Di ambang pintu Shine menoleh. "Lebay banget!" Lalu keluar dari sana meninggalkan Zaf yang tertawa kemudian hanya duduk diam memandangi Helena yang akan bangun sekitar satu jam lagi. Lima belas menit kemudian, bel apartemen berbunyi dan Zaf langsung berdiri dan membukanya. "Revan?" Lelaki berperawakan tinggi dengan dua tindik di telinga itu mengangguk. "Di mana Helena?" Zaf memiringkan tubuhnya supaya dia bisa masuk dan melihat Helena yang tertidur di sofa. "Aku memberinya obat tidur dosis kecil dan dia akan bangun sebentar lagi. Aku mendapatkan informasi tentangmu dari riwayat masa lalunya. Kau sangat tergila-gila dengannya kan sejak lama?" "Yeah, tapi dia hanya menganggapku angin lalu. " Zaf mengangguk, menyerahkan satu jarum suntik yang cairannya lebih sedikit. "Ini akan membuatnya berhalusinasi nanti sementara kau melakukan apa yang harus kau lakukan." "Aku mengerti. Ini kesempatanku setelah sekian lama. Aku tidak akan melepaskan wanita ini lagi karena dia milikku." "Terser
"Aku tidak akan memasukkanmu ke penjara dengan tuduhan pencemaran nama baik dan juga membeberkan bukti penipuan-penipuan yang selama ini kau lakukan. Sebagai gantinya kau harus membersihkan namaku dan mengucapkan permintaan maaf di depan media." Helena memalingkan wajah saat mendengar semua yang dikatakan Zaf. "Lalu segeralah kamu bertobat," tambah Shine nampak seperti biarawati. Zaf tersenyum tipis mendengar hal itu. Helena menoleh dan menatap tajam keduanya. "Kalian berdua benar-benar brengsek!!" "Loh, yang penipu itu kan kamu, kenapa malah aku yang dikatain brengsek!!" Shine jelas tidak terima. "Aku benar-benar hamil anakmu Zaf," ucapnya dengan tatapan sedih ke Zafier yang menghela napas lalu mendekati ranjang di mana Helena berbaring. "Aku akan memberitahumu rahasia. Anak yang ada di dalam perutmu itu bukan anakku karena kita tidak bercinta malam itu." Helena sudah akan menjawab saat Zaf langsung melanjutkan bicaranya. "Aku tahu kau mau mengatakan apa. Kau merasa bercinta d
"Shine Aurora." Sasha mengucapkan namanya dengan penuh penekanan."Yes mom." Shine garuk-garuk kepala, sudah bisa menduga apa yang akan diocehkan sahabatnya. Setelah keluar dari ruangan rawat inap medusa, Shine memilih berdiri tidak jauh dari area taman rumah sakit"Kenapa Minnie maraung-raung kelaparan? Kamu gak pulang ya semalaman?" "Err—""Jangan bilang kalau kamu nginap di rumahnya bule itu dan masih berada di sana sampai sekarang? Oh Tuhan! Demi kaus kaki Santa, apa kepalamu kejedot tambok?""Slow down, Sha. Ini gak seperti apa yang kamu bayangkan kok." Shine mengigit ujung kukunya."Memangnya apa yang aku bayangkan?" Sasha bertanya balik."Hmm, membayangkan kalau aku dan bos sinting itu tidur bersama—""WHAAATT!!!" Shine langsung menjauhkan ponselnya mendengar pekikan Sasha. "Kamu tidur sama dia?""NO WAY!!" bantah Shine keras. "Aku gak tidur sama dia walaupun yah—" Shine mengacak rambutnya ketika ingat kalau tadi pagi dia bangun di tas ranjang empuk ukuran King Size dengan a
Zafier geram karena lelaki gila itu mengincarnya dengan menggunakan Shine. Zaf berusaha menahan tangannya tetap diam dengan kepalan tangan yang menguat saat dirinya dilucuti dan tembakannya di ambil paksa sebelum di bawa masuk ke dalam lift yang membawanya naik entah ke mana di dalam gedung tidak terpakai jauh dari pusat kota. Rey hanya bisa mengawasi dari jauh karena laki-laki gila itu mengancam akan melukai Shine kalau Zaf nekat membawa mereka masuk. Zaf penasaran siapa laki-laki yang dendam padanya itu dan mungkin inilah saatnya mereka saling berhadapan dan menuntaskan apapun yang dibawanya tapi Zaf berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan melakukan apapun agar Shine selamat tanpa luka gores sedikitpun. Laki-laki itu harus mendapatkan pukulan kemarahannya dan Zaf tidak pernah main-main. "Masuk!" Zaf di dorong masuk ke dalam salah satu pintu yang langsung tertutup di belakangnya. Diedarkannya pandangan sembari melangkah waspada memperhatikan dan mendengar setiap suara yang
