Beranda / Fantasi / JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR / Bab 31. Perpustakaan yang Sesungguhnya

Share

Bab 31. Perpustakaan yang Sesungguhnya

Penulis: Aray Fu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 09:34:09

Lorong panjang itu terasa seperti tak berujung. Langkah kaki Mo Tian dan Liu Qingxue bergema di antara dinding-dinding batu yang lembab. Cahaya tipis yang menjadi satu-satunya petunjuk mereka tampak seperti mengolok-olok, terus menjauh setiap kali mereka mendekat.

“Berapa lama kita sudah berjalan?” tanya Liu Qingxue, mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya.

Mo Tian menggeleng, pandangannya terpaku pada jalan di depan mereka. “Aku tidak tahu. Rasanya seperti sudah berhari-hari.”

Mereka sama sekali tidak bisa menentukan waktu. Tidak ada perbedaan antara siang dan malam, hanya kegelapan yang temaram dengan suara tetesan air dari dinding-dinding batu. Kelelahan mulai menggerogoti mereka, tapi tekad untuk menemukan jawaban membuat mereka terus melangkah.

“Jika ini ujian dari penjaga, dia pasti sengaja membuat kita melewati ini,” gumam Mo Tian.

Liu Qingxue mengangguk pelan, meski tubuhnya sudah nyaris tak mampu. “Kita tidak boleh menyerah. Pasti ada akhir dari perjalanan ini.”

Setelah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 32. Pedang Langit Membara

    Disaat keduanya begitu sibuk dengan beberapa buku, tiba-tiba pintu sebuah ruangan terbuka. Ruangan besar itu dipenuhi aroma makanan yang menggoda. Meja panjang di tengah ruangan dipenuhi berbagai hidangan lezat—roti yang masih hangat, daging panggang yang terlihat berair, buah-buahan segar, dan sup yang mengepul.Perut Mo Tian dan Liu Qingxue yang sudah berhari-hari tidak mendapatkan makanan layak mulai meronta, memprotes kekosongannya.Mo Tian menelan ludah, matanya terpaku pada sepiring roti yang tampak empuk dan beraroma harum. “Kita sudah terlalu lama kelaparan. Mungkin ini... hadiah atas perjuangan kita sampai ke sini?” tanyanya ragu, melangkah perlahan ke meja.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh roti, Liu Qingxue menahan pergelangan tangannya dengan tegas. “Jangan, Mo Tian. Ini bukan hadiah. Ini pasti ujian lain.”Mo Tian menoleh padanya, bingung. “Apa maksudmu? Tidak ada tanda-tanda bahaya di sini. Makanan ini...”“Justru karena terlalu sempurna,” potong Liu Qingxue. “Ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 33. Jawaban Tanda Hitam

    Ruangan perpustakaan yang besar dan sunyi menjadi saksi bisu kegelisahan Mo Tian dan Liu Qingxue. Setelah membaca buku besar yang mengungkap sebagian rahasia Pedang Langit Membara, rasa penasaran mereka justru semakin dalam.Mo Tian mencoba membuka kembali buku itu, namun anehnya, tulisan-tulisan di dalamnya kini menjadi kabur, seperti tertutup kabut yang tak terlihat.“Aku tidak bisa membacanya lagi,” gumam Mo Tian, menutup buku itu dengan frustasi.Liu Qingxue mendekat, mencoba melihat apa yang terjadi. “Mungkin buku ini hanya ingin kita mengetahui sampai di titik tertentu,” ujarnya. “Seperti ada batasan yang tidak bisa kita langgar.”Mo Tian mengangguk pelan, meski hatinya tidak puas. Masih banyak pertanyaan yang menggantung di benaknya tentang pedangnya dan perannya dalam melawan Bai Zhen. Namun, ia tahu tidak ada gunanya memaksakan sesuatu yang tidak bisa diungkap saat ini.Saat Mo Tian melangkah menjauh, matanya tiba-tiba tertarik pada sebuah buku kecil di rak yang rendah. Sampu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 34. Langit yang Memilih

