Home / Fantasi / JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR / Bab 52. Tanda Itu Adalah Beban

Share

Bab 52. Tanda Itu Adalah Beban

Author: Aray Fu
last update Last Updated: 2025-01-13 17:45:45

Hari-hari latihan di bawah bimbingan Master Jian Xun semakin intens. Mo Tian dan Liu Qingxue menjalani setiap sesi dengan tekad yang tak tergoyahkan. Master Jian Xun, dengan pendekatan keras namun bijaksana, terus mendorong keduanya untuk melewati batas kemampuan mereka.

"Fokus pada niatmu, bukan pada kekuatan pedangmu," kata Master Jian Xun sambil mengamati Mo Tian berlatih. Pedang Langit Membara di tangan Mo Tian bergerak dengan presisi, tetapi Master Jian Xun tahu bahwa pemuda itu masih menyimpan banyak kekhawatiran dalam hatinya.

Saat istirahat di sela latihan, Master Jian Xun mendekati Mo Tian. “Mo Tian,” katanya dengan nada serius. “Tanda hitam di pundakmu tidak akan bisa dihilangkan.”

Mo Tian terdiam, matanya menatap tanah. Liu Qingxue yang berada di dekatnya juga terlihat cemas.

“Tapi,” lanjut Master Jian Xun, “itu bukan berarti takdirmu sudah ditentukan. Aku percaya, dengan tekad yang cukup kuat, kau bisa merubah takdirmu. Tanda itu adalah beban, tetapi juga bisa menjadi keku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 53. Mimpi Buruk

    Malam itu, langit desa tempat Mo Tian dan Liu Qingxue tinggal begitu tenang. Bulan bersinar lembut, memberikan sentuhan perak pada dedaunan yang bergerak pelan tertiup angin malam. Namun, di dalam kamar sederhana mereka di dojo Master Jian Xun, ketenangan itu tidak terasa bagi Mo Tian.Ia terbaring di tempat tidur, wajahnya berkeringat, nafasnya berat, dan tubuhnya menggigil. Dalam tidurnya, ia terperangkap dalam mimpi buruk yang menakutkan, lebih nyata daripada apapun yang pernah ia alami sebelumnya.Dalam mimpinya, Mo Tian berdiri di tengah-tengah lautan api yang membara. Kobaran api itu tidak hanya memancarkan panas, tetapi juga rasa sakit yang menusuk. Di sekelilingnya, ia mendengar suara rintihan dan jeritan yang begitu menyayat hati. Ribuan jiwa berwajah samar merintih, menjerit meminta pertanggungjawabannya.“Mo Tian!” suara mereka bergema dalam kekosongan api. “Ini semua salahmu!”Mo Tian melangkah mundur, bingung dan ketakutan. “Apa... apa maksud kalian? Aku tidak mengerti!”

    Last Updated : 2025-01-14
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 54. Orang yang Terpilih

    Malam kembali menyelimuti desa kecil itu. Di dalam kamar sederhana, Mo Tian terbaring dengan tubuh yang tampak lelah, tetapi matanya tetap terbuka menatap langit-langit.Beberapa malam terakhir, tidur baginya lebih menyerupai mimpi buruk yang panjang, tempat ia dipertemukan kembali dengan kobaran api, jiwa-jiwa yang merintih, dan suara mengerikan yang berbicara tentang kehancuran manusia.Mo Tian menghela napas berat. Dalam beberapa malam terakhir, ia mengandalkan ramuan tidur yang dibuat oleh Master Jian Xun untuk membantunya terlelap tanpa dihantui mimpi buruk. Namun, bahkan dengan ramuan itu, ketakutannya tetap ada—takut bahwa setiap kali ia memejamkan mata, ia akan kembali bertemu dengan dunia penuh kehancuran itu.Liu Qingxue, yang duduk di dekatnya, memandang dengan penuh kekhawatiran. Ia tahu Mo Tian sedang berjuang melawan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. “Mo Tian,” katanya lembut, “kau harus beristirahat. Tubuhmu tidak bisa terus seperti ini.”Mo Tian menggeleng

