhirnya wanita itu berdiri di tepat di depan lukisannya, Andreas memberanikan diri mendekat.Butuh beberapa detik baginya untuk mengumpulkan keberanian, menyusun rangkaian kata-kata yang hendak dia lontarkan dari mulut ini.“Kamu menyukainya?” ucap Andreas pada akhirnya.Tubuh Andini berputar. Andreas bisa menangkap raut wajah Andini yang terperangah kaget. Pupil matanya melebar dengan mulut yang menganga.“Aku bukan hantu, jadi jangan kaget begitu,” canda Andreas.“A-Andreas?” Andini terbata. Kini matanya mengerjap-ngerjap tidak percaya.“Hai,” dengan c

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Merindukan Tubuhmu

    Ciuman mereka bergulir liar. Punggung Andini perlahan menyentuh permukaan ranjang. Dari atas, Andreas menghimpit tubuhnya yang hanya dibalut pakaian dalam.Andini mendesah di tengah lumatan bibir Andreas. Tubuhnya menggeliat, merasakan darahnya yang mengalir deras. Dadanya berdentum-dentum hebat begitu tangan Andreas menggerayangi setiap lekukan tubuhnya.Andreas menjauhkan bibirnya saat mereka mulai kehabisan napas. Dia menyangga tubuhnya yang atletis itu dengan kedua lengan agar tidak menindih tubuh Andini.Tatapan mereka saling beradu penuh gairah. Deru napas kedua insan itu saling menyapu wajah masing-masing.“Astaga, aku begitu merindukanmu…kamu enggak tahu rasanya aku seperti orang gila, memikirkanmu setiap hari,” ibu jari Andreas menyapu pipi Andini yang hangat dan merona.“Kenapa kamu baru muncul sekarang?” Andini berujar, menatap bola mata abu yang hangat itu.“Aku mencari waktu yang tepat, Sayang…” desis Andreas. Lantas ujung hidung pria itu menempel di pipi Andini, menyesap

Bab terbaru

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Rahasia Selamanya (END)

    “Mas Pras?!”“Ratih?!” Pras melonjak kaget ketika melihat sosok Ratih yang muncul dari balik pundaknya. “Se-sedang apa kamu di sini?!”Pandangan Ratih melirik sekilas ke arah Andini serta Andreas yang tertawan di tengah pondok. Matanya terbelalak kaget. Apalagi Ratih bisa mencium bau bensin yang menyengat.“Mas, jangan bertindak gila. Ayo, kita pulang sekarang,” Ratih bergerak mendekat, memandang Pras dengan memohon. Kedua tangan dingin wanita itu meraih tangan Pras.Namun Pras langsung menepisnya. “Pulang? Sudah kubilang, aku akan menghabisi mereka dulu, Tih. Setelah itu, baru kita bisa berbahagia.”“Tidak, Mas,” sergah Ratih cepat, menghalau gerakan tangan Pras yang hendak menyalakan korek. “A-Aku enggak ingin memiliki suami seorang pembunuh. Lagian, kita juga salah.”“Halah, persetan! Jangan ikut campur urusanku atau aku akan membunuhmu juga,” Pras memicingkan matanya yang sontak membuat Ratih bergidik ngeri.“Aku mencintaimu, Mas…sungguh…jadi, tolong jangan lakukan ini. Lepaskan me

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Terperangkap

    Telinga Andreas berdengung begitu keras saat dia kembali mendapatkan kesadarannya. Penglihatannya yang kabur kini berangsur pulih.“A-Andini?” Pria itu menoleh dan mendapati Andini yang tergolek lemah di sampingnya. Andreas berusaha menggerak-gerakkan bagian-bagian tubuhnya yang terikat erat. “Andini?” bisiknya lagi.Kedua kelopak mata wanita itu perlahan membuka. Ada sedikit kelegaan di hati Andreas melihat Andini yang menggeliat pelan.“Andreas!” Wanita itu terkesiap lemah. “Syukurlah…kamu masih hidup. Dia akan membunuh kita…”“Tidak. Kita akan keluar dari sini,” Andreas berusaha meyakinkan Andini, walau dia sendiri sebenarnya sangsi.Mata Andreas menjelajahi pondok tempat mereka disekap. Dari jendela itu, terlihat hari sudah malam. Embusan angin kencang membawa dedaunan yang jatuh menghantam permukaan jendela.Tubuh Andreas terikat erat di kursi kayu. Usahanya melonggarkan ikatan di kaki dan kedua tangannya sepertinya gagal.Di dekatnya tidak ada alat-alat tajam yang bisa dia raih.

