Flashback On "Hei! Untuk apa kamu membawaku ke sini?" Shine protes saat Zaf menghentikan mobil sportnya di sebrang gedung apartemen mewah. "Pulangkan aku ke rumahku sendiri!" Zaf ikut mengamati gedung tinggi itu seraya melepas seat belt dan menarik ponselnya keluar dari saku celana. Beberapa menit yang lalu mereka baru saja turun dari pesawat jet yang terbang dari Pekan Baru dan setelahnya Zaf melajukan mobilnya seperti orang gila mentang-mentang jalanan sedang sepi karena larut malam. "Aku akan memulangkanmu nanti kalau urusanku sudah selesai," jawab Zaf enteng tanpa melihat ke arah Shine yang melongo. "Memangnya aku peduli dengan urusanmu!!" Shine mulai sewot. "Harus." Zaf melirik sekilas. "Aku harus menemui seseorang tapi firasatku tidak enak jadi aku akan membawamu untuk berjaga-jaga." "Sialan!!" Shine meninju lengan Zaf yang langsung melotot ke arahnya. "Aku bukan pesuruhmu." Zaf berdecak. "Apa kau mau pisau lipatmu kembali?" Shine mengerjap. "Jadi, seseorang mengambil pi
"Cepat berikan penawarnya, Shine," desis Zaf yang terlihat seperti cacing kepanasan. Tanpa banyak kata, Shine langsung memberikannya ke Zaf yang melarikan diri ke kamar mandi meninggalkan Shine dan Helena yang pingsan di atas sofa setelah tadi dia menyuntiknya dengan obat tidur sesuai instruksi Zaf dan wanita itu langsung tumbang seketika. Shine melipat lengan di dada seraya menggelengkan kepala memandangi medusa. "Wanita yang malang. Aku akan mendoakan semoga kamu kembali ke jalan yang benar." Shine mengedarkan pandangan dan berdecak. "Di mana wanita ini menyimpan pisauku?""Ada pada seseorang." Shine menoleh ke Zaf yang keluar dari kamar mandi dengan wajah basah. "Aku akan menemukan laki-laki itu dan mendapatkan pisaumu kembali." Zaf terduduk di sofa yang lain dan meluruskan kaki lalu merebahkan kepalanya di sana. "Kamu kelihatan frustasi sekali! Tidak mendapatkan pelampiasan?" ejek Shine.Zaf mengangkat kepalanya. "Jangan menyindir. Efeknya masih terasa. Kalau tadi aku tidak men
Di ambang pintu Shine menoleh. "Lebay banget!" Lalu keluar dari sana meninggalkan Zaf yang tertawa kemudian hanya duduk diam memandangi Helena yang akan bangun sekitar satu jam lagi. Lima belas menit kemudian, bel apartemen berbunyi dan Zaf langsung berdiri dan membukanya. "Revan?" Lelaki berperawakan tinggi dengan dua tindik di telinga itu mengangguk. "Di mana Helena?" Zaf memiringkan tubuhnya supaya dia bisa masuk dan melihat Helena yang tertidur di sofa. "Aku memberinya obat tidur dosis kecil dan dia akan bangun sebentar lagi. Aku mendapatkan informasi tentangmu dari riwayat masa lalunya. Kau sangat tergila-gila dengannya kan sejak lama?" "Yeah, tapi dia hanya menganggapku angin lalu. " Zaf mengangguk, menyerahkan satu jarum suntik yang cairannya lebih sedikit. "Ini akan membuatnya berhalusinasi nanti sementara kau melakukan apa yang harus kau lakukan." "Aku mengerti. Ini kesempatanku setelah sekian lama. Aku tidak akan melepaskan wanita ini lagi karena dia milikku." "Terser
"Aku tidak akan memasukkanmu ke penjara dengan tuduhan pencemaran nama baik dan juga membeberkan bukti penipuan-penipuan yang selama ini kau lakukan. Sebagai gantinya kau harus membersihkan namaku dan mengucapkan permintaan maaf di depan media." Helena memalingkan wajah saat mendengar semua yang dikatakan Zaf. "Lalu segeralah kamu bertobat," tambah Shine nampak seperti biarawati. Zaf tersenyum tipis mendengar hal itu. Helena menoleh dan menatap tajam keduanya. "Kalian berdua benar-benar brengsek!!" "Loh, yang penipu itu kan kamu, kenapa malah aku yang dikatain brengsek!!" Shine jelas tidak terima. "Aku benar-benar hamil anakmu Zaf," ucapnya dengan tatapan sedih ke Zafier yang menghela napas lalu mendekati ranjang di mana Helena berbaring. "Aku akan memberitahumu rahasia. Anak yang ada di dalam perutmu itu bukan anakku karena kita tidak bercinta malam itu." Helena sudah akan menjawab saat Zaf langsung melanjutkan bicaranya. "Aku tahu kau mau mengatakan apa. Kau merasa bercinta d
