Home / Pernikahan / JERAT GAIRAH SANG SAHABAT / 19. Debat Jevin dan Yuki

Share

19. Debat Jevin dan Yuki

last update Last Updated: 2022-06-25 14:25:25

Gue mo ngomong ame lu," bisik Yuki pada telinga Jevin.

Jevin menoleh pada Yuki. Namun, tanpa menunggu jawaban darinya, Yuki sudah beranjak pergi meninggalkan ruangan itu. Lima menit kemudian, Jevin meminta izin pada sang bunda untuk ke luar sebentar.

Mendapat anggukan kepala dari ibunya, Jevin pun menyusul Yuki. Dari kejauhan pria itu melihat Yuki tengah duduk di bangku taman rumah sakit. Sebelum menemui sobatnya Safia itu, Jevin melangkahkan kakinya menuju kantin rumah sakit. Dibelinya dua cup kopi susu untuknya dan Yuki. Usai membayar pada kasir, Jevin pun menderapkan diri untuk menyusul Yuki.

"Ki," sebut Jevin sembari mengangsurkan se-cup kopi susu pada pemuda berhoodie hitam itu

Yuki menoleh. Dia menerima minuman itu seraya mengucap kata terima kasih. Kini kedua pria itu tengah sama-sama menikmati kopi susu panas itu. Jevin dan Yuki duduk berdampingan dengan pandangan ke depan.

"Denger, Bro ...." Yuki memulai obrolan masih dengan memandang arah depan. "Safia itu udah gue anggep
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   20. Ikrar Jevin

    Keesokan pagi, Safia membuka mata. Ekor matanya menyapu sekeliling. Wanita itu tampak bingung dengan keadaan sekitar. Namun, lekas dia teringat kejadian apa yang membuatnya sampai berada di di sini. Safia sedikit tertegun menyadari Jevin tertidur sembari menungguinya. Kepala pria itu menindih lengannya. Pelan Safia melepas jeratan itu sehingga membuat Jevin tersadar. Pria itu merenggangkan kedua tangan ke atas, lalu mematahkan kepala ke kiri dan kanan."Fia," sebutnya kemudian. "Apa? Apa yang kamu rasakan?" Jevin menunjukkan perhatian. Safia tidak menjawab. Bibirnya serasa enggan untuk membuka mulut. Apa yang dilihatnya kemarin sungguh menyakiti hatinya."Fia ... apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan." Jevin berusaha meyakinkan melihat kemuramam pada wajah sang istri."Entah alasan apa yang mau kamu utarakan untuk menjelaskan peristiwa kemarin, aku tetap tidak respek," tukas Safia menatap datar muka suaminya. "Kamu pria beristri. Dan Embun wanita yang sudah cukup dewa

    Last Updated : 2022-06-25
  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   21. Kedatangan Embun Ke Rumah

    "Assalamualaikum, Nak Jevin," ucap Bu Ratih begitu sang menantu membukakan pintu untuknya."Walaikum salam, Bu." Jevin membalas ramah. Untuk kesopanan pria itu meraih tangan sang mertua untuk kemudahan diciumnya takzim."Untung ibu tidak langsung ke rumah sakit. Kalo iya ... akan sia-sia ibu ke sana, karena ternyata kalian sudah pulang," ujar Bu Ratih lagi. Wanita itu melangkah masuk. Tangan menenteng dua kotak makanan. Dengan sigap Jevin menggantikan diri untuk membawa bingkisan itu."Safia mana?" "Ada di kamar." Jevin menjawab sembari menunjuk sebuah ruangan di lantai atas dengan ekor matanya."Oh ... ya sudah ibu langsung ke atas saja, ya?" pamit Bu Ratih kemudian.Wanita itu lekas menaiki anak tangga guna menuju kamar sang putri. Jevin sendiri gegas menuju meja makan. Pria itu menaruh barang bawaan ibu mertua. Jevin membuka kotak kardus berwarna putih. Ada tiga buah bolu gulung yang begitu menggoda jiwa. Lalu dirinya kini beralih membuka kotak makanan bertingkat yang satunya. K