    Last Updated : 2025-01-15
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 55. Satu Tujuan

    Mo Tian duduk di pinggir sungai yang mengalir jernih, aliran airnya membawa bebatuan kecil yang bergemerisik lembut di dasar. Di sekelilingnya, dedaunan dari pepohonan tinggi berbisik tertiup angin, menciptakan suasana damai yang sayangnya tidak bisa dirasakan oleh hati Mo Tian.Pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang tak memiliki jawaban jelas. Ia memandangi pantulan dirinya di air, wajah yang selama ini ia kenal tetapi kini terasa asing. Tanda hitam berbentuk sabit di pundaknya telah mengubah segalanya.“Kenapa aku?” bisiknya pada dirinya sendiri.Mo Tian menarik napas panjang, mencoba mengusir perasaan berat di dadanya. Ia teringat masa kecilnya, di mana hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah desa kecil yang miskin. Mereka adalah orang-orang biasa, menjalani hari dengan bekerja keras di ladang untuk mendapatkan makanan yang cukup. Mereka bukan pahlawan, bukan pendekar, dan tentu saja bukan orang yang pernah bersinggungan dengan kekuatan besar.“Bagaimana mungkin aku

    Last Updated : 2025-01-16
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 56. Tanah Bayangan Jiwa

    Master Jian Xun menatap Mo Tian dan Liu Qingxue dengan ekspresi penuh pertimbangan. Keduanya duduk di hadapannya di ruang meditasi utama, sementara cahaya lilin yang berkelap-kelip menerangi wajah mereka. Suasana hening, hanya terdengar suara angin yang berdesir lembut di luar.“Kalian benar-benar pernah memasuki Perpustakaan Besar Gunung Langit?” tanya Master Jian Xun, memastikan sekali lagi.Mo Tian mengangguk dengan mantap. “Ya, Master. Kami berhasil melewati rintangan dan memasuki perpustakaan itu beberapa bulan lalu. Tapi kami hanya membaca sebagian dari buku-buku di sana. Sebagian besar isinya sulit dimengerti dan tiba-tiba perpustakaannya menghilang.”“Perjalanan ke perpustakaan itu bukanlah hal yang mudah,” ujar Jian Xun, matanya menyipit seolah mencoba membaca lebih jauh ke dalam diri Mo Tian. “Bahkan pendekar terlatih sekalipun sering gagal mencapai tempat itu. Fakta bahwa kalian berhasil membuktikan bahwa kalian berdua bukanlah orang biasa.”Liu Qingxue menambahkan, “Namun,

    Last Updated : 2025-01-17
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 57. Perjalanan yang Sulit

    Di ruang meditasi utama, cahaya lilin yang temaram menari di permukaan dinding kayu. Mo Tian dan Liu Qingxue duduk di hadapan Master Jian Xun, yang tampak serius dan penuh kehati-hatian. Sebuah peta tua terbentang di hadapan mereka, dipenuhi simbol-simbol kuno dan garis-garis yang sulit dipahami.“Tanah Bayangan Jiwa,” ujar Jian Xun, suaranya berat dan dalam, “bukanlah tempat biasa. Tempat itu dikenal sebagai perbatasan antara dunia manusia dan dunia akhirat. Sebuah tanah yang penuh ilusi, dimana batas antara kenyataan dan khayalan hampir tidak ada.”Liu Qingxue menatap peta itu dengan cemas. “Apa maksud Master dengan ilusi?”Jian Xun menghela napas. “Di Tanah Bayangan Jiwa, tidak ada manusia yang sebenarnya. Yang kalian temui di sana hanyalah jiwa-jiwa yang telah kehilangan harapan. Mereka adalah bayangan dari kehidupan masa lalu mereka, terjebak dalam kesedihan dan penderitaan tanpa akhir.”Mo Tian merasakan bulu kuduknya berdiri. “Jadi, setiap orang yang kita lihat di sana... hanya

