“Yang aku mau adalah kamu datang ke kantor ini dua hari sekali mulai besok. Semua credit card yang ada di dompetmu serahkan kepadaku, jangan ada yang tertinggal satu pun. Mulai hari ini, kamu pakai black card ini, agar aku tau semua barang yang kamu belanjakan."
"Jika, kamu tidak hamil maka aku akan melepaskanmu dan tidak akan mengganggu pernikahamu dengan Clay. Tapi, jika kamu hamil, kamu wajib untuk membatalkan pernikahan kalian. Untuk sementara itu yang aku mau.” Kevin lalu menaruh sebuah clack card di atas mejanya.
Felisha melirik benci kepada Kevin. Dia masih belum begitu percaya dengan ancaman tentang video yang dikatakan oleh Kevin. Sekali lagi, Feli mengumpulkan keberaniannya dan angkat bicara kepada calon kakak iparnya itu.
“Aku, tidak percaya dengan video yang kamu katakan. Bisa saja itu hanya karanganmu belaka, untuk mengancam aku.” Feli kembali mendengus.
Kevin hanya menggeleng sambil tertawa. Ia lalu membuka ponselnya dan tidak lama, suara notif pesan terdengar di ponselnya Feli. Ia lalu membuka video yang sepertinya dipotong itu.
Video berdurasi tiga puluh detik itu menunjukkan dirinya yang sangat agresif membuka pakaiannya sambil menggigit bibir dengan gerakan sensual. Saat pakaiannya terjatuh di lantai, video tersebut berakhir begitu saja.
“Sudah percaya? Mau lihat lanjutannya? Bagaimana kamu menggoda aku dengan tarian stripsis mu itu. Asal kamu tau, calon adik ipar, aku tidak menyangka jika kamu bisa sepanas itu, semalam."
"Aku, sama sekali tidak memaksamu, sejak awal saat di mobil, kamu sudah menggodaku, kamu sendiri yang minta untuk ikut ke penthouseku. Apa perlu aku putar rekaman rayuanmu dengan suara serak dan manjamu itu?”
“Hentikan! Kau, bajingan Kevin!” teriak Felisha sambil menutup kedua telinganya.
Dia tidak sanggup lagi mendengar detail kejadian semalam menurut versi Kevin. Buru-buru dia langsung membuka dompetnya dan memberikan semua kartu ATM serta Credit Card miliknya. Ia juga langsung mengambil sebuah black card milik Kevin.
“Semua akses keuangan pribadimu ini, akan aku kembalikan jika kamu sudah menikah. Baik dengan Clay atau dengan aku. Sekarang, pergilah, belanja sepuasnya."
"Manjakan Mama dan adikmu, aku akan bekerja.” Kevin lalu memalingkan wajahnya kembali ke layar komputer dan tidak menghiraukan Felisha yang cemberut dengan nafasnya yang memburu.
Tanpa pamit, Felisha langsung meninggalkan Kevin begitu saja dan saat dia membuka pintu kantor, Kevin kembali berteriak.
“Hati-hati, calon adik ipar. Aku tunggu kalian nanti malam di penthouseku.”
Felisha hanya menjawabnya dengan suara bantingan pintu yang tidak wajar. Ia langsung pergi ke rumah kedua orang tuanya. Sesampainya di sana, terlihat mamanya sedang sibuk melakukan fitting pakaian pesta yang rencananya akan dipakai saat acara pernikahannya dua bulan lagi.
“Feli!” panggil Sang Bunda.
“Ma, wah! Cantik banget, ini yang nanti mau dipakai saat acara resepsi pernikahannya Feli?” tanya Feli berusaha terdengar ceria.
“Iya, eh … kamu kenapa? Kok bindeng gitu suaranya?”
“Nggak Ma, cuman terharu aja. Eh, Ma … boleh Feli bertanya?”
Mendengar alasan anaknya, Betari kembali menatap gambar dirinya sambil memiringkan badannya ke kiri dan ke kanan. Menatap takjub dirinya sendiri. “Boleh, mau tanya apa, Nak?”
“Utang Papa, ke keluarga Sanjaya sebenarnya berapa, Ma?” tanya Feli hati-hati.
