“Gak ada istilah istri bohongan. Kamu sudah sah jadi istri Mas Erlangga. Dan kamu juga punya jatah malam secara bergantian dengan kami. Satu hari di kamar Tante, satu hari sama Tante Martha dan sehari bersamamu. Dan begitu seterusnya. Untuk yang mendapat jatah malam juga bertugas di pagi harinya untuk menyiapkan keperluan Mas Erlangga. Untuk urusan dapur, kita menyiapkan bersama. Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya Aini lembut.Bunga meremas jemarinya, Ia terlihat gugup. Bunga tak ingin satu kamar lagi dengan suaminya. Ia takut suaminya akan berbuat sesuatu yang membuat dirinya menghianati kepercayaan wanita sebaik Tante Aini.“Tante, apa boleh Bunga meminta sesuatu?”“Silahkan, Sayang.” Jawab Aini.Erlangga melirik ke arah Bunga. Ia menebak-nebak apa yang akan diminta oleh istri ketiganya.“Bunga ... tidak mau dapat jatah malam. Tapi .... ” Bunga menundukan kepalanya lebih dalam.Erlangga terkejut, Ia lalu membanting surat kabar dimeja, “Maksud kamu apa Bunga? Kau menolakku, begitu
Erlangga mulai gelisah. Ia mengusap keringat di wajahnya. Sudah dua kali Ia di buat malu oleh Aini, tapi tetap saja harus mengikuti permainan istrinya. Sungguh memuakkan.“Tapi dok, suami saya harus tetap menjalani program bayi tabung. Ini harapan kami satu-satunya. Dokter tahu kan saya sudah tidak punya rahim. Tolonglah, berapapun biayanya akan kami bayar “ Aini memaksa dr. Elsa.“Aini cukup! Jangan memaksa!” Erlangga membentak Aini. Ia tidak suka dengan cara istrinya memaksa dr. Elsa.“Saya hanya sekedar menyarankan saja bu, maaf ibu jangan tersinggung. Baiklah, kalau memang sudah keputusan kalian, kami akan segera mengurus prosedurnya. Untuk pemeriksaan awal bisa kita mulai sekarang.”“Maaf dokter, kami mau mempertimbangkan dulu. Besok kami akan kembali. Terimakasih atas bantuannya.” Erlangga menjabat tangan dr. Elsa. Setelah itu Ia menarik lengan Aini dan keluar dari ruangan diikuti oleh Bunga.Erlangga tak perduli dengan orang yang berpapasan dan menatap heran ke arahnya. Ia jug
”Beraninya kau menyalahkanku!”“Kenapa tidak? Secara medis Tante sakit. Sedang Pak Er, apa yakin normal? Apa pernah diperiksa secara medis? Dari mana tahu tidak bermasalah? atau Tante Aini berusaha menyembunyikannya karena terlalu sayangnya Tante Aini pada Pak Er! Jangan-jangan Pak Er yang mandul!” Bunga begitu emosi, Ia tidak terima orang yang begitu disayangi dihina oleh suaminya.“Bunga, jaga bicaramu! dosa sayang, Dia itu suamimu! Kamu harus menghormatinya!” Aini mencoba memperingatkan Bunga. Dia saja tak berani mengucapkan kata sekasar itu kepada suaminya.“Bunga tidak perduli! Tidak ada gunanya menghormati suami yang selalu mencari kelemahan istrinya dan mencari pembenaran sendiri! Atau jangan-jangan selama ini, Dia tidak memberi nafkah bathin kepada kalian, karena kalian sakit itu hanya alasannya saja, untuk menutupi kebenaran. karena Dia sudah tidak mampu menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami!” Bunga semakin menjadi. Dia tak tahu jika hal itu bisa membuat suaminya lepa
