Mo Tian menatap bangunan megah itu dengan tekad. “Mungkin kita tidak akan pernah tahu. Tapi yang jelas, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.”Mo Tian dan Liu Qingxue hanya bisa terdiam, menatap bangunan megah di depan mereka. Perpustakaan Besar Gunung Langit menjulang dengan keanggunan yang sulit dilukiskan. Pilar-pilarnya berkilauan keemasan di bawah sinar matahari pagi, dan atapnya yang melengkung dihiasi ukiran naga yang tampak hidup. Halaman di sekitar perpustakaan penuh dengan pohon sakura yang bunganya berguguran pelan, menciptakan suasana yang tenang dan sakral."Ini... ini nyata, kan?" tanya Liu Qingxue dengan suara lirih, masih setengah tidak percaya.Mo Tian mengangguk perlahan, meskipun ia sendiri merasa seperti berada dalam mimpi. "Aku tidak tahu bagaimana kita sampai di sini. Tapi ini pasti tempat yang kita cari."Mereka berdua berdiri sejenak, memandang bangunan itu dengan kagum sekaligus kewaspadaan. Ada sesuatu yang berbeda di udara—suatu energi yang terasa
Lorong panjang itu terasa seperti tak berujung. Langkah kaki Mo Tian dan Liu Qingxue bergema di antara dinding-dinding batu yang lembab. Cahaya tipis yang menjadi satu-satunya petunjuk mereka tampak seperti mengolok-olok, terus menjauh setiap kali mereka mendekat.“Berapa lama kita sudah berjalan?” tanya Liu Qingxue, mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya.Mo Tian menggeleng, pandangannya terpaku pada jalan di depan mereka. “Aku tidak tahu. Rasanya seperti sudah berhari-hari.”Mereka sama sekali tidak bisa menentukan waktu. Tidak ada perbedaan antara siang dan malam, hanya kegelapan yang temaram dengan suara tetesan air dari dinding-dinding batu. Kelelahan mulai menggerogoti mereka, tapi tekad untuk menemukan jawaban membuat mereka terus melangkah.“Jika ini ujian dari penjaga, dia pasti sengaja membuat kita melewati ini,” gumam Mo Tian.Liu Qingxue mengangguk pelan, meski tubuhnya sudah nyaris tak mampu. “Kita tidak boleh menyerah. Pasti ada akhir dari perjalanan ini.”Setelah
Disaat keduanya begitu sibuk dengan beberapa buku, tiba-tiba pintu sebuah ruangan terbuka. Ruangan besar itu dipenuhi aroma makanan yang menggoda. Meja panjang di tengah ruangan dipenuhi berbagai hidangan lezat—roti yang masih hangat, daging panggang yang terlihat berair, buah-buahan segar, dan sup yang mengepul.Perut Mo Tian dan Liu Qingxue yang sudah berhari-hari tidak mendapatkan makanan layak mulai meronta, memprotes kekosongannya.Mo Tian menelan ludah, matanya terpaku pada sepiring roti yang tampak empuk dan beraroma harum. “Kita sudah terlalu lama kelaparan. Mungkin ini... hadiah atas perjuangan kita sampai ke sini?” tanyanya ragu, melangkah perlahan ke meja.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh roti, Liu Qingxue menahan pergelangan tangannya dengan tegas. “Jangan, Mo Tian. Ini bukan hadiah. Ini pasti ujian lain.”Mo Tian menoleh padanya, bingung. “Apa maksudmu? Tidak ada tanda-tanda bahaya di sini. Makanan ini...”“Justru karena terlalu sempurna,” potong Liu Qingxue. “Ki