Betari langsung berhenti mengagumi dirinya sendiri, ia mengerutkan dahinya, menatap heran anaknya. “Kenapa, Nak? Apa kamu ada masalah sama Clay?” tanya Betari khawatir.
“Nggak, Ma. Feli hanya ingin tau saja, biar bisa kerja keras dan membantu Papa dan Mama,” sahut Feli sambil memeluk Betari dari belakang.
“Oh, kalau nggak ada masalah yah sudah. Kamu, buat Mama, deg deg an aja. Utang, papamu kalo nggak salah sekitar dua ratus milyar, Nak. Makanya, Mama senang banget pas dengar Clay melamar kamu, Nak.” Betari lalu mengelus lembut wajah Feli dengan lembut.
“Dua ratus milyar?” Lemas sudah lutut Felisha mendengar nominal utang keluarganya.
Jika sudah seperti ini, dirinya sudah tidak punya pilihan lain lagi, selain mengikuti semua kemauan Kevin. Tapi timbul satu tekat yang begitu bulat dalam dirinya.
“Aku, akan membayar semua utang papaku dan saat semua utang itu lunas, jika aku memang harus menjadi istrimu maka aku akan menceraikanmu tepat pada waktunya,” batin Felisha.
“Ya, uda Ma, Feli mau ke kamar dulu,” pamit Felisha lalu beranjak ke kamarnya.
Ia lalu mengirimkan pesan singkat kepada Clay, mengatakan jika nanti malam jangan lupa pergi ke penthousenya Kevin. Tidak lupa Feli juga mengatakan jika dirinya lagi sakit dan meminta maaf karena tidak bisa menemani tunangannya. Untunglah sebuah balasan dari Clay meneduhkan hatinya.
“Tidak apa, Sayang. Kamu istirahat saja, aku akan menemui kakakku sendiri. Nanti pilihan dekorasinya akan aku kirim lewat chat, yah.” Tidak lupa Clay mengirimkan gambar stiker hati yang sangat besar hingga membuat Feli tersenyum sambil menyeka air matanya.
Sejak malam itu, sesuai perjanjian yang telah disepakati. Feli datang ke kantor Kevin setiap dua hari sekali, dia akan melakukan test urin yang diawasi langsung oleh Kevin dan seorang dokter pribadinya Kevin.
Setiap kali melihat tespek yang bertandakan negative, Feli selalu bernafas lega dan pergi dari kantor Kevin tanpa menghiraukannya. Pada hari ke dua belas, untuk ke enam kalinya Feli melakukan test urine kembali.
“Mau sampai kapan, aku harus selalu test seperti ini?” tanya Feli mulai capek bolak balik ke kantor ini tiap dua hari sekali.
Terlebih harus melihat wajah Kevin terus menerus, membuatnya tidak bisa melupakan rasa trauma yang terpendam.
“Dokter bilang paling tidak selama enam belas hari,” jawab Kevin datar, tidak menghiraukan wajah kesal Feli dan terus menatap monitor.
“Maksa banget minta aku hamil yah, Tuhan tau! Aku nggak mungkin hamil anak manusia bejat kayak kamu!” bentak Feli seraya meninggalkan Kevin yang hendak menjawab.
Sambil merapalkan doa, Felisha mencuci tangannya dan keluar dengan membawa tespek. Ia lalu duduk dan menunggu hasil tespek tersebut. “Gimana, Dok?” tanya Feli sambil memilin pakaiannya dengan perasaan gugup.
Kevin juga berhenti mengetik, hanya terus menatap layar komputer sambil menunggu jawaban dokter. “Hem, negatif,” jawab dokter tersebut langsung disambut dengan ucapan syukur Felisha.
“Syukurlah,” ucapnya seraya melirik dan melengos kepada Kevin.
“Lusa, kamu harus datang lagi!” titah Kevin sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Aku pasti datang! Sampai hari ke enam belas. Setelahnya, kamu harus melepaskan aku. Paham kamu? Tuan Kevin Sanjaya?!” desis Feli lalu berbalik meninggalkan kantor tersebut.