    Last Updated : 2022-06-26
  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   22. Kejadian Di Lift

    Kembali hati Embun terasa sesak. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Berusaha menahan jebolan air mata. Namun, Embun kalah. Dirinya berlalu dengan air mata yang berderai. Ia pergi dengan kekecewaan yang mendalam pada Jevin.Di pintu gerbang rumah Jevin, Embun berpapasan dengan Yuki. Kebetulan pemuda itu berniat untuk menengok Safia. Namun, demi melihat langkah Embun yang tergesa dengan terus terisak, Yuki membatalkan niat.Akhirnya, Yuki memutar balikkan motornya guna mengejar gadis impiannya itu. Untung langkah Embun belum jauh."Hei, Cantik... ada apa? Kenapa menangis seperti itu?" tanya Yuki peduli. Pemuda itu ikut menemani langkah Embun dengan memelankan laju motornya sepelan mungkin."Bukan urusanmu," semprot Embun masih marah. Gadis itu terus melangkah panjang"Ya elahhhh ... galak amat!" tegur Yuki agak tertegun disemprot seperti itu. "Gak usah judes gitu, Bun! Tar cantiknya hilang lho," goda Yuki dengan cengengesan.Embun tak menggubris ledekan Yuki. Gadis itu semakin memperc

    Last Updated : 2022-06-26
  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   23. Jevin Jealous

    "Tenang Safia jangan panik!"Vino mencoba memberi ketenangan pada Safia dengan memberi pelukan. Akan tetapi wanita itu menepis pelukan itu dengan kasar. Walau sebenarnya dia merasa ketakutan yang luar biasa.Otak Safia berputar. Cepat dia mengambil ponsel dari dalam tas selempang. Secepat kilat wanita mungil itu menyentuh layar tipis itu guna mencoba menghubungi suaminya. Namun, ketika gawainya ditempelkan di telinga tidak ada tanda-tanda ada sambungan. Safia mengulangi panggilan kembali. Kembali pula sambungnya gagal."Ah ... sial! Tidak ada sinyal," desis Safia kesal sembari meremas benda pipih itu. Ketakutannya kini kian membuncah. Wanita itu menggigit bibirnya kuat-kuat.Serta merta peristiwa pengurungan dirinya di dalam kamar mandi sekolah, kembali berkelebat mata.Tubuh Safia mulai terlihat gemetar menggigil. Keringat dingin pun mulai bermunculan. Badan Safia terasa lemas. Wanita itu luruh ke lantai. Safia memang mengidap gejala claustrophobia, yaitu ketakutan berlebih pada ruan

    Last Updated : 2022-06-26
  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   24. Manuver Ghea

    Jevin tetap bungkam tidak menghiraukan. Dirinya tidak peduli pada Safia yang terseok-seok di belakangnya. Di dalam mobil saat menuju arah pulang, Jevin pun enggan meladeni penuturan istrinya. Bahkan sampai rumah, suami Safia itu masih setia membisu. Begitu masuk rumah bergegas Jevin melenggang menuju kamar mandi dalam kamar. Dirinya tidak menggubris Safia yang masih saja menceritakan kronologis insiden di lift tadi. Walau sudah berulang kali wanita itu jelaskan.Jevin menyalakan shower. Air dingin mengguyur rambut dan otaknya. Kepalanya yang terasa sedikit panas akibat ketidak-relaannya melihat Safia dipeluk Vino, kini berangsur adem.Setelah merasa hati dan pikirannya sedikit sejuk, Jevin menyudahi mandinya. Ketika ia ke luar dari kamar mandi Safia sudah menunggunya di ranjang. Wanita itu memberikan piyama cokelat pastel untuk sang suami. Jevin menerima dan memakai piyama itu masih dalam diam."Kita makan dulu yuk!" ajak Safia lembut. Wanita itu menarik tangan Jevin."Kamu saja," to