    Last Updated : 2025-01-18
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 58. Tidak Ada Apa-Apa

    Kabut di sekitar Tanah Bayangan Jiwa semakin tebal, seolah menelan setiap cahaya yang mencoba menembusnya. Mo Tian dan Liu Qingxue terus berjalan, dengan setiap langkah terasa semakin berat. Energi gelap yang mengelilingi mereka seakan menyerap kekuatan dan semangat mereka, tetapi tekad untuk mencapai bangunan itu tetap menguatkan langkah mereka.“Bangunan itu sudah dekat,” ujar Mo Tian dengan suara yang bergetar. Ia menghapus keringat dari dahinya dan menggenggam erat pedangnya. “Kita tidak boleh menyerah sekarang.”Liu Qingxue menatap Mo Tian, napasnya tersengal-sengal. “Kita sudah sampai sejauh ini. Kita harus terus maju.”Namun, mendekati bangunan itu tidak semudah yang mereka bayangkan. Tiba-tiba, suara-suara berbisik mulai terdengar di sekitar mereka. Suara itu begitu lembut, seperti angin yang menyelinap ke dalam pikiran mereka, tetapi setiap kata membawa rasa takut dan keraguan.“Kenapa kalian terus maju?” bisik suara itu. “Tidak ada yang menunggu kalian di sana. Kalian hanya

    Last Updated : 2025-01-19
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 59. Ruang Bawah Tanah

    Mo Tian dan Liu Qingxue berdiri terpaku, menatap ke arah gelap tempat pria tua berjubah hitam itu menghilang. Napas keduanya masih tersengal setelah perjuangan berat mereka mendekati bangunan itu.“Dia... dia menghilang begitu saja,” ujar Liu Qingxue, suaranya bercampur antara bingung dan frustasi.Mo Tian menggenggam erat pedangnya, wajahnya tegang. “Dia pasti tahu sesuatu. Kita tidak boleh membiarkannya pergi begitu saja!”Tanpa membuang waktu, Mo Tian segera berlari ke arah pria itu sebelumnya berdiri. Liu Qingxue mengikutinya, meski tubuhnya masih terasa berat setelah bertarung melawan serangan-serangan tak terlihat tadi. Mereka berdua keluar dari bangunan tua itu, kembali ke kabut pekat yang menyelimuti Tanah Bayangan Jiwa.Namun, tidak ada tanda-tanda pria itu. Tidak ada jejak kaki di tanah, tidak ada suara langkah, bahkan tidak ada bekas keberadaannya.“Bagaimana mungkin dia menghilang begitu saja?” tanya Liu Qingxue, matanya menyapu sekeliling dengan waspada.Mo Tian menggelen

    Last Updated : 2025-01-20
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 60. Amarah Besar

    Mo Tian dan Liu Qingxue kembali ke desa, mereka menatap ke arah kediaman Master Jian Xun dari kejauhan. Tempat itu tampak sunyi, jauh berbeda dari biasanya. Tidak ada suara percakapan, denting pedang, atau bahkan aktivitas para murid yang biasa mereka lihat. Asap tipis mengepul dari beberapa atap rumah di desa sekitar, memberikan kesan yang ganjil.“Ada yang tidak beres,” kata Liu Qingxue dengan nada waspada.Mo Tian mengangguk setuju. Mereka mempercepat langkah, melintasi jalan setapak yang penuh dedaunan kering. Ketika mereka tiba di desa, pemandangan yang mereka lihat membuat napas mereka tercekat.Desa itu porak-poranda. Rumah-rumah terbakar atau runtuh, jalanan dipenuhi puing-puing, dan udara dipenuhi aroma hangus bercampur dengan bau darah. Penduduk yang tersisa tampak lemah, beberapa menangis, dan lainnya hanya duduk terpaku dalam ketakutan.Seorang wanita tua, yang sedang membersihkan pecahan kayu di depan rumahnya yang hangus, menatap mereka dengan mata penuh kesedihan. “Kali