Hingga pada hari ke empat belas, Feli kembali datang ke kantor Kevin. Tanpa menyapa, dia langsung mengambil tespek yang sudah disiapkan di atas meja kantor, lalu masuk ke toilet. Setelah membasahi tespek tersebut, Feli keluar dari toilet dan memberikannya kepada dokter seperti biasanya.
“Gimana, Dok?” tanya Feli sekali lagi.
Dia sudah tau jika jawabannya pasti sama dengan hasil sebelum-sebelumnya. Begitu juga Kevin, dia sama sekali tidak menghentikan ketikannya dan terus fokus pada pekerjaanya.
Pikirannya hanya satu, jika kali ini gagal maka dia akan menunjukkan video Feli saat bercinta dengannya, saat pertemuan keluarga besar dua minggu lagi. Kevin, tidak mau ambil pusing.
“Dok, bagaimana hasilnya?” Feli kembali mengulangi pertanyaannya.
“Tuan, hasilnya,”
“Tuan, hasil ini negative, tapi ada semburat garis ke dua. Apa saya boleh melakukan test sekali lagi? Mungkin pakai tespek ini saja,” jawab Dokter sambil memberikan sebuah testpek yang kelihatannya lebih canggih dari testpek yang sebelumnya.“Tidak! Aku tidak mau test lagi. Aku juga sudah tidak kebelet buang air kecil kok. Ngapain, aku test lagi,” tolak Feli bersiap meninggalkan kantor Kevin.“Berani kamu keluar dari ruangan ini, aku langsung kirim video kamu di group chat keluarga! Coba saja, kalau berani!” ancam Kevin terdengar tidak main-main.Nyali Feli seketika itu juga ciut. Ia lalu kembali duduk dan menatap sebal kepada Dokter yang sedang menyodorkan sebuah testpek baru.“Kenapa aku harus test lagi kalau memang tadi sudah negatif. Dokter sengaja mau ngerjain saya, yah?!” bentak Feli tidak terima.“Maaf, Nona. Karena Anda melakukan test kehamilan tidak pada saat pagi hari atau saat urine pertama. Maka hasilnya bisa saja kurang akurat.""Atau, kalau Nona tidak bisa buang air keci
“Kumohon Kevin, Aku hanya minta, ijinkan aku tinggal di apartemenku sebelum acara makan malam keluarga kita. Aku, berjanji tidak akan berbuat yang macam-macam,” tangis Felisha sambil memohon kepada Kevin. Kevin merasa ragu dengan permintaan Felisha. Tapi, dia juga tidak tega melihat wajah sembab wanitanya. Kevin menyadari perbuatannya yang terlalu ekstrem dengan dalil menolong Felisha memang tidak masuk di akal. “Baiklah, tapi dengan syarat kamu akan selalu ditemani sama orang kepercayaanku. Dia akan membantu di apartemen, aku juga akan menyediakan supir untuk mengantar jemput kamu.” Felisha mengangguk sambil menyeka air matanya. “Aku, juga minta ijin untuk bertemu Clay sebelum membatalkan pernikahan kami.” Permintaan Felisha kali ini cukup mengusik perasaan Kevin. Wajah Kevin kembali mengeras sambil mengepalkan ke dua tangannya. “Aku mohon, Kev. Bukankah pada akhirnya aku akan menjadi milikmu?” “Lalu, di mana Clay beberapa hari ini?” tanya Kevin sambil tersenyum sinis kepada Fel
Semua orang tercengang, menatap Feli. Mereka bukan hanya kehabisan kata-kata, tetapi mereka juga bingung dengan situasi yang mendadak membuat segalanya hancur seketika.“Ma-maaf, Clay. Aku, tidak bisa melanjutkan pernikahan kita bulan depan,” pecah sudah tangis Felisha sampai ia luruh berlutut di lantai menutup wajahnya.Betari langsung mengambil inisyatif untuk menghampiri anaknya. Dia juga tidak kalah panik, sambil mengguncang tubuh Felisha, ia ingin tau alasannya.Siapa tau, masih ada kesempatan untuk memperbaiki atau siapa tau, dia bisa berlutut dan memohon kepada Nyonya Garini Sanjaya untuk mempertimbangkan kelanjutan acara penting dalam keluarganya ini, jika memang anaknya yang bersalah.“Felisha, apa kamu sudah gila, hah?! Lihat itu Clay, dia sangat mencintaimu, semua keluarga Sanjaya sangat menyayangimu, kenapa kamu justru seperti ini, Nak?! Katakan, ada masalah apa sebenarnya, hem?! Kita selesaikan baik-baik yah, Nak. Mama mohon, jangan begini, cepat katakan, Felisha! KATAKAN