Erlangga menurunkan tubuh Bunga. Dan istrinya segera berlari ke arah pintu untuk membukanya. Namun kalah cepat dengan Erlangga yang segera melepas kenci dan menaruh di sakunya.Dengan sigap Erlangga menggendong tubuh Bunga dan menghempaskannya ke ranjang. Bunga terus melawan, ia menendang perut suaminya hingga terjatuh. Bunga lalu berusaha berlari ke arah pintu menuju balkon. Lagi-lagi Ia kalah cepat, Erlangga dengan gesit mengunci pintu dan mengambil kunci lalu membuangnya. Bunga merapat ke arah dinding dan terus menangis.“Bunga mohon Pak Er, tolong jangan lakukan apapun. tolong maafkan Bunga, tolong kasihani Bunga.” Bunga memohon belas kasihan dari suaminya.Erlangga menyentuh dagu Bunga dan membawa wajahnya menghadapnya. Erlangga menatap wajah yang bersimbah airmata. Sekilas Ia tersadar dan iba, tapi terngiang kembali ucapan Bunga yang begitu menusuk perasaan dan mengoyak bathin. Rasa muak dan kesal kembali menyergap. Tanpa ampun Erlangga menggendong tubuh Bunga dan menghempaskan
“Sst, kalian tidak boleh berkata begitu. Dia tetap papah kalian yang harus dihormati. Papah khilaf dan tidak sengaja melakukannya.” Martha berusaha mengingatkan kedua putrinya.Mereka berempat terus berpelukan erat.**Tubuh Erlangga lemas tak bertenaga. Tubuhnya terkulai dan jatuh ke lantai. Ia sangat menyesali perbuatannya. Entah setan apa yang telah merasuki hingga menyebabkan dirinya sudah menyakiti wanita yang sangat dicintai.Erlangga menangis. Berkali-kali memukul kepalanya sendiri. Ia merasa jijik dengan dirinya yang sudah melakukan perbuatan tidak terpuji. Ia sudah memaksakan kehendaknya kepada istri barunya dan itu pasti sangat menyakitkan.Erlangga menatap Bunga yang terus menangis. Tubuh lemah itu tak terbungkus sehelai benangpun. Pria yang telah mereguk manisnya madu selimut tebal dan menutupi seluruh bagian tubuh Bunga kecuali kepala.Sekilas Erlangga melihat sprei berwarna putih itu ternoda oleh percikan darah kesucian sang istri. Erlangga semakin menyesali perbuatannya
“Turuti kata Mamah! Cepat masuk kamar!” Martha tidak ingin putrinya melihat pertengkaran lebih jauh lagi. Hal itu pasti berefek tidak baik bagi mereka, walaupun mereka telah tumbuh dewasa. Rasa trauma untuk berumah tangga, pasti menyelinap dari balik bathin mereka.Ratih dan Adel mematuhi perintah Martha dan masuk ke kamar Adel.Erlangga memegangi kedua pipinya yang terasa perih.“Aku khilaf Aini. Maafkan aku.” Erlangga bersimpuh di kaki Aini. Air matanya membasahi kaki sang istri yang sangat di cintai..Aini kembali menarik singlet suaminya,”Khilaf kamu bilang? Kamu itu sudah menodai Bunga. Apa yang harus aku katakan pada orangtuanya? mikir enggak sih kamu! Malam pertama yang menjadi idaman para gadis menjadi hancur gara-gara pria kotor sepertimu! Kesucian bagi seorang gadis itu sangat penting artinya. Tanpa kesucian, seorng gadis gak ada artinya. Letak harga diri seorang gadis itu ada pada kehormatannya. Hanya suaminya yang berhak mendapatkannya. Bagaimana Bunga mempertanggungjawa
“Erlangga, aku tidak mau berbohong. Kau sudah melakukan kesalahan fatal. Aku yang lebih bersalah, karena aku yang membawa Bunga kesini. Aku tau kau mencintainya, tapi kau sudah melakukan kesalahan yang sangat besar dan sulit dimaafkan. Apa hanya kepuasan yang kau inginkan? Kamu puas sudah mengalahkan ego kamu dengan menodai Bunga? Kenapa kamu tidak berfikir panjang Erlangga, berapa kali aku bilang, kontrol emosi. Emosi enggak akan menyelesaikan masalah.”Erlangga memegang kedua lengan Martha, “Kamu benar Martha, kesalahanku sangat besar. Tapi Bunga sudah menghinaku, kamu tahu persis’kan kejadiannya? Aku sebenarnya tidak mau menyakitinya, aku khilaf.”“Tapi kau telah melakukan kebodohan itu. dan Bunga tidak mungkin memaafkan kamu!”“Martha, tolong bawa Bunga dan Aini kembali padaku. Aku akan penuhi apapun permintaan kamu. Kamu mau apa, traveling ke eropa atau ke timur tengah. Aku akan penuhi semua yang kamu minta.”“Erlangga, aku tidak butuh semua itu. Aku hanya butuh ... cinta darimu,