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Jebakan Pras

    Andini mengerang pelan. Begitu kedua kelopak matanya membuka, perlahan dia mendapati penglihatannya kembali. Kepalanya terasa begitu sakit, seperti ada ribuan paku yang memukul dari dalam.“Ugh…” Dia coba menggerak-gerakkan tubuhnya yang diikat dengan tali di atas kursi kayu. Namun, sekuat apapun usahanya, ikatan yang melilit di sekujur tubuhnya itu sangat kuat.Napas Andini terengah. Udara dingin masuk melalui celah-celah kayu. Dia memandangi sekitar, begitu senyap dengan perabotan-perabotan usang. Lampu bohlam kuning memendar, mengedarkan cahaya temaram.“Tolong! Tolong!” Andini berusaha berteriak, walau suara yang keluar dari mulutnya terdengar lemah. Seketika pintu dihadapannya berderit terbuka. Napas Andini tertahan. Jantungnya kembali berdebar kencang begitu sosok Pras muncul di depannya.Pras mengendus keras, sambil menyipitkan matanya ke arah Andini. Tawanya berderai, memantul ke setiap sudut ruangan di pondok kayu yang kecil ini.“Andini…” Pras berkacak pinggang, menatap bol

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Calon Pengantin yang Menghilang

    Andreas menyusuri selasar kamar hotel dengan jantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajar pria itu gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya, lalu menuntunnya hingga ke tempat acara dan pada akhirnya hubungan mereka disahkan di mata negara.Membayangkannya saja sudah membuat perut Andreas bergejolak. Dia tidak menyangka hubungannya dengan Andini akan berakhir manis seperti ini.Andreas menekan bel kamar Andini, setelah menghela napas pendek. Sesekali dia membenarkan posisi dasi kupu-kupunya serta jas yang dikenakannya.Namun, Andini belum juga membukakan pintu untuknya. Setelah menekan bel yang terakhir dan pintu tetap bergeming, tangan Andreas menarik turun gagang pintu kamar. Dahinya mengernyit karena ternyata kamar itu tidak terkunci.“Ndin?” Andreas mendorong pintu perlahan. “Sayang?” Andreas mengetuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban.Dia lantas melempar pandangannya ke sekitar kamar. Mata Andreas pun tertuju ke ponsel Andini yang ada di

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Bayang-Bayang Pras

    “Argh…” Andini merintih begitu tubuhnya menghantam lantai kamarnya yang keras dan dingin. Napasnya menderu dengan kencang disertai dengan jantungnya yang berdetak begitu cepat.Andini beringsut, menyandarkan dirinya di pinggiran ranjang. Tangannya langsung meraba lehernya. “Astaga, semuanya terasa begitu nyata…” pikir Andini. Pras hadir dalam mimpinya, berusaha mencekiknya dan menyeretnya ke dalam neraka. Benar-benar mimpi yang buruk.Petir kembali menggelegar di luar sana. Andini bergidik dan seketika lampu kamarnya padam. Mimpi buruk itu belum sirna dari benaknya dan sekarang dia malah dikungkung kegelapan.Seketika, ketakutan merayapi dirinya. “Tidak,” Andini menggeleng. “Tidak mungkin pria itu muncul. Dia sudah mati. Lagian itu cuma mimpi.” Lantas, Andini mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Cepat-cepat dia menyalakan senter lalu bangkit. Dia melangkah sedikit tertatih, mengecek keadaan Eva yang tidur di boks bayi. Bayi itu terlelap dengan damai.Saat Andini menyibakkan t

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Menghitung Hari

    Senja perlahan menelan langit biru, menggantinya dengan semburat jingga yang menyerbak di atas sana. Angin sore yang sepoi-sepoi menyapu dahi Andini, menggerakkan helaian poninya.Sambil mendesah pelan, Andini menatap rumah tingkat dua di hadapannya. Rumah yang sudah ditempatinya selama sepuluh tahun, yang banyak memberinya kenangan indah maupun buruk.Truk pengangkut barang yang terakhir belum lama pergi. Sekarang giliran dirinya serta ketiga anaknya yang akan meninggalkan rumah ini.Pandangan Andini beralih ke spanduk yang terbentang di depan pagar rumahnya. Tulisan ‘Dikontrakan’ terpampang jelas.Akhirnya, Andini memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan mengontrak untuk sementara waktu, sebelum akhirnya pindah ke Bali tahun depan.Andreas tidak ingin menempati rumah yang dibeli oleh Pras, begitupula Andini. Lagi pula, itu adalah rumah anak-anaknya.“Yuk,” Andreas menepuk pundak Andini. “Sudah sore, kita masih harus merapikan barang-barang di rumah baru.”Andini mengangguk, mening