“Clay, selama ini tidak seperti yang kamu kira, Felisha. Suatu saat, kamu akan tau dengan sendirinya. Sekarang, aku tidak akan mau berbicara panjang lebar lagi. Aku minta pernikahan kami di percepat. Tidak perlu menunggu bulan depan. Aku ingin minggu depan kita sudah menikah.” Tidak ada yang tidak syok mendengar pengakuan Kevin. “Demi apa kamu melakukan hal seperti ini,” lirih Felisha sudah tidak bertenaga lagi untuk melawan Kevin. “Demi anak kita. Untuk kelancaran dan ketenangan selama acara pemberkatan dan juga pesta. Aku minta Mama mengirim Clay ke Eropa.” Garini masih tidak habis pikir dengan sikap dan kelakuan Kevin. Dia hanya tertunduk lesu, mau marah tapi dia sudah kepalang malu atas pengakuannya Kevin. Merasa tidak ada tanggapan apa pun, Kevin kembali memanggil Garini. “Ma?!” “Entahlah Kevin, Mama harus menenangkan diri. Informasi ini masih terlalu berat untuk Mama cerna. Kita akan bicara saat kembali di rumah. Hadi, Betari, bawa anakmu pulang. Jaga dia baik-baik dan ingat
“Lalu, apa yang harus Mama lakukan kepada Clay? Mama tidak tega memikirkannya,” lirih Garini seperti sedang memakan buah simalakama. “Tolong Kevin, dengan mengirimkan Clay ke luar negeri Mama. Pernikahanku dengan Felisha juga tidak perlu dirayakan, aku hanya butuh pernikahan yang sah di mata agama dan negara. Itu sudah lebih dari cukup. Suruh Clay untuk mengambil S2 di luar negeri, setelahnya aku akan memberikan akses untuk Clay memegang Perusahaan cabang yang ada di eropa atau di amerika, terserah Clay mau yang mana,” pinta Kevin. Ia tau kalau hal ini pasti berat untuk keluarganya. Tetapi untuk saat ini, keputusan mengirim Clay keluar negeri adalah pilihan yang terbaik. Garini tidak dapat berbicara banyak, ia segera menganbil ponselnya. “Ando, tolong pesankan tiket ke London untuk besok malam atas nama anakku Clay Bimantoro Sanjaya dan atas namamu. Tugasmu adalah memastikan Clay melanjutkan pendidikannya di London selama dua tahun ini,” tit
Garini menutup wajahnya dan menggeleng kepalanya tidak percaya. Ia menangis histeris, ia tidak percaya kalau Clay pernah membunuh seorang wanita. “Itu adalah awal Clay bertemu dengan Felisha. Mereka baru pacaran sekitar dua bulan. Kevin memanggilnya dan menanyakannya perihal kejadian kelam dan aib ini. Clay mengakuinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi sayang, sebelum pertunangan terjadi, Kevin kembali menemukan ini.” Sebuah rekaman pada sebuah flashdisk Kevin berikan kepada Garini. “Ap aini?” tanya Garini, ia takut mengambil flashdisk dari tangan anaknya itu. “Ini, adalah bukti perselingkuhan Clay, Ma. Dia bahkan mengadakan pesta pora ala Sodom dan gomora. Kevin juga tidak sanggup untuk menjelaskannya secara gamblang, semua ini adalah alasan kuat Kevin merebut Felisha dengan menjebaknya,” akuh Kevin kepada Garini. Flashdisk yang sempat ia pegang, Garini kembalikan kepada Kevin. “Mama, akan menjauhkan Clay dari kehid