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 92. Kehancuran Buku Kematian

    Bayangan Mo Tian berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh kesombongan. Mata merahnya berkilau, memperlihatkan aura yang sangat kuat dan jahat. Di sekeliling mereka, angin berputar kencang, menciptakan pusaran energi yang membatasi arena pertarungan.Fang Zhi mengepalkan tinjunya, sementara Liu Qingxue menatap Mo Tian dengan cemas.“Kami tidak bisa membantu?” Liu Qingxue bertanya dengan suara penuh kekhawatiran.Penjaga Kuil Jiwa Terakhir menggeleng. “Ini adalah ujian Mo Tian. Jika kalian ikut campur, maka pertarungan ini dianggap tidak sah, dan Mo Tian akan langsung kalah.”Fang Zhi menggertakkan giginya. Ia ingin sekali menghunus pedangnya dan menyerang bayangan Mo Tian itu, tetapi ia tahu bahwa hal itu hanya akan membuat segalanya semakin buruk.Mo Tian menarik napas dalam-dalam. Tangannya meraih gagang pedangnya dengan erat. “Baiklah. Aku akan mengalahkanmu.”Bayangannya tertawa dingin. “Kau? Mengalahkanku?” Ia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba pedang hitam pekat muncul di geng

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 91. Tempat yang Salah

    Fang Zhi menggertakkan giginya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan lelaki tua itu. Tatapan matanya kepada Mo Tian seolah mengandung maksud tersembunyi, seperti seseorang yang menunggu sesuatu terjadi.“Kita harus pergi,” katanya tegas, berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman yang terus menghantuinya.Mo Tian mengangguk pelan, tubuhnya masih lemah. Liu Qingxue tampak ragu, tapi ia tahu Fang Zhi tidak akan bertindak gegabah tanpa alasan.Lelaki tua itu hanya tersenyum tipis melihat mereka bersiap pergi. “Kalian boleh mencoba pergi, tapi ingatlah kata-kataku. Pada akhirnya, hanya ada satu jalan untuk menghancurkan Buku Kematian…”Fang Zhi menatapnya tajam sebelum menarik lengan Mo Tian, membantunya berjalan. “Kita tidak akan mempercayaimu begitu saja.”Lelaki tua itu terkekeh. “Kita lihat saja nanti.”Tanpa menunggu lebih lama, mereka segera meninggalkan tempat itu.Langit malam mulai menyelimuti perjalanan mereka. Angin dingin berhembus perlahan, menambah ketegangan di antara mereka

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 90. Menjadi Dewa Kematian

    ShaaatMo Tian hanya bisa menghela napas berat saat Buku Kematian tiba-tiba melayang dan tersedot ke dalam Pedang Langit Membara, seolah-olah pedang itu memiliki kekuatan alami untuk menyegel keberadaan buku tersebut. Cahaya redup berkedip dari pedang, lalu segalanya kembali tenang.Fang Zhi dan Liu Qingxue saling berpandangan, masih mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Lelaki tua berjubah abu-abu itu tetap diam, matanya menatap tajam ke arah pedang suci yang kini kembali menjadi wadah segel bagi buku terkutuk itu."Sepertinya kita tidak perlu menyegel Mo Tian..." kata Fang Zhi, mencoba mencairkan ketegangan.Namun, lelaki tua itu justru tertawa pelan, suaranya menggema di ruangan yang sunyi. "Jangan terlalu cepat bernafas lega. Kalian sudah mengetahui keberadaan Buku Kematian… dan yang lebih buruk lagi, buku itu telah mengenali pemiliknya."Mo Tian menoleh dengan ekspresi dingin. "Apa maksudmu?"Lelaki tua itu melangkah maju, tatapannya penuh makna. "Kau pasti menyadarinya. B