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Ini Bukan Mimpi

    Ratih dihantam syok yang luar biasa sehingga membuat wanita itu pingsan selama beberapa saat.Seketika Ratih mengerang, membuka kedua kelopak matanya. Dadanya masih berdebar begitu melihat Pras yang ada di samping ranjang.“Ma-Mas Pras?” Dirinya masih belum bisa mencerna semua ini. Bagaimana bisa Pras hidup kembali? Jelas-jelas dia dinyatakan tewas dalam kecelakaan pesawat tempo lalu.“Akhirnya kamu sadar juga,” raut wajah Pras terlihat sedikit cemas. “Tenang, Tih. Aku bukan hantu.”Ratih beringsut, menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. “Ta-tapi, bagaimana bisa? Mas Pras sudah mati…”Pras mendengus. “Kenyataannya aku masih hidup.”Ratih menjulurkan tangannya, meraba lengan Pras yang kini lebih berotot. “Astaga, jadi ini bukan mimpi?”Pras bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah jendela, memandangi langit biru yang membentang di luar.“Selama ini, aku memalsukan kematianku,” tandas Pras.“Tapi, untuk apa, Mas?” Ratih terdengar penasaran.Kedua tangan Pras tenggelam di saku

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Aku Kembali

    Tubuh Ratih seakan membeku. Degupan jantungnya kini berdebar begitu hebat.‘Tidak. Ini enggak mungkin! Mas Pras sudah tewas dalam kecelakaan pesawat itu!’ Pekik Ratih dalam hati.Namun, sebesar apapun usahanya untuk mengindahkan pikiran itu, tetap saja Pras berdiri di depannya, dengan tubuh yang jauh berbeda seperti sebelumnya.Otot-otot tangan Pras menonjol dengan dada yang lebar.“Hai, Ratih,” Suara itu jelas suara Pras. Dia tidak meragukannya sedikit pun! Mata Ratih mengerjap cepat, berharap semua ini mimpi.Namun, wangi aroma bunga yang menyebar di tokonya terasa begitu nyata. Bayangan Pras yang mendekat pun juga nyata.Tubuh Ratih gemetar hebat dan sentuhan tangan besar di bahunya semakin menekankan bahwa Pras belum mati. Tapi bagaimana mungkin?!“Ma-Mas Pras?” Suara Ratih terdengar parau kali ini. Bola mata Pras menatapnya tajam. “Kenapa kamu terlihat begitu ketakutan, hah? Aku bukan hantu.”“Ta-Tapi…bu-bukanya Mas…”“Tewas dalam kecelakaan pesawat itu?” Pras melanjutkan kalima

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Dari Hati ke Hati

    “Tinggalkan putraku,” ucap Brenda saat mereka duduk berhadapan di ruang tengah.Kedua bola mata Andini langsung membelalak lebar. “A-Apa?” Bibirnya bergetar dengan pernyataan Brenda yang bagai petir di siang bolong itu.Brenda menghela napas pelan, seiring dengan kedua bahunya yang merosot. “Itu mungkin ucapan dari orangtua yang egois,” tukas Brenda lagi. “Tapi aku bukan tipe orangtua yang egois, Andini.”Kedua alis Andini bertautan. Dia masih belum menangkap maksud ucapan Brenda.“Aku enggak mungkin menyuruh Andreas untuk meninggalkanmu. Aku tahu, dari tatapan dia melihat dirimu, Andreas pasti sangat mencintaimu,” pandangan Brenda beralih ke Andini yang masih nampak tegang.Brenda lantas menggeleng. “Tidak, aku enggak akan menyuruhmu untuk meninggalkan putraku. Dan soal perbincangan semalam…”“Maafkan aku,” sela Andini cepat. “Enggak seharusnya aku mencuri dengar percakapan kalian. Aku tahu aku kelewatan, Tante.”Brenda bersedekap. “Semalam kami agak dipengaruhi alkohol. Jadi, perasa

DMCA.com Protection Status