    Last Updated : 2022-06-26
  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   25. Hasutan Ghea

    Embun telah sampai di sebuah kafe dalam mal di Cilandak Town Square. Dirinya mendapat pesan dari Yuki agar bertemu dengan pemuda itu di situ. Tadinya Embun enggan menanggapi, tetapi Yuki tidak kenal lelah meneror ponselnya. Sehingga gadis itu mengalah dengan menuruti kemauan pemuda itu.Embun kini duduk termenung seorang diri di pojok kafe sembari menunggu kedatangan Yuki. Sang pemuda berpesan jika dirinya sedang dalam perjalanan. Sehingga terpaksa Embun memesan minuman dahulu. Dan frappuccino adalah pilihan Embun.Sembari menunggu Yuki untuk membuang bosan, Embun membuka galeri gadgetnya. Puluhan foto Jevin baik yang sedang sendiri ataupun berpose bersamanya memenuhi isi file tersebut.Pikiran wanita itu menerawang jauh. Teringat kembali semua kenangan indah kebersamaan dirinya dengan Jevin. Embun terkenang pula bagaimana awal pertemuan manis dirinya dengan Jevin. Masa itu dirinya baru masuk kelas sepuluh sekolah menengah atas, sedang Jevin satu tingkat di atasnya. Dan kebetulan Jevi

    Last Updated : 2022-06-26
  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   26. Bujukan Embun

    Semenjak Safia mempergoki Jevin dan Embun saling bercengkrama mesra di kediaman sang wanita beberapa hari lalu, sampai kini kedua sahabat yang dulu begitu akrab itu belum saling bicara. Sebenarnya Safia masih berkeinginan untuk tetap menjalin persahabatan dengan Embun. Akan tetapi bila mengingat peristiwa itu, hati Safia masih terasa sakit. Bagaimana tidak, di depan dirinya, Embun bicara ikhlas melepas Jevin. Namun, ternyata di belakangnya sang sahabat justru menikam dari belakang.Hubungan keduanya menjadi renggang. Baik Safia mau pun Embun merasakan ketidak nyamanan. Mereka yang biasanya selalu kompak dan akrab, kini saling menjaga jarak. Mereka tidak lagi makan bersama. Tidak ke luar kantor bareng. Apa lagi kongkow-kongkow bersama.Embun sendiri juga merasa tidak sudi jika harus kembali menjalin pertemanan dengan Safia. Baginya Safia itu memang seorang penikung yang tega.Namun, setelah mendapat bujukan dari Ghea kemarin, hari ini Embun menurunkan ego. Demi kembalinya Jevin padany

    Last Updated : 2022-06-27
  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   27. First Night Safia-Jevin

    Hari H pun tiba Malam Minggu sesuai jadwal, Safia dan Jevin datang memenuhi undangan Ghea. Keduanya tampak serasi dengan busana berwarna senada. Safia mengenakan dress sabrina hijau pastel, sedangkan Jevin membalut kemeja hijau pastelnya dengan blazer hitam. Keduanya tiba di Kafe Ghea lima belas menit sebelum jadwal. Namun, suasana kafe tampak sudah ramai. Ada banyak teman Safia yang hadir pada acara tersebut. Maklum cukup lama Ghea membawahi Safia dan kawan-kawan. Ketika mereka masuk, keduanya segera menghampiri Ghea yang tengah berbincang dengan Embun, Yuki, dan Vino. Ghea sendiri langsung menyambut hangat pasangan suami istri itu. "Hai ... Safia," sapa Ghea dengan muka ceria. Dirinya lekas menghambur untuk memeluk wanita mungil itu. "Makasih ya udah mau dateng," ucapnya dengan senyum yang tersungging, "dan tolong maafkan perkataanku waktu itu ya. Sungguh waktu itu aku tengah panik, jadi ... ya kamu tahu sendiri kan, Fi, kalo aku gampang emosian," lanjut Ghea dengan mimik muka b