Ruangan perpustakaan yang besar dan sunyi menjadi saksi bisu kegelisahan Mo Tian dan Liu Qingxue. Setelah membaca buku besar yang mengungkap sebagian rahasia Pedang Langit Membara, rasa penasaran mereka justru semakin dalam.Mo Tian mencoba membuka kembali buku itu, namun anehnya, tulisan-tulisan di dalamnya kini menjadi kabur, seperti tertutup kabut yang tak terlihat.“Aku tidak bisa membacanya lagi,” gumam Mo Tian, menutup buku itu dengan frustasi.Liu Qingxue mendekat, mencoba melihat apa yang terjadi. “Mungkin buku ini hanya ingin kita mengetahui sampai di titik tertentu,” ujarnya. “Seperti ada batasan yang tidak bisa kita langgar.”Mo Tian mengangguk pelan, meski hatinya tidak puas. Masih banyak pertanyaan yang menggantung di benaknya tentang pedangnya dan perannya dalam melawan Bai Zhen. Namun, ia tahu tidak ada gunanya memaksakan sesuatu yang tidak bisa diungkap saat ini.Saat Mo Tian melangkah menjauh, matanya tiba-tiba tertarik pada sebuah buku kecil di rak yang rendah. Sampu
Meskipun Mo Tian mengatakan akan melawannya, tapi dia tetap saja kepikiran tentang tanda hitam itu.Liu Qingxue berusaha meyakinkannya, namun Mo Tian merasa dialah penyebab Sekte Liu Qingxue diserang oleh Sekte Langit Berdarah hingga menyebabkan guru Liu Qingxue meninggal.“Semua bukan salahmu,” ujar Liu Qingxue.“Tapi, itu terjadi karena kau dekat denganku.”Blep!Tiba-tiba semua lentera di dalam Perpustakaan itu mati.Mo Tian dan Liu Qingxue terdiam dalam kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti perpustakaan besar itu. Aroma menyengat menyeruak, seperti bau sulfur bercampur dengan tanah lembab yang membusuk.“Liu Qingxue, kau di sana?” Mo Tian memanggil dengan suara yang waspada, mencoba memastikan rekannya masih berada di dekatnya.“Aku di sini,” jawab Liu Qingxue, suaranya terdengar lebih tenang dari yang diharapkan. Namun, ia segera menggenggam lengan Mo Tian, menyalurkan rasa percaya dirinya ke dalam sentuhan itu. “Apa yang terjadi? Apa ini bagian dari perpustakaan, atau ada yang la
Di tengah keheningan perpustakaan besar Gunung Langit, Mo Tian membalik halaman sebuah buku tua dengan hati-hati. Setiap lembarannya dipenuhi dengan tulisan kuno yang tergores dengan tinta hitam.Harapannya melambung tinggi, berharap menemukan petunjuk tentang cara mengendalikan pedang Langit Membara, pedang legendaris yang kini berada di tangannya.Namun, setelah membaca beberapa paragraf, ekspresi wajah Mo Tian berubah. Ia menatap tulisan yang tertera di buku itu dengan dahi berkerut. “Semua teknik pedang tingkat tinggi yang tercatat di dunia ini telah disegel di dalam Buku Kematian,” demikian tertulis di halaman terakhir buku tersebut."Buku Kematian?" gumamnya pelan, seolah tidak percaya. Ingatan tentang pertemuannya dengan Tabib Langit muncul kembali di benaknya. Tabib itu pernah memberitahu bahwa Yan Wuxi, pemimpin Sekte Langit Berdarah, sedang mati-matian mencari Buku Kematian. Pencarian itu diduga menjadi penyebab serangkaian bencana di dunia persilatan, termasuk kehancuran be
Dalam hiruk-pikuk pertempuran, Mo Tian dan Liu Qingxue dikelilingi oleh anggota Sekte Langit Berdarah yang terus menyerang tanpa henti. Keduanya berusaha keras untuk bertahan. Pedang Langit Membara di tangan Mo Tian bersinar terang, tetapi kekuatannya sulit dikendalikan. Sementara itu, Liu Qingxue dengan gigih menghalau serangan yang datang dari berbagai arah, meskipun luka di lengannya membuat gerakannya terbatas."Mo Tian, kita tidak bisa terus seperti ini!" seru Liu Qingxue, napasnya memburu.Mo Tian menggertakkan giginya. "Kita harus bertahan. Jika mereka menang, tidak ada yang bisa menghentikan Yan Wuxi!"Tiba-tiba, suara gemuruh yang menggetarkan bumi terdengar dari kejauhan. Langit yang sebelumnya cerah mendadak menjadi gelap. Angin dingin berhembus kencang, membawa serta aura yang menggetarkan jiwa. Semua orang, baik Mo Tian, Liu Qingxue, maupun anggota Sekte Langit Berdarah, berhenti bergerak dan memandang ke arah sumber suara.Dari balik awan hitam yang bergulung, muncul ses