Bunga, istri ketiga, gadis yang mampu meraih hatinya hanya dalam waktu satu malam. Ya, satu malam, pesonanya yang luar biasa membuat Erlangga bertekuk lutut pada gadis itu. Harapan begitu besar kepada istri ketiganya itu. Bersamanya berharap bisa mempunyai anak dari buah cinta keduanya. Satu-satunya istri yang mampu memenuhi kebutuhan biologisnya.Tak memungkiri, sebagai pria normal dan sangat ingin hasratnya tersalurkan. Ia juga sudah memenuhi seluruh kewajibannya, dan wajar saja kalau ingin mendapatkan haknya. Erlangga menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.Martha melepas pelukan perlahan. “Cukup, tangisan tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaiknya, sekarang kita cari solusi untuk langkah selanjutnya.”“Kak Martha benar.” Aini melepas pelukan Bunga. “Kamu tenang saja Bunga, Tante akan selalu ada di samping kamu. Sekarang, Tante mau bikin perhitungan sama Erlangga!” Aini beranjak dari tempat duduknya.“Kak Martha, tolong bantu Bunga memakai pakaiannya kembali dan to
Aini menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan menutup mulutnya dengan bantal. Buliran bening membasahi pipinya. Sakit sekali rasanya. Terasa ada luka dalam dadanya. Walau berusaha untuk ikhlas tapi tetap saja sangat sulit menjalaninya. Mencoba mematikan rasa cinta juga tak semudah membalik telapak tangan. Pernikahan yang di jalani hampir separuh dari usianya. Tak mudah untuk melupakan kenangan indah begitu saja. Rasanya jijik kalau tubuh ini harus tersentuh oleh pria yang pernah merendahkan harga dirinya. Tangisan Aini semakin keras dan diapun berusaha untuk meredamnya.Terdengar pintu di buka dari luar. Aini buru-buru menghapus airmatanya dan berpura-oura tidur. Dia tahu pasti suaminya yang mendatanginya. Rasa kesal dalam hati masih belum bisa terlupakan. Seandainya bisa memilih, Aini tak mau kembali bersama suaminya. Namun rasa tanggung jawabnya sebagai orang yang telah menghancurkan rumah tangganya sendiri, Aini memilih untuk bertahan walau tak mudah. Ia akan mencoba memperbaiki s
Erlangga lalu beranjak dan mendekati ibu Aini, lalu mencium punggung tangan wanita yang seumuran dengan ayahnya. “Ibu, tolong restui kami.”“Iya Nak, ibu merestui kalian. Tolong, jangan sakiti lagi putriku lagi.”“Iya bu, saya janji.” Erlangga lalu memeluk ibu mertuanya.Warga yang berkumpul juga menjadi saksi penyatuan kembali dua hati yang pernah terpisah. Kebahagiaan tengah menyelimuti hati mereka. Duka lara telah lenyap dan berganti dengan kebahagiaan yang membayang di pelupuk mata.****Erlangga duduk santai bersama ketiga istrinya di ruang keluarga. Hatinya begitu lega. Masalah rumit yang menghampiri sedikit terurai. Istri pertama yang begitu dicintai telah menyatu kembali dalam bingkai suci. Erlangga begitu bahagia. Tak sedetikpun tatapan matanya lepas dari pandangannya.“Aini.”“Ya.”“Seperti yang telah aku katakan, Marta dan Bunga akan menempati rumah mereka masing-masing. Dan rumah itu masih di renovasi. Sebelum rumah itu jadi, aku mohon, tolong ijinkan mereka untuk tinggal