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 89. Buku Kematian Harus Ada Pemilik

    Mo Tian merasakan tubuhnya melemah seiring dengan hisapan kekuatan yang dilakukan oleh Buku Kematian. Wajahnya memucat, tangannya gemetar, dan matanya mulai kehilangan fokus. Sebuah perasaan kosong merayapi pikirannya—seakan ada bagian dari dirinya yang terenggut dan tak akan pernah kembali.Fang Zhi yang sejak awal memperhatikan perubahan pada Mo Tian segera bertindak.“Berhenti!” serunya, matanya melebar saat menyadari sesuatu yang mengerikan.Buku Kematian bukan hanya menyerap jiwa yang mereka korbankan, tapi juga terus menarik jiwa Mo Tian!Namun, sebelum mereka sempat bereaksi lebih jauh, aura hitam pekat meledak dari buku itu, menyebar ke seluruh ruangan seperti kabut neraka. Buku itu bergetar hebat, seolah ada kekuatan yang terbangun di dalamnya.Mo Tian tak mampu bertahan lebih lama. Tubuhnya jatuh ke lantai dengan suara berdebum keras.“Mo Tian!” Liu Qingxue berlari mendekat, wajahnya penuh kepanikan.Fang Zhi, tanpa berpikir panjang, segera mengalirkan kekuatan spiritualnya

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 88. Darah atau Jiwa?

    “Tunggu!” teriak Liu Qingxue.“Gunakan cara yang lain! Dan aku yakin kita bisa menggunakan cara lain,” sambungnya sambil menggeleng dan airmata yang telah jatuh di wajahnya.Mo Tian menatap Liu Qingxue. “Aku tidak apa-apa.”“Bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan kami?” tanya Liu Qingxue.Lelaki berjubah itu mendesah dan kembali bersuara. "Jika kau ingin aku membaca buku ini, kau harus memilih... darah atau jiwa. Jika kau memilih darah, maka pemiliknya harus mengorbankan darahnya sendiri untuk membuka tiap halaman. Tapi darah manusia terbatas. Membuka seluruh isi buku ini dengan darahnya... hanya akan membuatnya mati kehabisan darah sebelum semua terungkap. Tidak bisa dengan darah orang lain.”Mo Tian menggenggam buku itu semakin erat.“Jika jiwa orang lain? Disini banyak jiwa yang terperangkap, gunakan mereka," tanya Liu Qingxue."Jiwa seseorang akan dikorbankan untuk membuka halaman buku. Jiwa itu akan musnah, tidak bisa bereinkarnasi, tidak bisa kembali. Jiwa itu akan menjadi bagi

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 87. Gunung Jiwa Abadi

    Buku Kematian yang kini berada di tangan Mo Tian kembali terlihat kosong. Huruf-huruf yang sebelumnya muncul saat terkena darahnya telah lenyap, menyisakan halaman-halaman kosong yang seakan menyimpan misteri yang lebih dalam.Mo Tian menghela nafas panjang. Jika satu tetes darah saja dapat menampakkan huruf-huruf itu, maka butuh seluruh darahnya untuk membaca keseluruhannya. Itu bukan pilihan yang bisa diambil begitu saja.Perjalanan mereka menuju Gunung Jiwa Abadi terasa lebih mudah dari yang mereka bayangkan. Tidak ada rintangan berarti, tidak ada serangan dari iblis atau makhluk penjaga. Ini terlalu aneh. Gunung Jiwa Abadi seharusnya menjadi tempat yang paling sulit dijangkau, namun mereka berjalan tanpa hambatan."Aku tidak suka ini," gumam Liu Qingxue sambil menatap sekeliling dengan waspada."Aku juga," timpal Fang Zhi. "Biasanya tempat seperti ini penuh dengan jebakan atau makhluk penjaga. Ini terlalu sepi."Mo Tian tidak banyak bicara, tetapi dia bisa merasakan hawa dingin ya