Langit di Gunung Langit berangsur-angsur cerah setelah Li Xiao, naga penjaga yang legendaris, menghilang di balik awan. Angin yang tadinya menderu kini mereda, meninggalkan keheningan yang berat. Liu Qingxue dan Mo Tian berdiri diam di tempat mereka, menatap tanah kosong dimana perpustakaan besar sebelumnya berdiri. Perasaan kehilangan dan kebingungan menyelimuti keduanya.Liu Qingxue akhirnya memecah keheningan. Suaranya lembut, tapi penuh tekad. "Mo Tian, kita harus turun dari Gunung Langit."Mo Tian menoleh, jelas terkejut dengan pernyataannya. "Turun? Tapi... Buku Kematian! Kita belum menemukannya, dan tanpa petunjuk dari perpustakaan ini, kita tidak tahu harus mencari ke mana."Liu Qingxue menghela napas panjang, menundukkan kepala sejenak sebelum menatap Mo Tian dengan mata yang penuh kelelahan. "Aku tahu. Tapi lihatlah keadaan kita. Tubuh kita terlalu lelah. Kita terus bertarung tanpa henti sejak awal perjalanan ini. Meskipun racun kendali itu sudah hilang, dampaknya masih tera
Bayangan Mo Tian berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh kesombongan. Mata merahnya berkilau, memperlihatkan aura yang sangat kuat dan jahat. Di sekeliling mereka, angin berputar kencang, menciptakan pusaran energi yang membatasi arena pertarungan.Fang Zhi mengepalkan tinjunya, sementara Liu Qingxue menatap Mo Tian dengan cemas.“Kami tidak bisa membantu?” Liu Qingxue bertanya dengan suara penuh kekhawatiran.Penjaga Kuil Jiwa Terakhir menggeleng. “Ini adalah ujian Mo Tian. Jika kalian ikut campur, maka pertarungan ini dianggap tidak sah, dan Mo Tian akan langsung kalah.”Fang Zhi menggertakkan giginya. Ia ingin sekali menghunus pedangnya dan menyerang bayangan Mo Tian itu, tetapi ia tahu bahwa hal itu hanya akan membuat segalanya semakin buruk.Mo Tian menarik napas dalam-dalam. Tangannya meraih gagang pedangnya dengan erat. “Baiklah. Aku akan mengalahkanmu.”Bayangannya tertawa dingin. “Kau? Mengalahkanku?” Ia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba pedang hitam pekat muncul di geng
Fang Zhi menggertakkan giginya. Ada sesuatu yang tidak beres dengan lelaki tua itu. Tatapan matanya kepada Mo Tian seolah mengandung maksud tersembunyi, seperti seseorang yang menunggu sesuatu terjadi.“Kita harus pergi,” katanya tegas, berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman yang terus menghantuinya.Mo Tian mengangguk pelan, tubuhnya masih lemah. Liu Qingxue tampak ragu, tapi ia tahu Fang Zhi tidak akan bertindak gegabah tanpa alasan.Lelaki tua itu hanya tersenyum tipis melihat mereka bersiap pergi. “Kalian boleh mencoba pergi, tapi ingatlah kata-kataku. Pada akhirnya, hanya ada satu jalan untuk menghancurkan Buku Kematian…”Fang Zhi menatapnya tajam sebelum menarik lengan Mo Tian, membantunya berjalan. “Kita tidak akan mempercayaimu begitu saja.”Lelaki tua itu terkekeh. “Kita lihat saja nanti.”Tanpa menunggu lebih lama, mereka segera meninggalkan tempat itu.Langit malam mulai menyelimuti perjalanan mereka. Angin dingin berhembus perlahan, menambah ketegangan di antara mereka