Bunga memegang tangan Aini, “Tidak tante, Pak Er suami tante, surga tante ada bersamanya. Tante yang harus kembali padanya, menjadi satu-satunya permaisuri. Bunga tidak punya hak apapun, biarkan Bunga yang pergi.” Ucap Bunga disela tangisnya. Ia melepas tangan Aini dan hendak berlari. Namun Aini menghentikannya dengan memegang lengan Bunga.“Jangan pergi, kamu juga punya hak terhadap suamimu. Hanya kamu yang bisa membuat Mas Erlangga bahagia. Percayalah pada tante. Jangan pernah meninggalkan suamimu.”“Tidak Aini, Kalau kamu bersikeras untuk bercerai, kami juga memilih untuk bercerai. Itu baru namanya adil!” ucap Marta tegas.“Tante Marta benar.”Erlangga melangkah mendekati ketiga istrinya. “Aini, aku janji akan berbuat adil kepada kalian. Aku akan memisahkan kalian. Rumah yang kita tempati akan menjadi milikmu, beserta separuh harta bersama yang kita peroleh saat hanya ada kita berdua. Aku akan segera mengurusnya ke notaris. Aku juga akan membelikan rumah kepada Bunga dan Marta, wala
“Tidak bisa begitu Aini! Erlangga tidak menghianati siapapun! Bunga juga istrinya. Dan jangan lupa, semua terjadi karena kebodohanmu yang membawanya masuk kedalam kehidupan rumah tanggamu, termasuk juga diriku! Apa artinya aku juga menghianatimu?!” Marta berusaha mengingatkan kesalahan fatal yang Aini lakukan.Aini terkejut dengan kehadiran Marta. Ia menggelengkan kepala lalu menunduk lebih dalam dan makin larut dalam tangis. Tubuh Aini terasa lemas lalu duduk dikursi kayu.Marta berlutut dihadapan Aini dan menggenggam kedua tangannya erat.“Aini, ingat, semua ide dari kamu. Dan saat itu Erlangga sudah menolak mentah-mentah keinginanmu. Dia manusia biasa yang pasti punya khilaf. Dia menolak, untuk menjaga hatinya hanya untukmu. Namun kamu mengabaikan dan terus mendorong suamimu untuk menikahiku dan juga Bunga. Tolong berfikirlah, Erlangga tidak pernah berkhianat. Hatinya hanya milikmu.”“Apa yang di lakukan bersama Bunga itu adalah kewajibannya sebagai suami dan juga memenuhi kebutuh
Rombongan para dermawan telah datang, Mereka mengendarai dua mobil mewah yang membuat berdecak kagum warga yang tengah menanti kehadirannya. Apalagi setelah rombongan turun dari mobil, benar-benar seperti melihat para bidadari yang sangat cantik dan seorang malaikat yang sangat tampan walaupun sudah cukup umur tapi penuh kharisma. Kulit mereka putih bersih bak mutiara. Benar-benar keluarga sempurna.Warga mengira-ngira tiga orang gadis yang seumuran dan berambut sama panjang itu kemungkinan anak dari pria tampan dan wanita berhijab yang teramat cantik. Namun aneh, satu dari tiga gadis itu menggandeng mesra lengan pria yang pantas menjadi ayahnya itu. Entahlah, mereka tidak peduli. Yang mereka inginkan adalah pembagian kotak nasi yang sudah membuat perut keroncongan.Setelah berbasa basi menyapa warga, para dermawan segera membagikan nasi kotak kepada warga yang mengelilingi mereka. Ada yang berpencar membagikan ke rumah warga yang tidak ikut berkumpul.Aini tersenyum menyaksikan warga
Marta turun dari mobil memakai pakaian kantor dan terlihat begitu cantik dan elegan. Benar-benar pantas menjadi seorang wanita karier yang sukses dalam pekerjaan dan urusan rumah tangga. Bukan hal yang baru bagi Marta, saat menjadi istri Yudi, Ia pun sudah sering menggantikan posisi suaminya saat sibuk dengan urusan pribadinya.Di tangan Marta, hotel milik Yudi makin ramai pengunjung. Gedung yang ada didalam hotelpun tidak pernah sepi dari penyewa. Marta melakukan pembenahan diseluruh aspek. Mulai dari perawatan kamar dengan menambahkan bunga hidup dan juga pemasangan wallpaper di dinding kamar, dengan tujuan membuat tamu betah berlama-lama menginap. Namun sayangnya, begitu hotel ramai, Yudi mengambil alih dan menyuruh Marta kembali menjadi ibu rumah tangga saja. Ia tidak suka dikalahkan oleh istrinya dalam segala hal.Marta masuk ke dalam rumah dengan pintu yang sudah terbuka. Ia melihat Erlangga tengah termenung disofa tamu. Marta mengecup punggung tangan suaminya lalu menghempaska