    Meskipun Mo Tian mengatakan akan melawannya, tapi dia tetap saja kepikiran tentang tanda hitam itu.Liu Qingxue berusaha meyakinkannya, namun Mo Tian merasa dialah penyebab Sekte Liu Qingxue diserang oleh Sekte Langit Berdarah hingga menyebabkan guru Liu Qingxue meninggal.“Semua bukan salahmu,” ujar Liu Qingxue.“Tapi, itu terjadi karena kau dekat denganku.”Blep!Tiba-tiba semua lentera di dalam Perpustakaan itu mati.Mo Tian dan Liu Qingxue terdiam dalam kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti perpustakaan besar itu. Aroma menyengat menyeruak, seperti bau sulfur bercampur dengan tanah lembab yang membusuk.“Liu Qingxue, kau di sana?” Mo Tian memanggil dengan suara yang waspada, mencoba memastikan rekannya masih berada di dekatnya.“Aku di sini,” jawab Liu Qingxue, suaranya terdengar lebih tenang dari yang diharapkan. Namun, ia segera menggenggam lengan Mo Tian, menyalurkan rasa percaya dirinya ke dalam sentuhan itu. “Apa yang terjadi? Apa ini bagian dari perpustakaan, atau ada yang la

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 35. Teknik Pedang yang Tersegel

    Di tengah keheningan perpustakaan besar Gunung Langit, Mo Tian membalik halaman sebuah buku tua dengan hati-hati. Setiap lembarannya dipenuhi dengan tulisan kuno yang tergores dengan tinta hitam.Harapannya melambung tinggi, berharap menemukan petunjuk tentang cara mengendalikan pedang Langit Membara, pedang legendaris yang kini berada di tangannya.Namun, setelah membaca beberapa paragraf, ekspresi wajah Mo Tian berubah. Ia menatap tulisan yang tertera di buku itu dengan dahi berkerut. “Semua teknik pedang tingkat tinggi yang tercatat di dunia ini telah disegel di dalam Buku Kematian,” demikian tertulis di halaman terakhir buku tersebut."Buku Kematian?" gumamnya pelan, seolah tidak percaya. Ingatan tentang pertemuannya dengan Tabib Langit muncul kembali di benaknya. Tabib itu pernah memberitahu bahwa Yan Wuxi, pemimpin Sekte Langit Berdarah, sedang mati-matian mencari Buku Kematian. Pencarian itu diduga menjadi penyebab serangkaian bencana di dunia persilatan, termasuk kehancuran be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 36. Kehilangan Petunjuk

    Dalam hiruk-pikuk pertempuran, Mo Tian dan Liu Qingxue dikelilingi oleh anggota Sekte Langit Berdarah yang terus menyerang tanpa henti. Keduanya berusaha keras untuk bertahan. Pedang Langit Membara di tangan Mo Tian bersinar terang, tetapi kekuatannya sulit dikendalikan. Sementara itu, Liu Qingxue dengan gigih menghalau serangan yang datang dari berbagai arah, meskipun luka di lengannya membuat gerakannya terbatas."Mo Tian, kita tidak bisa terus seperti ini!" seru Liu Qingxue, napasnya memburu.Mo Tian menggertakkan giginya. "Kita harus bertahan. Jika mereka menang, tidak ada yang bisa menghentikan Yan Wuxi!"Tiba-tiba, suara gemuruh yang menggetarkan bumi terdengar dari kejauhan. Langit yang sebelumnya cerah mendadak menjadi gelap. Angin dingin berhembus kencang, membawa serta aura yang menggetarkan jiwa. Semua orang, baik Mo Tian, Liu Qingxue, maupun anggota Sekte Langit Berdarah, berhenti bergerak dan memandang ke arah sumber suara.Dari balik awan hitam yang bergulung, muncul ses