ShaaatMo Tian hanya bisa menghela napas berat saat Buku Kematian tiba-tiba melayang dan tersedot ke dalam Pedang Langit Membara, seolah-olah pedang itu memiliki kekuatan alami untuk menyegel keberadaan buku tersebut. Cahaya redup berkedip dari pedang, lalu segalanya kembali tenang.Fang Zhi dan Liu Qingxue saling berpandangan, masih mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Lelaki tua berjubah abu-abu itu tetap diam, matanya menatap tajam ke arah pedang suci yang kini kembali menjadi wadah segel bagi buku terkutuk itu."Sepertinya kita tidak perlu menyegel Mo Tian..." kata Fang Zhi, mencoba mencairkan ketegangan.Namun, lelaki tua itu justru tertawa pelan, suaranya menggema di ruangan yang sunyi. "Jangan terlalu cepat bernafas lega. Kalian sudah mengetahui keberadaan Buku Kematian… dan yang lebih buruk lagi, buku itu telah mengenali pemiliknya."Mo Tian menoleh dengan ekspresi dingin. "Apa maksudmu?"Lelaki tua itu melangkah maju, tatapannya penuh makna. "Kau pasti menyadarinya. B
Mo Tian merasakan tubuhnya melemah seiring dengan hisapan kekuatan yang dilakukan oleh Buku Kematian. Wajahnya memucat, tangannya gemetar, dan matanya mulai kehilangan fokus. Sebuah perasaan kosong merayapi pikirannya—seakan ada bagian dari dirinya yang terenggut dan tak akan pernah kembali.Fang Zhi yang sejak awal memperhatikan perubahan pada Mo Tian segera bertindak.“Berhenti!” serunya, matanya melebar saat menyadari sesuatu yang mengerikan.Buku Kematian bukan hanya menyerap jiwa yang mereka korbankan, tapi juga terus menarik jiwa Mo Tian!Namun, sebelum mereka sempat bereaksi lebih jauh, aura hitam pekat meledak dari buku itu, menyebar ke seluruh ruangan seperti kabut neraka. Buku itu bergetar hebat, seolah ada kekuatan yang terbangun di dalamnya.Mo Tian tak mampu bertahan lebih lama. Tubuhnya jatuh ke lantai dengan suara berdebum keras.“Mo Tian!” Liu Qingxue berlari mendekat, wajahnya penuh kepanikan.Fang Zhi, tanpa berpikir panjang, segera mengalirkan kekuatan spiritualnya
“Tunggu!” teriak Liu Qingxue.“Gunakan cara yang lain! Dan aku yakin kita bisa menggunakan cara lain,” sambungnya sambil menggeleng dan airmata yang telah jatuh di wajahnya.Mo Tian menatap Liu Qingxue. “Aku tidak apa-apa.”“Bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan kami?” tanya Liu Qingxue.Lelaki berjubah itu mendesah dan kembali bersuara. "Jika kau ingin aku membaca buku ini, kau harus memilih... darah atau jiwa. Jika kau memilih darah, maka pemiliknya harus mengorbankan darahnya sendiri untuk membuka tiap halaman. Tapi darah manusia terbatas. Membuka seluruh isi buku ini dengan darahnya... hanya akan membuatnya mati kehabisan darah sebelum semua terungkap. Tidak bisa dengan darah orang lain.”Mo Tian menggenggam buku itu semakin erat.“Jika jiwa orang lain? Disini banyak jiwa yang terperangkap, gunakan mereka," tanya Liu Qingxue."Jiwa seseorang akan dikorbankan untuk membuka halaman buku. Jiwa itu akan musnah, tidak bisa bereinkarnasi, tidak bisa kembali. Jiwa itu akan menjadi bagi
Buku Kematian yang kini berada di tangan Mo Tian kembali terlihat kosong. Huruf-huruf yang sebelumnya muncul saat terkena darahnya telah lenyap, menyisakan halaman-halaman kosong yang seakan menyimpan misteri yang lebih dalam.Mo Tian menghela nafas panjang. Jika satu tetes darah saja dapat menampakkan huruf-huruf itu, maka butuh seluruh darahnya untuk membaca keseluruhannya. Itu bukan pilihan yang bisa diambil begitu saja.Perjalanan mereka menuju Gunung Jiwa Abadi terasa lebih mudah dari yang mereka bayangkan. Tidak ada rintangan berarti, tidak ada serangan dari iblis atau makhluk penjaga. Ini terlalu aneh. Gunung Jiwa Abadi seharusnya menjadi tempat yang paling sulit dijangkau, namun mereka berjalan tanpa hambatan."Aku tidak suka ini," gumam Liu Qingxue sambil menatap sekeliling dengan waspada."Aku juga," timpal Fang Zhi. "Biasanya tempat seperti ini penuh dengan jebakan atau makhluk penjaga. Ini terlalu sepi."Mo Tian tidak banyak bicara, tetapi dia bisa merasakan hawa dingin ya