“Katakan apa rencanamu?!” desis Kevin. “Rencana?! Rencana apa maksudmu? Oh! Aku mau menghubungi Clay kalau kau tidak ada di sini!” Felisha tidak kalah sinis menjawab Kevin. Emosi Kevin langsung terbakar saat itu, suara pecahan piring pecah membuat Felisha terjingkat. Ia melihat Kevin membanting piring tersebut hingga pecahannya berhambur di seluruh lantai dapur kering. Tubuh Felisha gemetar karena ketakutan, apalagi saat tatapan tajam nan gelap menusuk batin Felisha. Bibir Kevin juga hanya berbentuk segaris lurus dan sesekali mengertakkan giginya menahan deru nafas yang masih terdengar di telinga Felisha. “Jangan pernah pancing emosiku seperti ini lagi. Aku bukanlah manusia seperti ini, jangan membuat aku kasar dan arogan kepadamu.” Suara Kevin bergetar begitu juga dengan tangan yang baru saja mengelus wajah Felisha. Felisha langsung memalingkan wajahnya, ia tidak sudi disentuh oleh pria yang sudah menghancurkan masa depa
Kalau pagi itu menjadi bagian dari pagi yang buruk bagi Felisha, maka pagi itu juga menjadi sebuah mimpi buruk yang menjadi nyata bagi Clay. Tepat jam lima pagi mobil Ando Sigit beserta empat mobil pengawalan sudah menunggu Clay Santoso. Tidak ada informasi apapun yang diterima oleh Clay, hingga saat melihat kedatangan mereka Clay merasa curiga kalau dirinya pasti akan diungsikan dari negara ini. “Selamat pagi, Tuan,” sapa Ando sambil menunduk hormat kepada Tuan Muda Santoso yang tampak sangat kacau pagi itu. “Ada apa kalian ke sini? Pergilah, aku tidak butuh di jaga. Aku hanya butuh sendiri untuk saat ini,” usir Clay sambil menyugar rambutnya yang tampak tidak karuan pagi itu. “Tuan, ikutlah dengan kami. Anda ditunggu oleh Nyonya Besar di Jakarta,” ajak Ando menatap prihatin Clay yang sejak kecil sering bermain dengannya. “Katakan kepada Mama, aku tidak mau ke Jakarta. Biar aku istirahat di Bandung saja. Aku tidak mau kemana-mana.
"Clear!" teriak salah satu polisi.Sedang polisi yang lain berteriak dengan panik. "Medis! Medis!" Lalu bergegas tim medis yang sudah menunggu di belakang pun berlari.Mereka menolong, Jelly yang juga tampak tidak baik-baik saja. Lalu beralih pada Felly yang juga dalam kondisi yang sangat memprihatinkan."Tuan, bisakah anda ikut dengan kami untuk ke kantor polisi memberikan keterangan?" tanya salah seorang detektif dan Kevin menganggukkan kepalanyaa.Dia memastikan terlebih dahuku, Felly masuk ke dalam rumah sakit dan meminta Zayn untuk menemani Felly. Lalu memberikan kabar secara berkala."Pergilah, aku akan mengabarimu. Kau juga kabari aku, jika ada kesulitan di kantor polisi, okay?" ucap Zayn, mengingatkan Kevin, selama dia berada dekat dengan Zayn, semua masalah pasti akan teratasi.Beberapa jam kemudian, kabar meninggalnya Clay menjadi kabar nasional di London. Betapa terkejutnya Garini saat mendengarkan berita tersebut. Air matanya tumpah, dia menangis histeris dan segera memin
Tubuh Felly membeku mendengar betapa di setiap kata yang diucapkan oleh Clay mengandung jutaan rasa kebencian. "Aku hanya seorang, Jalang?" lirih Felly tidak tahan mendengar perkataan tersebut.Dia menangis, dia bukan seorang jalang, dia adalah wanita baik-baik yang ingin mengejar cintanya, cinta sejati yang ditawarkan oleh Clay saat dia ikut ke London. Mengira akan memperoleh kehidupan baru yang mapan dan sederhana. Felly justru menciptakan neraka dari keputusan salahnya."Jelly, lucuti pakaiannya!" perintah Clay pada Jelly dan tidak mau banyak bertanya. Jelly dengan tangan gemetar pun segera mendekati Felly."Tolong, bekerja samalah dengan aku. Suamimu sangat mengerikan, dia akan memukulku seperti dia memukulmu jika kau tidak mau mengikuti perintahnya," bisik Jelly yang sudah melihat kekalutan serta kemarahan yang tidak normal pada sikap Clay.Benar saja, beberapa saat kemudian tampak Clay yang tidak sabaran dengan kedua wanita d