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 37. Janji Didalam Hati

    Langit di Gunung Langit berangsur-angsur cerah setelah Li Xiao, naga penjaga yang legendaris, menghilang di balik awan. Angin yang tadinya menderu kini mereda, meninggalkan keheningan yang berat. Liu Qingxue dan Mo Tian berdiri diam di tempat mereka, menatap tanah kosong dimana perpustakaan besar sebelumnya berdiri. Perasaan kehilangan dan kebingungan menyelimuti keduanya.Liu Qingxue akhirnya memecah keheningan. Suaranya lembut, tapi penuh tekad. "Mo Tian, kita harus turun dari Gunung Langit."Mo Tian menoleh, jelas terkejut dengan pernyataannya. "Turun? Tapi... Buku Kematian! Kita belum menemukannya, dan tanpa petunjuk dari perpustakaan ini, kita tidak tahu harus mencari ke mana."Liu Qingxue menghela napas panjang, menundukkan kepala sejenak sebelum menatap Mo Tian dengan mata yang penuh kelelahan. "Aku tahu. Tapi lihatlah keadaan kita. Tubuh kita terlalu lelah. Kita terus bertarung tanpa henti sejak awal perjalanan ini. Meskipun racun kendali itu sudah hilang, dampaknya masih tera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 38. Kecurigaan

    Mo Tian dan Liu Qingxue akhirnya tiba di pintu gerbang Sekte Awan Putih setelah perjalanan panjang selama enam bulan. Perjalanan itu penuh dengan rintangan—serangan dari bandit, jebakan oleh kelompok pengikut Sekte Langit Berdarah, hingga menghadapi binatang buas di tengah hutan lebat. Namun, mereka berhasil bertahan, berkat kerja sama dan tekad yang kuat.Saat mereka memasuki gerbang sekte, para murid yang sedang berlatih segera berhenti dan menatap ke arah Liu Qingxue dengan sorot mata kagum. Liu Qingxue, dengan pakaiannya yang meskipun lusuh tapi masih menunjukkan wibawa, adalah tokoh yang dihormati di sekte itu. Salah satu murid segera berlari ke arah aula utama untuk melaporkan kedatangan mereka kepada Ketua Sekte, Hu Tian.Tidak lama kemudian, Hu Tian, muncul di depan aula utama bersama beberapa tetua sekte. Ketika dia melihat Liu Qingxue, matanya berbinar, dan senyum lebar menghiasi wajahnya."Kak Qingxue! Kau akhirnya kembali!" seru Hu Tian dengan penuh antusias, berjalan ce

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 39. Diburu Yan Wuxi dan Bai Zhen

    Hari itu, suasana di Paviliun Bambu terasa hening. Angin sore yang sejuk bertiup lembut, membawa aroma bambu yang menenangkan. Namun, Mo Tian tidak sedang menikmati ketenangan itu. Di lapangan kecil di belakang paviliun, dia sedang berlatih menggunakan pedangnya. Setiap ayunan pedangnya membawa kilatan energi yang tajam, meskipun gerakannya tampak kurang terkoordinasi.Mo Tian menghentikan gerakannya sejenak, menatap pedang di tangannya dengan pandangan serius. Pedang itu, terasa semakin sulit dikendalikan. Meski ia telah berlatih selama berbulan-bulan, energi pedang itu terkadang meluap tanpa kendali, seolah-olah memiliki kehendak sendiri.“Bagaimana aku bisa menguasaimu sepenuhnya?” gumam Mo Tian pelan, matanya menatap kilauan gelap di bilah pedang itu.Tiba-tiba, ia merasakan kehadiran seseorang. Mo Tian mengangkat kepalanya dan melihat Ketua Sekte Awan Putih, Hu Tian, berdiri di tepi lapangan, mengamati dengan tenang.“Ketua Hu,” Mo Tian menyimpan pedangnya dan membungkuk hormat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 49. Tanda dari Dewa Kematian