“Kau adalah aku, Mo Tian!”Namun, sebelum tangannya bisa menyentuhnya, sebuah energi gelap meledak dari buku itu!DORR!!!Mo Tian, pria itu, Liu Qingxue, dan Fang Zhi semuanya terpental ke belakang akibat kekuatan yang tiba-tiba muncul. Angin kencang berputar di sekitar mereka, menciptakan pusaran bayangan yang menelan cahaya di sekitarnya.Pria yang mengaku sebagai Dewa Kematian tergelincir di tanah, namun dengan cepat ia kembali berdiri, matanya bersinar tajam."Tampaknya buku itu sudah memilih pemiliknya yang baru..." katanya dengan nada tajam. "Tapi itu bukan berarti kau bisa mengendalikannya tanpa aku, Mo Tian."Mo Tian merasa dadanya sesak, tangannya masih erat menggenggam buku itu.Dari dalam buku, suara berbisik mulai terdengar."Kau adalah pemilikku, karena kau adalah aku... Kau adalah penguasa kematian... Terimalah takdirmu, Mo Tian..."Mo Tian menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri. Namun, suara dari buku itu semakin kuat. Gambaran aneh muncul di pikirannya—bayangan h
Langit mulai memerah saat Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi melangkah keluar dari Kuil Seribu Bayangan. Udara dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan embusan angin pegunungan. Mereka tidak punya waktu untuk beristirahat lebih lama. Gunung Jiwa Abadi menunggu mereka."Kita harus segera berangkat," kata Fang Zhi, suaranya tegas meskipun ada sedikit nada kelelahan di dalamnya. "Semakin lama kita menunda, semakin besar risiko Mo Tian kehilangan kendali."Mo Tian mengangguk meskipun tubuhnya masih terasa lemah. Sejak insiden di kuil, dia terus merasakan getaran aneh dalam tubuhnya—seolah ada sesuatu yang mencoba keluar dari dalam dirinya.Liu Qingxue menatapnya dengan cemas."Apa kau yakin bisa melanjutkan perjalanan?" tanyanya. "Kita bisa istirahat sebentar jika kau butuh waktu."Mo Tian menyeringai tipis."Jika kita berhenti sekarang, aku takut aku tidak akan bangun lagi."Fang Zhi memandangnya dalam-dalam, lalu akhirnya mengangguk."Baiklah. Kita pe
Langkah kaki mereka bergema di lorong-lorong gelap Kuil Seribu Bayangan.Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi bergerak dengan hati-hati, menyusuri jalan setapak yang dipenuhi ukiran-ukiran kuno di dinding. Meski mereka sudah berhasil mengambil Buku Kematian, perasaan tidak nyaman masih menyelimuti mereka.Mo Tian menatap buku itu dengan waspada. Meski terlihat seperti buku kosong dimata Liu Qingxue dan Fang Zhi, bahkan untuknya saat ini. Tapi dia yakin kalau itu memanglah buku kematian yang mereka cari. Dan siapa yang menyangka, perjalanan yang mereka tempuh sudah begitu banyak, buku itu ternyata selalu membersamainya, buku itu bersemayam di dalam pedang Langit Membawa milik Mo Tian.Mo Tian menggenggam erat buku itu, matanya tajam menatap ke depan. Liu Qingxue dan Fang Zhi berjalan di sisinya, mengawasi setiap gerak-geriknya.Fang Zhi meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada serius,"Mo Tian, kau harus tetap fokus. Jangan biarkan suara-suara itu mengendalikanmu."Mo Tian mengerut