    Last Updated : 2022-06-27

Latest chapter

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   54. Melahirkan

    Resepsi pernikahan Yuki dan Embun dilaksanakan pada keesokan malam harinya. Masih bertempat di gedung yang sama. Gaun pengantin Embun dan tuxedo Yuki masih hasil dari endorse-nya Ibu Jenni.Sebagai sahabat yang baik dan setia, Safia tentu hadir di acara penting kawan kecilnya itu. Walau sebenarnya keadaan tubuhnya sudah tidak memungkinkan. Bahkan berungkali Jevin melarang, tetapi Safia bersikeras untuk datang. Apalagi di pesta tersebut dia akan berjumpa dengan teman-teman lamanya saat masih ngantor. Keras kepala Safia tidak bisa dibendung. Akhirnya, dengan berat hati Jevin mengizinkan dengan syarat tidak terlalu lama. Safia menyanggupi syarat itu dengan riang. Selama dalam perjalanan wanita itu bersenandung kecil.Ketika dia dengan suaminya sampai di gedung pernikahan Yuki, kedua mempelai menyambutnya dengan hangat. Suasana pesta sudah mulai ramai. Safia mengedarkan pandangan. Dekorasi pelaminan penuh dengan bunga-bunga mawar. Aroma bunga sedap malam mendominasi ruangan berkonsep ser

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   53. Hari Sakral Embun

    Hari ini adalah momen tersakral pada hidup Embun. Pasalnya hari ini ia akan menanggalkan status lajangnya. Tiga jam lagi dia akan duduk berdampingan dengan Yuki menghadap sang penghulu. Mereka berdua akan mengikrarkan janji suci di depan para wali dan saksi.Kini di kamarnya, Embun tengah dirias oleh MUA rekomendasi dari Safia. Karena Embun berasal dari daerah Jawa makan gadis itu akan mengenakan kebaya Jawa Solo. Sedangkan Yuki memakai beskap Jawa.Busana pengantin tersebut dibuat langsung oleh Ibu Jenni sebagai hadiah perkawinan mereka. Jadi baik Yuki maupun Embun tidak mengeluarkan rupiah sepersepun. Tentu saja kedua calon mempelai tersebut merasa amat bahagia.Terutama Embun. Karena kebaya yang akan membalut tubuh moleknya itu terlihat sangat indah dan mewah. Kebaya beludru hitam itu berpotongan leher V. Kombinasi brokat dan aksen yang serba keemasan membuat kebaya tersebut terlihat mewah. Sementara ekor panjangnya menambah kesan anggun.*"Cantik," puji sang MUA usai melukis waja

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   52. Nama Baby

    Safia tengah mematutkan diri di cermin. Siang ini dia akan pergi periksa kandungan. Usia kandungannya sudah memasuki minggu ketiga puluh lima.Detik-detik menanti kelahiran. Dirinya sudah harus cek kandungan seminggu sekali. Beruntung Jevin selalu bersedia menemaninya untuk check up. Sesibuk apapun dirinya tidak pernah absen.Ketika Safia baru saja memoles bibirnya dengan lipstik terdengar derit pintu kamar. Safia menoleh. Seraut wajah kusut datang. Jevin sang suami melangkah gontai, lalu melempar begitu saja tubuhnya ke ranjang dengan tengkurap. Wajah pria itu terbenam pada bantal bersarung warna putih tersebut. Mau tak mau Safia harus menghampiri Jevin."Ayang Mbep, ada apa ini?" tanya Safia lembut. Ia memegang pundak suaminya pelan. "Dateng-dateng kok mukanya ditekuk gitu?" tegur Safia perhatian.Jevin membalikkan badan. Wajah pria yang sehari-hari tampak tenang kini terlihat keruh. "Pak Budi hari ini banyak melakukan kesalahan, Fi," curhat Jevin lemah.Pria itu menyebut nama seker