“Cari lebih teliti lagi. Sisir setiap sudut rumah yang ada disini! Tunjukan foto istriku! Siapa tau mereka ada yang pernah melihatnya! Kalau perlu tambah personil lagi! Kerja begitu saja tidak becus!” Erlangga begitu kesal. Rasa takut kehilangan Aini semakin mengikat bathinnya.“Baik pak, akan saya tambah personil lagi.”“Jangan hanya disatu titik saja! Perkampungan pemulung itu banyak! Sisir di setiap tempat, jangan sampai ada yang terlewat satupun! Aku tunggu di mobil, nafasku bisa sesak berada lebih lama disini!” tanpa menanti jawaban, Erlangga membalikkan badan dan melangkah meninggalkan Roni menuju mobil. Dia tidak kuat kalau harus menahan nafas lebih lama lagi.Erlangga duduk dibelakang kemudi. Sudah hampir satu jam dia menunggu tapi belum ada kabar juga. Berkali-kali Ia menelpon Roni, tapi masih nihil. Erlangga menepuk-nepuk setir. Sesekali Ia memukul kemudi dengan kesal dan menyugar rambutnya lalu menghela nafas dan menghembuskannya kasar. Rasanya sudah tidak sabar dengan semu
Erlangga dan Marta datang ke panti asuhan begitu mendengar kabar dari ibunya kalau Aini pergi dari panti asuhan untuk tinggal bersama keluarga kandungnya. Hati Erlangga tak tenang, semalaman matanya tak mampu terpejam. Kesedihan dan rasa takut kehilangan Aini benar-benar mengguncang jiwanya. Tak henti-hentinya Erlangga mengutuk dirinya sendiri yang sudah menyakiti Aini. Karena perbuatannya, kini Ia harus kehilangan jejak wanita yang sangat dicintai.Erlangga turun dari mobil dan berlari menuju ibu kandungnya yang tengah mondar-mandir di teras. Erlangga langsung memeluk ibunya dan menangis dibahunya. “Ibu, kenapa ibu tidak mencegah Aini pergi?”Risma melepas pelukan putranya. “Ibu sudah berusaha Nak, bahkan seluruh penghuni panti juga sudah berusaha mencegahnya, tapi Aini bersikeras untuk tinggal bersama keluarganya. Dan itu sudah menjadi haknya.”“Terus, dimana dia sekarang?”“Ibu juga tidak tau Nak. Aini sama sekali tidak mau memberitau ibu, dimana orangtuanya tinggal. Dia hanya bila
Aini tiba dirumah orantuanya disambut oleh keenam adik dan juga seorang kakak yang semuanya perempuan. Kakaknya hanya selisih satu setengah tahun dari usianya, Ia belum menikah. Saat Aini bertanya kepada Kakaknya kenapa belum menikah, Kakaknya hanya menjawab, bagaimana ada lelaki yang mau sama orang miskin seperti kakak. Yang ada hanya orang-orang kaya yang mau menikahinya secara kontrak, dan dia tidak mau.Walaupun mereka orang miskin, tapi kedua orantua mereka selalu mengajarkan nilai-nilai luhur dan juga menjaga martabat dan harga diri. Wajahnya memang cantik, tapi sayang belum bertemu dengan jodohnya.Adik-adik Ainipun sama belum ada yang menikah, mereka berumur 37, 32, 28, 25, 20 dan 16 tahun. Mereka rata-rata menjadi pemulung membantu ibunya dan juga ada yang bekerja sebagai buruh cuci di laundry.Keterbatas pendidikan mereka yang rata-rata hanya lulusan SLTP membuat mereka susah untuk mencari pekerjaan. Hanya si bungsu yang masih menempuh pendidikan di salah satu SLTA negeri. G