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 86. Pemilik Jiwa

    “Kau adalah aku, Mo Tian!”Namun, sebelum tangannya bisa menyentuhnya, sebuah energi gelap meledak dari buku itu!DORR!!!Mo Tian, pria itu, Liu Qingxue, dan Fang Zhi semuanya terpental ke belakang akibat kekuatan yang tiba-tiba muncul. Angin kencang berputar di sekitar mereka, menciptakan pusaran bayangan yang menelan cahaya di sekitarnya.Pria yang mengaku sebagai Dewa Kematian tergelincir di tanah, namun dengan cepat ia kembali berdiri, matanya bersinar tajam."Tampaknya buku itu sudah memilih pemiliknya yang baru..." katanya dengan nada tajam. "Tapi itu bukan berarti kau bisa mengendalikannya tanpa aku, Mo Tian."Mo Tian merasa dadanya sesak, tangannya masih erat menggenggam buku itu.Dari dalam buku, suara berbisik mulai terdengar."Kau adalah pemilikku, karena kau adalah aku... Kau adalah penguasa kematian... Terimalah takdirmu, Mo Tian..."Mo Tian menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri. Namun, suara dari buku itu semakin kuat. Gambaran aneh muncul di pikirannya—bayangan h

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 85. Dewa Kematian

    Langit mulai memerah saat Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi melangkah keluar dari Kuil Seribu Bayangan. Udara dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan embusan angin pegunungan. Mereka tidak punya waktu untuk beristirahat lebih lama. Gunung Jiwa Abadi menunggu mereka."Kita harus segera berangkat," kata Fang Zhi, suaranya tegas meskipun ada sedikit nada kelelahan di dalamnya. "Semakin lama kita menunda, semakin besar risiko Mo Tian kehilangan kendali."Mo Tian mengangguk meskipun tubuhnya masih terasa lemah. Sejak insiden di kuil, dia terus merasakan getaran aneh dalam tubuhnya—seolah ada sesuatu yang mencoba keluar dari dalam dirinya.Liu Qingxue menatapnya dengan cemas."Apa kau yakin bisa melanjutkan perjalanan?" tanyanya. "Kita bisa istirahat sebentar jika kau butuh waktu."Mo Tian menyeringai tipis."Jika kita berhenti sekarang, aku takut aku tidak akan bangun lagi."Fang Zhi memandangnya dalam-dalam, lalu akhirnya mengangguk."Baiklah. Kita pe

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 84. Buku Kematian Begitu Dekat

    Langkah kaki mereka bergema di lorong-lorong gelap Kuil Seribu Bayangan.Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi bergerak dengan hati-hati, menyusuri jalan setapak yang dipenuhi ukiran-ukiran kuno di dinding. Meski mereka sudah berhasil mengambil Buku Kematian, perasaan tidak nyaman masih menyelimuti mereka.Mo Tian menatap buku itu dengan waspada. Meski terlihat seperti buku kosong dimata Liu Qingxue dan Fang Zhi, bahkan untuknya saat ini. Tapi dia yakin kalau itu memanglah buku kematian yang mereka cari. Dan siapa yang menyangka, perjalanan yang mereka tempuh sudah begitu banyak, buku itu ternyata selalu membersamainya, buku itu bersemayam di dalam pedang Langit Membawa milik Mo Tian.Mo Tian menggenggam erat buku itu, matanya tajam menatap ke depan. Liu Qingxue dan Fang Zhi berjalan di sisinya, mengawasi setiap gerak-geriknya.Fang Zhi meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada serius,"Mo Tian, kau harus tetap fokus. Jangan biarkan suara-suara itu mengendalikanmu."Mo Tian mengerut

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status