"Shine Aurora." Sasha mengucapkan namanya dengan penuh penekanan."Yes mom." Shine garuk-garuk kepala, sudah bisa menduga apa yang akan diocehkan sahabatnya. Setelah keluar dari ruangan rawat inap medusa, Shine memilih berdiri tidak jauh dari area taman rumah sakit"Kenapa Minnie maraung-raung kelaparan? Kamu gak pulang ya semalaman?" "Err—""Jangan bilang kalau kamu nginap di rumahnya bule itu dan masih berada di sana sampai sekarang? Oh Tuhan! Demi kaus kaki Santa, apa kepalamu kejedot tambok?""Slow down, Sha. Ini gak seperti apa yang kamu bayangkan kok." Shine mengigit ujung kukunya."Memangnya apa yang aku bayangkan?" Sasha bertanya balik."Hmm, membayangkan kalau aku dan bos sinting itu tidur bersama—""WHAAATT!!!" Shine langsung menjauhkan ponselnya mendengar pekikan Sasha. "Kamu tidur sama dia?""NO WAY!!" bantah Shine keras. "Aku gak tidur sama dia walaupun yah—" Shine mengacak rambutnya ketika ingat kalau tadi pagi dia bangun di tas ranjang empuk ukuran King Size dengan a
Zafier geram karena lelaki gila itu mengincarnya dengan menggunakan Shine. Zaf berusaha menahan tangannya tetap diam dengan kepalan tangan yang menguat saat dirinya dilucuti dan tembakannya di ambil paksa sebelum di bawa masuk ke dalam lift yang membawanya naik entah ke mana di dalam gedung tidak terpakai jauh dari pusat kota. Rey hanya bisa mengawasi dari jauh karena laki-laki gila itu mengancam akan melukai Shine kalau Zaf nekat membawa mereka masuk. Zaf penasaran siapa laki-laki yang dendam padanya itu dan mungkin inilah saatnya mereka saling berhadapan dan menuntaskan apapun yang dibawanya tapi Zaf berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan melakukan apapun agar Shine selamat tanpa luka gores sedikitpun. Laki-laki itu harus mendapatkan pukulan kemarahannya dan Zaf tidak pernah main-main. "Masuk!" Zaf di dorong masuk ke dalam salah satu pintu yang langsung tertutup di belakangnya. Diedarkannya pandangan sembari melangkah waspada memperhatikan dan mendengar setiap suara yang
Zaf berlari mendekat tapi secepatnya menghentikan langkah kakinya saat laki-laki kedua yang sejak tadi diam mengarahkan mata pistolnya ke kepala Shine. Zaf jelas tidak bisa bertindak gegabah. Sean tertawa membahana, kembali menatap Zaf dengan gelengan kepala."Laki-laki yang lemah. Aku baru menamparnya sekali dan kau sudah bereaksi berlebihan.Ck." Sean nampak geli sendiri. "Sama seperti yang kau lakukan dengan Victoria dulu yang rela pasang badan untuk melindunginya.""Kau seharusnya membusuk di penjara," desis Zaf. "Atau aku yang akan membunuhmu setelah ini!""Lakukan saja tapi jangan salahkan aku kalau wanita ini yang akan kau lihat lebih dulu terkapar dan tidak bernapas."Zaf bersuaha keras menahan amarah di dadanya."Saat Papa kita berdua menjodohkan Victoria dengan Max, kakak kembarmu itu, aku berpikir, kenapa kedua kembar Gaster begitu membuatku marah. Aku tahu kalau kau juga membenci kakakmu karena menerima perjodohan gila itu padahal dia tahu kalau Victoria mencintaimu dan beg
"Ini untuk almarhum kakakku, brengsek!!" Zaf memukul wajahnya dengan keras membuatnya terhuyung ke belakang lalu memukulnya lagi berkali-kali. Sean terhempas ke dinding dan Zaf menekan lehernya di sana dengan lengannya, saling menatap dengan luka masa lalu yang masih membayang. "Max memang mengakui mencintai Victoria dan dia mengatakannya padaku secara langsung tapi dia memilih mundur dan berniat membatalkan perjodohan itu tapi kau sudah lebih dulu mencelakakannya. Aku belum sempat minta maaf padanya!!" murka Zaf. "Aku membawa bayangan kematian Victoria dan penyesalan terhadap kakakku selama ini dan itu semua karena kau. Pikiran gilamu itu membuat kami semua menderita bahkan adikmu sendiri yang begitu menyayangimu." BUK!! Zaf memukul lagi wajahnya. "KAU SEHARUSNYA MATI SEJAK LAMA!!" Setelah berteriak, Zaf menghajar Sean membabi buta hingga membuat Shine khawatir dan berniat menarik Zaf menjauh sebelum terjadi pembunuhan berdarah tapi seseorang lebih dulu melilitkan tali ditubuhnya