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   51. Dua Sejoli

    Safia dan Jevin tengah jalan pagi mengitari komplek. Safia memang teratur melakukan olahraga tersebut semenjak hamil trimester pertama. Selain mudah, murah, juga kaya manfaat.Jevin sendiri berusaha menjadi suami siaga. Jadi setiap pagi sebelum berangkat kerja, dirinya menyempatkan diri menemani sang istri. Selain itu juga sekalian berolahraga untuk kebugaran tubuh.Jalan kaki dipilih karena dapat menjaga berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menyeimbangkan tingkat tekanan darah. Sehingga mengurangi resiko kelahiran prematur.Satu jam berlalu. Safia merasa cukup berolahraga. Peluh juga mulai membanjiri badan. Wanita itu mengajak pulang suaminya.Di jalan Safia menyempatkan diri membeli bubur ayam. Kebetulan ada tukang bubur ayam lewat yang merupakan langganan. Tidak tanggung-tanggung, Safia memesan tiga porsi sekaligus."Yang satu buat siapa, Fi?" tanya Jevin sembari mengerutkan kening. Pasalnya di rumah cuma ada mereka berdua."Buat baby dong," sahut Safia seraya mengelus p

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   50. Lamaran Yuki

    Enam bulan kemudianPukul empat sore. Embun telah menyelesaikan semua tugas dengan baik. Gadis itu lekas merapikan berkas-berkas. Usai merasa semua sudah beres, gadis yang tahun ini genap menginjak angka dua puluh lima tahun itu gegas menyangklong tas kecil bermerk Hermes itu.Sejak insiden berdarah beberapa waktu lalu Embun masih kerja di perusahaan yang sama. Namun, tidak dengan Safia. Wanita itu memilih resign dari perusahaan beberapa bulan lalu atas desakan sang suami. Kini dirinya sibuk membantu mertuanya mengelola bisnis."Aku cabut dulu ya, Genk," pamit Embun pada rekan-rekan kerjanya.Vani dan Mania yang duduk tidak jauh dari mejanya mengacungkan jempol pada Embun.Tersenyum semringah Embun melangkah kaki. Bersama rekan yang lain dia masuk lift untuk turun ke lobby. Matanya langsung menangkap bayangan Yuki yang tengah duduk santai di kursi lobby. Dengan penuh keanggunan dan senyum yang selalu tersunging, dara itu menderap mendekati sang bujang."Hai ... udah lama?" sapa Embun

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   49. Kejahilan Safia

    ❤️❤️Tujuh bulan kemudianTengah malam buta sekitar jam dua dini hari. Safia yang terbangun dari tidur. Wanita mungil berperut besar itu menggeliat pelan. Matanya melirik sosok lelaki yang tengah terlelap damai di samping. Jevin tidur dengan mulut yang sedikit terbuka. Menimbulkan bunyi dengkuran halus. Safia senang mendengarnya. Merasa gemas wanita itu mengecup lembut bibir bersih bebas nikotin itu.Padahal Safia hanya mengecup ringan bibir sang suami. Namun, Jevin yang sensitif segera sadar. Masih dengan memejam Jevin balas mencium Safia dengan ganas."Lagi, yuk!" ajak Jevin setelah mereka melepas ciuman untuk mengambil pasokan oksigen. Pria itu mengedipkan satu mata nakal. Ketika Safia menggeleng, Jevin justru menarik sang istri untuk didekap rapat."Tadi jam sepuluh waktu mo bobok kan udah," ujar Safia sembari melepas dekapan sang suami. "Kasihan dedek bayi ini kalo mamanya digoyang mulu," lanjut Safia mencubit gemas pipi suaminya."Salah sendiri malam-malam bangun terus nyiumin