Zaf berlari mendekat tapi secepatnya menghentikan langkah kakinya saat laki-laki kedua yang sejak tadi diam mengarahkan mata pistolnya ke kepala Shine. Zaf jelas tidak bisa bertindak gegabah. Sean tertawa membahana, kembali menatap Zaf dengan gelengan kepala."Laki-laki yang lemah. Aku baru menamparnya sekali dan kau sudah bereaksi berlebihan.Ck." Sean nampak geli sendiri. "Sama seperti yang kau lakukan dengan Victoria dulu yang rela pasang badan untuk melindunginya.""Kau seharusnya membusuk di penjara," desis Zaf. "Atau aku yang akan membunuhmu setelah ini!""Lakukan saja tapi jangan salahkan aku kalau wanita ini yang akan kau lihat lebih dulu terkapar dan tidak bernapas."Zaf bersuaha keras menahan amarah di dadanya."Saat Papa kita berdua menjodohkan Victoria dengan Max, kakak kembarmu itu, aku berpikir, kenapa kedua kembar Gaster begitu membuatku marah. Aku tahu kalau kau juga membenci kakakmu karena menerima perjodohan gila itu padahal dia tahu kalau Victoria mencintaimu dan beg
"Ini untuk almarhum kakakku, brengsek!!" Zaf memukul wajahnya dengan keras membuatnya terhuyung ke belakang lalu memukulnya lagi berkali-kali. Sean terhempas ke dinding dan Zaf menekan lehernya di sana dengan lengannya, saling menatap dengan luka masa lalu yang masih membayang. "Max memang mengakui mencintai Victoria dan dia mengatakannya padaku secara langsung tapi dia memilih mundur dan berniat membatalkan perjodohan itu tapi kau sudah lebih dulu mencelakakannya. Aku belum sempat minta maaf padanya!!" murka Zaf. "Aku membawa bayangan kematian Victoria dan penyesalan terhadap kakakku selama ini dan itu semua karena kau. Pikiran gilamu itu membuat kami semua menderita bahkan adikmu sendiri yang begitu menyayangimu." BUK!! Zaf memukul lagi wajahnya. "KAU SEHARUSNYA MATI SEJAK LAMA!!" Setelah berteriak, Zaf menghajar Sean membabi buta hingga membuat Shine khawatir dan berniat menarik Zaf menjauh sebelum terjadi pembunuhan berdarah tapi seseorang lebih dulu melilitkan tali ditubuhnya
Flashback On "ZAfier—" Suara seorang gadis memanggil seraya mengguncang tubuhnya. "Oh come on. Bangunlah, Zaf." Zaf perlahan membuka mata, merasakan sinar matahari menyinari wajah, diletakkannya lengan di atas kepala menghalangi sinar matahari agar bisa melihat lebih jelas. Matanya langsung menangkap wajah cemberut sunshine-nya. Zaf langsung bangkit untuk duduk. "Kau gak apa-apa kan?" Victoria cemberut, memperlihatkan tangannya yang terkena cakaran kucing membuat Zaf kaget. "Demi Tuhan!!" "Zaf, aku tahu kau takut sama kucing tapi kenapa kau malah pingsan dan membiarkanku di cakar seperti ini. Katanya kau mau melindungiku dari apapun." "Maafkan aku." Zaf panik, meniup luka Victoria dengan wajah penuh penyesalan. "Aku pengecut. Maaf." "Apa kucing tidak ada di dalam kata apapun yang kau ucapkan itu?" Zaf menghela napas, duduk berhadapan di bawah pohon rindang setelah insiden kucing agresife tadi. "Seharusnya dari apapun itu aku akan melindungimu. Fobiaku dengan kucing membuat
Zaf berdiri, menggendong Shine dalam pelukannya kemudian mengedarkan pandangan. "Suruh lima orangmu ganti baju untuk menjaga Shine di rumah sakit. Aku tidak mau kejadian seperti ini terjadi lagi." "Siap bos," ucap Rey dan berbalik pergi. "Sok bossy," dengus Shine, merasa terlalu lemah untuk jalan sendiri. Tubuhnya terasa sakit semua. "Aku memang boss dan kau juga sok jagoan." Zaf mendekap erat Shine dalam pelukannya dan membawanya pergi dari sana. "Aku memang jagoan!!" Zaf memutar bola matanya. "Oke, aku akan mengingatnya juga tindakan heroikmu tadi dan ah ya teriakan penyemangatmu. Idiot? Berani sekali kau meneriaki bosmu sendiri indiot." Sepanjang perjalanan mereka ribut berdua. "Kamu memang idiot. Kenapa kamu malah diam aja dihajar begitu?" "Hei, aku memikirkan keselamatanmu. Wanita macam apa kau ini yang ditawan tapi terlihat tenang-tenang saja." "Lalu aku harus apa? Histeris? Menangis tersedu-sedu seperti semua wanita yang dalam adegan penculikan?" "Yah begitu lebih