    Malam telah larut ketika Wu Zhang duduk di dalam perpustakaan kecilnya. Cahaya lilin menerangi wajahnya yang berkerut karena konsentrasi mendalam. Beberapa buku kuno tergeletak terbuka di depannya, halaman-halamannya penuh dengan tulisan tangan yang hampir tidak terbaca.Ia menelusuri setiap baris dengan seksama, berharap menemukan petunjuk tentang tanda hitam yang menghantui pikirannya sejak ia melihatnya di pundak Mo Tian.Sejak peristiwa itu, Wu Zhang merasa gelisah. Sebagai seorang tetua yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya mempelajari seni bela diri dan pengetahuan kuno, ia tidak asing dengan tanda-tanda supranatural. Namun, tanda hitam berbentuk sabit di pundak Mo Tian berbeda dari apa pun yang pernah ia temui sebelumnya.“Bukan segel biasa,” gumamnya, mengingat kata-katanya sendiri ketika berbicara dengan Mo Tian dan Liu Qingxue. Saat itu, ia mengatakan bahwa ia pernah melihat tanda serupa, tetapi sebenarnya itu hanya asumsi. Kenyataannya, tanda itu benar-benar asing

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 49. Segel Kekuatan

    Wu Zhang berdiri dengan tegak, wajahnya yang penuh kerutan tampak serius namun tenang. Tangannya diangkat, memberi isyarat kepada murid-muridnya yang berkumpul untuk membubarkan diri. Kerumunan itu awalnya enggan bergerak, tetapi tatapan dingin Wu Zhang membuat mereka tidak berani melawan.Qian Lu, yang masih menyimpan seringai penuh kemenangan, tampak ingin mengatakan sesuatu. Namun, ketika tatapan tajam Wu Zhang menghampirinya, keberaniannya surut. Ia mengepalkan tangan dengan frustasi, kemudian melangkah pergi bersama murid-murid lain.Wu Zhang menoleh kepada Mo Tian dan Liu Qingxue, lalu mengisyaratkan mereka untuk mengikutinya ke dalam aula pribadi dojo. Mereka mengikuti dengan tenang, meskipun hati mereka dipenuhi berbagai macam emosi.Setelah pintu aula tertutup, Wu Zhang berbalik menghadap mereka. Cahaya lentera di ruangan itu memantulkan sorot matanya yang tajam, seolah mampu menembus jiwa siapapun yang ia tatap.“Mo Tian,” kata Wu Zhang dengan suara dalam dan penuh wibawa. “

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 47. Tantangan Qian Lu

    Pagi di dojo Wu Zhang selalu dimulai dengan suara denting pedang dan teriakan murid-murid yang berlatih. Di bawah bimbingan Wu Zhang, latihan bukanlah sekadar demonstrasi teknik, melainkan ujian keberanian dan ketahanan. Wu Zhang percaya bahwa hanya dengan menghadapi bahaya nyata, seorang pendekar bisa memahami esensi sejati dari pedang.Mo Tian dan Liu Qingxue berdiri di barisan murid baru. Pedang tajam di tangan mereka terasa berat, bukan hanya karena bobotnya, tetapi juga karena tanggung jawab yang menyertainya.“Di sini, kita tidak menggunakan pedang kayu,” kata Wu Zhang tegas di hadapan semua murid. “Jika kau takut terluka, kau tidak pantas belajar seni pedang.”Mata Wu Zhang menyapu barisan murid, lalu berhenti pada Mo Tian dan Liu Qingxue. “Kalian berdua sudah membuktikan sesuatu dengan keberanian kalian sebelumnya. Tapi itu belum cukup. Jika ingin belajar dariku, kalian harus menunjukkan tekad yang lebih kuat.”Mo Tian dan Liu Qingxue hanya mengangguk, menatap Wu Zhang dengan

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 46. Menemui Guru Ahli Pedang