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   48. Kebahagiaan Safia-Jevin

    Malam beranjak larut. Namun, Jevin masih saja berkutat dengan layar monitor. Pria itu membawa pekerjaan yang belum tuntas di kantor ke rumah. Sedari sejam lalu matanya tidak lepas dari layar laptopnya.Keadaan itu membuat Safia gusar. Ini malam Jumat. Wanita itu ingin bermanja-manja dengan suaminya. Tetapi sang suami seperti tidak peka. Membuat dirinya bergelung di ranjang seorang diri.Untuk membunuh waktu menunggu suaminya merampungkan pekerjaan, Safia memainkan ponselnya. Wanita itu memilih bermain dengan assiten google. Dirinya terkikik geli saat suara perempuan di ponselnya memberikan guyonan-guyonan ringan.Jevin yang duduk di meja kerja dalam ruangan itu merasa sedikit terganggu mendengar cekikikan Safia. Pria itu mengerutkan kening melihat Safia terpingkal-pingkal di ranjang seorang diri. Merasa penasaran lelaki itu lekas menutup laptopnya untuk kemudian mendekati istrinya."Lagi ngapain sih?" tanya Jevin penasaran. Pria itu duduk menempel pada sang istri."Lagi pacaran," sahu

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   47. Buah Kesabaran

    Embun telah tiba di hunian sang bibi. Rumah tampak lenggang. Sepertinya para pegawai katering sang bibi telah pulang. Gadis itu sendiri lekas masuk kamar tanpa menghadap sang tante.Ia melemparkan begitu saja sling bag kepunyaan ke ranjang. Lalu disusul dengan pelemparan tubuh lelahnya. Mata Embun menerawang jauh. Pikirannya tidak terlepas dari kejadian seharian ini. Ghea yang culas seketika mendapatkan karmanya dengan dibayar tunai.Embun pun menilai diri sendiri. Gadis itu mulai mengingat semua. Dia sudah tahu siapa jati diri dan orang-orang terdekatnya. Ketika peristiwa insiden penusukan perut Safia mengulang di mata, Embun menangis. Dia merasa amat menyesal."Tidak akan pernah ada habisnya jika aku terus mengejar Jevin. Tidak!" Embun bergumam sendiri. "Aku lelah. Safia dan Jevin pun sama lelahnya dengan aku." Embun membesit hidungnya yang kini terasa mampat akibat isakannya. "Aku pasrah. Jevin bukanlah jodohku." Akhirnya Embun bertekad.Kini gadis itu bangkit dari duduk. Diraihny

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   46. Kesadaran Embun

    "Arghhhh!"Ghea terus saja mengerang. Wanita itu merasakan sakit yang teramat pada perutnya. Seperti ada ribuan tangan yang meremas kencang perut ratanya.Mendengar itu spontan Safia dan Embun kian cemas. Apalagi darah terus saja mengalir dari diri Ghea. Safia berjalan menjauh. Suara riuh dari orang-orang yang merubung membuatnya susah mendengar. Safia kini tengah mencoba menghubungi Vino.Embun sendiri tiba-tiba merasa pusing melihat darah merah menggenang di lantai. Gadis itu merasa ngeri. Melihat darah banyak dan wajah-wajah panik membuat otaknya mengirim sinyal memori. Mendadak peristiwa penusukan perut Safia yang ia lakukan terbayang di mata. Sekelebat wajah panik dari Jevin, Yuki, dan juga Tania menghiasai matanya."Arghhhh!" Embun ikut mengerang.Gadis itu melepaskan begitu saja pangkuan Ghea padanya. Embun merasakan kepalanya berdenyut pening jika mencoba mengingat semua."Embun!"Safia yang mendengar Embun menjerit kesakitan refleks mendekati gadis itu."Kamu kenapa, Bun?" ta

DMCA.com Protection Status