Saat pintu penthouse seketika dibuka kasar oleh Clay. Tampak, Felly sedang mengangkat sebuah kantung sampah, tidak terlalu besar di salah satu tangannya.Felly menatap Clay terpaku, saat ada seorang wanita seksi sedang bergelanyut manja di dalam pelukannya. Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah jalang yang bernama Jelly tersebut. "Clay, dia pembantu atau istrimu? Seorang Nyonya tidak akan membawa kantung sampah seperti itu, Sayang," ucap Jelly sambil mengusap dada Clay yang kemejanya sudah dia buka bagian kancing atasnya.Clay menoleh melihat wajah Felly dengan muak, padahal wanita itu sudah diakui olehnya sebagai istri. Walau sampai saat ini, mereka berdua sama sekali belum terikat dalam sebuah pernikahan."Apa yang kau lakukan?" tanya Clay dengan nada suara yang kasar, dia jijik melihat tubuh Felly yang penuh dengan luka memarnya, lihatlah wanita cantik ini justru menggunakan piama yang tidak seksi sama sekali.Gezan me
Wanita itu berpikir jika Clay akan memberikan sebuah percintaan gila yang sangat hebat di atas ranjang. Wanita jalang ini, tidak tau kegilaan apa yang akan Clay lakukan. Dengan bodohnya dia justru kembali merayu Clay yang sudah paanas.“Kalau begitu, aku juga mau dihukum olehmu, Clay. Aku suka dihukum, aku suka mendesah dan merintih sambil menangis karena kenikmatan yang akan kau berikan padaku. Oh, aku sangat tidak tahan membayangkannya,” jawab jalang itu dan Clay kembali terbahak.“Kau bisa mati di tanganku, kalau kau memintanya,” tawa Clay, dikira adalah sebuah tawa menggoda bagi wanita tersebut yang akhirnya juga ikut tertawa sambil meraup kasar bibirnya Clay.Keduanya tampak tidak tau malu, dia meraup dan meremas dada wanita itu tersebut di hadapanya Kevin dan Zayn. Dia bahkan masih dengan nafsu gilanya meraba kasar bagian inti wanita tersebut."Aku tidak sabar untuk bertemu istrimu, Clay."
"Kalau begitu, tunjukkan foto orang yang ingin kau cari," ucap Zayn menatap Kevin dengan serius.Kevin dengan perlahan mengambil dompet. Ia buka dan ia pandangi sebuah foto yang membuat matanya menyendu. Sebuah tarikan nafas yang menyesakkan didengar oleh Zayn saat Kevin sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.Tidak ada senyuman, hanya tatapan sendu yang menyimpan segudang kerinduan yang tak terucap dan seribu bahasa kesakitan yang tidak terucap. Dengan senyuman yang tampak sangat memprihatinkan, Kevin mengangkat wajahnya dan memberikan apa yang diminta oleh sahabatnya itu.“Zayn, ini adalah wanita yang aku cari.” Kevin memberikan foto pengantinnya dan Zayn menerimanya dengan sambil menatap prihatin sahabatnya.“Dia, istrimu?” tanya Zayn suara terdengar tercekat di tenggorokkan.“Ibu dari anakku. Dia bukan istri, tapi mantan istri,” ucap Kevin, menghela nafas sejenak.Zayn tidak percaya. “Mantan istrimu, Kevin? Jangan, katakan jika Clay merebutnya darimu?” tampak kebencian tergam