    Kota Beiyuan, terletak di kaki Gunung Tianlan, adalah tempat yang gemerlap dengan sejarah panjang sebagai pusat seni bela diri. Jalan-jalan kota dipenuhi toko-toko senjata, arena latihan terbuka, dan aliran murid dari berbagai sekte yang berlalu lalang. Bau logam dan suara denting pedang terdengar hampir di setiap sudut kota, menandakan betapa mendalamnya budaya bela diri di tempat ini.Mo Tian, Liu Qingxue, dan Feng Zhan memasuki Beiyuan menjelang senja. Matahari yang terbenam mewarnai langit dengan semburat oranye keemasan, sementara bayangan gedung-gedung kota mulai memanjang. Kehadiran mereka tidak terlalu mencolok, tetapi aura Mo Tian dengan pedang Langit Membara yang terselip di punggungnya menarik perhatian beberapa orang.“Kota ini ramai sekali,” ujar Liu Qingxue, memandang sekeliling dengan mata berbinar.“Beiyuan memang selalu hidup,” jawab Feng Zhan sambil tersenyum kecil. “Ini adalah tempat di mana ahli bela diri dari berbagai penjuru berkumpul. Jangan kaget jika kita bert

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 45. Tidak Ada Waktu Memikirkan Masa Depan

    Ketika pagi datang begitu damai, seolah alam mencoba menenangkan hati Mo Tian dan Liu Qingxue setelah malam yang panjang. Embun yang masih menempel di dedaunan menciptakan kilauan seperti permata saat sinar matahari menembus celah-celah pepohonan. Namun, di tengah kedamaian itu, hati Mo Tian dan Liu Qingxue justru terombang-ambing oleh emosi yang sulit mereka pahami, apalagi ungkapkan.Mo Tian duduk di bawah pohon besar, memegangi lengannya yang sudah diperban dengan baik oleh Liu Qingxue. Luka itu masih terasa nyeri, tetapi bukan itu yang mengganggu pikirannya. Pikirannya penuh dengan tatapan Liu Qingxue semalam, penuh air mata dan ketulusan yang tidak pernah ia sangka. Bagaimana bisa seseorang begitu peduli padanya?Ia menghela napas dalam, mencoba menepis perasaan aneh yang mulai tumbuh. Ia yakin itu hanya karena situasi. Mereka telah melalui begitu banyak hal bersama, wajar jika ada rasa kedekatan. Tapi, kenapa kata-kata Liu Qingxue terus terngiang di pikirannya?“Kau tidak menger

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 44. Terluka Parah

    Liu Qingxue berlari mendekati Mo Tian yang tengah terduduk lemah di bawah pohon besar. Cahaya bulan menyinari wajahnya yang pucat, dan lengan kanannya terus mengeluarkan darah, membasahi pakaian dan tanah di bawahnya. Liu Qingxue menjerit panik melihat luka itu.“Mo Tian! Apa yang kau lakukan? Kau harus bilang jika lukamu separah ini!”Mo Tian, yang selalu terlihat tegar, hanya tersenyum kecil. “Hanya luka kecil. Aku baik-baik saja, Liu Qingxue.”Namun, senyum itu tidak cukup untuk meyakinkan Liu Qingxue. Air matanya mengalir deras saat ia membuka perban darurat yang membungkus lengan Mo Tian. Luka itu dalam dan panjang, bekas tebasan pedang musuh saat mereka bertarung di kuil. Darah segar masih menetes, membuat Liu Qingxue semakin cemas.“Ini bukan luka kecil, Mo Tian!” serunya, nadanya penuh dengan rasa marah dan khawatir. “Mengapa kau tidak bilang dari tadi?”Mo Tian menghela napas, lalu menatap Liu Qingxue dengan lembut. “Kita harus segera pergi dari kuil tadi, bukan? Aku tidak in

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 43. Orang yang Tidak Bersalah Jadi Korban