Sesilia tampak tidak main-main untuk ancamannya kali ini. Dia masih sangat dendam dengan Clay, bagaimana cara Clay menghancurkan hubungannya dengan Damian adalah cara paling buruk sepanjang masa dan paling hina baginya.Kevin menyadari kepedulian sepupunya itu, ia tersenyum ramah. “Sesil, aku sangat bahagia mendengar rencana pernikahanmu dengan Damian.”“Alangkah baiknya, kau tetap fokus pada datangnya hari bahagiamu. Aku, kesana bukan untuk mengganggu kehidupannya Fely, Sesil. Aku ingin memastikan kalau ibu dari anakku saat ini baik-baik saja,” terangnya lalu mengelus rambut Sesil.“Tapi, Kev-““Beib! Come on, jangan menghalanginya. Bagaimana pun Mira masih butuh mommy-nya kan? Jika aku menjadi Kevin, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kevin, bukannya mau mengemis cinta dan membuat Fely besar kepala, pikiranmu itu terlalu jauh.” Damian tersenyum singkat lalu mencium pipi Sesil untuk menenangkan wanitanya.Wajah Sesil tampak tidak bahagia, tapi isi hati dirinya sudah terbaca oleh
Ia usap wajahnya dengan kasar dan membanting pintu kamarnya. “Aku memang mencintaimu, Fely. Tapi, entah mengapa, pada saat aku mendapatkanmu. Rasanya, justru aku sangat membencimu.'' "Jika kau saja dengan mudahnya dapat meninggalkan Kevin dan anakmu. Maka suatu saat, kau tidak akan ragu meninggalkan aku ketika tau, bahwa aku adalah seorang masokis,” desis Clay lalu keluar meninggalkan apartemennya. Satu bulan sudah berlalu. Sejak Clay membanting ponselnya Felisha dan membuatnya hancur berkeping-keping, Feli sudah tidak diijinkan lagi olehnya memiliki ponsel. Jika Feli merindukan kedua orang tuanya, maka Clay akan mengijinkan Feli untuk menghubungi Hadi dan Betari melalui ponselnya. Dan, semua percakapan di bawah pengawasan Clay. "Clay, kenapa kau melakukan ini padaku? Aku hanya ingin sedikit privasi dengan menghubungi mamaku. Tidak bisakah, kau tinggalkan aku sebentar saat berbicara dengan mamaku?" tanya Feli dengan polosnya dan menahan getaran pada suaranya. Suara tawa sini
Felysha pun kembali menangis dengan bibir yang bergetar. Ia memaksakan diri untuk dapat mengucapkan kalimat yang hendak diucapkannya dengan hati yang sudah remuk berkeping-keping.“Bukankah, kau mengatakan kau mencintaiku?” tangis Felysha dengan manatap kedua manik gelapnya Clay.Spontan Clay segera melepaskan leher Fely. Ia menatap Fely dengan tatapan yang berbeda, seolah sadar akan sesuatu yang telah salah.Mata Clay pun mengembun, ia ingin meminta maaf. Tapi, bibirnya segera terkatup rapat dan Clay memilih untuk segera keluar, meninggalkan Felysha.Pada saat itu juga, pecah sudah tangis Felisha. Ingin mengejar cintanya tapi justru hatinya dihancur sedemikian rupa. Fely langsung memeluk kedua lutut yang dirapatkannya di dadanya.“A-apa yang sudah aku lakukan?! Selama ini, seharusnya aku sudah bersyukur. Oh Tuhan, aku telah salah jalan … maafkan aku, Tuhan,” lirih Felysha dalam hatinya.“Maafkan aku juga
“Itulah maksudku, Fely. Aku hanya merasa puas jika lawan main ku merasa kesakitan dan aku memang menginginkannya.” Clay menatap Fely dengan tajam dan terkesan berwajah bengis.“Apa kau sudah gila?” pekik Fely sembari membelalakkan kedua matanya, tidak percaya mendengar apa yang baru Clay ucapkan.Spontan saja sebuah tamparan mendarat di pipinya Felysha dengan keras, sangat keras hingga membuat Fely menangis. Ia ingin meminta Clay berhenti menyiksanya seperti ini. Tapi, Clay sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Fely berkata-kata.“Apa kau bilang?” desis Clay kejam.“Kau katakan, aku gila? Hem? Itu yang baru kau katakan?!” tuntut Clay menatap lekat Felysha dan menatap tepat di wajahnya Fely.Namun, Fely sama sekali tidak berani menjawab apapun. Ia justru menangis dan gemetar ketakutan. Lalu Clay seketika berteriak histeris, hingga mmebuat tubuh Fely terjingkat dari tempatnya.“Kau