    Langit malam membentang gelap di atas kuil kecil yang tersembunyi di tengah hutan. Mo Tian dan Liu Qingxue duduk di dekat perapian yang redup di dalam kuil, menikmati ketenangan yang langka. Setelah perjalanan panjang penuh bahaya, tempat itu memberikan mereka kesempatan untuk bernafas sejenak.“Kita bisa beristirahat beberapa hari di sini,” ujar Liu Qingxue, suaranya lembut tapi mantap. “Yan Wuxi tidak akan menyangka kita ada di tempat seperti ini.”Mo Tian mengangguk setuju. “Tapi jangan terlalu lengah. Kita harus tetap waspada.”Mereka berdua memutuskan untuk berbagi jaga malam itu, memastikan tidak ada yang datang tanpa mereka sadari. Namun, kelelahan akhirnya menguasai mereka. Ketika Mo Tian mengambil giliran pertama, ia tanpa sadar tertidur lebih awal dari yang direncanakan.Di luar kuil, bayang-bayang gelap bergerak diam-diam. Anggota Sekte Langit Berdarah telah menemukan persembunyian mereka. Dengan senyap, mereka mengepung kuil, memastikan tidak ada jalan keluar bagi target m

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 42. Jangan Mudah Percaya Pada Orang Asing

    Kakek tua itu menghilang dari pandangan, langkahnya ringan seolah angin membawanya pergi. Mo Tian menatap ke arah kepergian sang kakek dengan alis berkerut. Sesuatu dalam cerita itu mengusik pikirannya. Namun, sebelum ia sempat melangkah untuk mengejar kakek tua tersebut, Liu Qingxue meraih pergelangan tangannya.“Jangan, Mo Tian,” kata Liu Qingxue pelan namun tegas. Sorot matanya memperingatkan.Mo Tian menoleh ke arah Liu Qingxue dengan ekspresi bingung. “Kenapa? Kita perlu lebih banyak informasi. Jika dia tahu sesuatu tentang Buku Kematian, kita tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja.”Liu Qingxue menghela nafas, lalu menatapnya tajam. “Aku tahu kau ingin mencari jawaban, tapi kita tidak bisa sembarangan mempercayai orang asing. Bagaimana jika ini adalah jebakan dari Yan Wuxi? Bukankah terlalu aneh kalau dia muncul di sini, di tengah perjalanan kita?”Mo Tian terdiam, merenungkan kata-kata Liu Qingxue. Ia tahu ada kebenaran dalam ucapan itu. Yan Wuxi dan orang-orangnya dikenal

  • JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR   Bab 41. Gunung Jiwa

    Hutan malam itu dipenuhi suara samar jangkrik dan angin yang menggoyangkan dedaunan. Mo Tian dan Liu Qingxue tetap duduk di dekat api unggun yang kecil, mencoba menghangatkan diri di udara dingin.Namun, kewaspadaan mereka belum sepenuhnya surut. Mo Tian terus memegang gagang pedangnya erat-erat, sementara Liu Qingxue menatap gelapnya malam dengan sorot mata penuh kehati-hatian.Setelah beberapa saat berlalu tanpa tanda-tanda bahaya, Mo Tian menghela nafas panjang. Ia meletakkan pedangnya di sisinya dan berkata, “Mungkin itu hanya binatang hutan yang berkeliaran.”Liu Qingxue melonggarkan genggaman pedangnya dan mengangguk. “Mungkin saja. Tapi tetap saja, kita harus berhati-hati. Kita tidak bisa mengambil risiko.”Mo Tian hanya tersenyum tipis. “Benar. Tapi aku rasa, malam ini kita bisa sedikit tenang.”Mereka kembali duduk bersisian, membiarkan api unggun kecil itu memancarkan cahaya hangat ke wajah mereka. Hening melingkupi, hanya ditemani oleh suara hutan yang mengalun seperti melo

DMCA.com Protection Status