"Ahhhhh!" Ratih mengarang kesakitan setelah benda yang dipegangnya berbalik ke arahnya dan melukai tangannya dengan cukup serius.Rayan yang baru saja tiba di pintu masuk segera mendekat ke arah istrinya itu. Dia sangat kaget atas apa yang dialami oleh Ratih, lalu menatap lekat kedua orang tuanya untuk meminta pertanggungjawaban."Apa yang sudah kalian lakukan? Bagaimana bisa kalian melakukan perbuatan keji seperti ini?" tuduhnya membuat kedua pasang mata orang tuanya mebelalak.Mereka sungguh tidak menyangka kalau anak yang mereka banggakan lagi dan lagi menyalahkan keduanya. Padahal, mereka tidak melakukan apa pun."Apa yang kamu maksud?" Papa Rayan bertanya dengan nada bicara yang naik beberapa oktaf."Ini! Memangnya apalagi?"Ketika papanya hendak memberikan penjelasan, dia malah menghubungi dokter keluarga yang rumahnya tidak jauh dari sana. Hal itu membuat orang tuanya Rayan semakin frustasi karena anaknya itu bahkan tidak mau mendengarkan mereka."Iya, Dok, sekarang juga. Darah
Tanpa memberitahu Dion, Delisa dan Via mulai bersiap diam-diam untuk meninggalkan rumah itu. Ditambah Dion juga tidak menempatkan satu orang pun untuk berjaga di rumah itu dan juga untuk menjadi kaki tangannya.Akan tetapi, ada beberapa hal yang membuat Delisa ragu dan hal itu dia katakan kepada Via."Aku takutnya meski Mas Rayan tidak tahu, namun Ratih tahu. Dia lebih berbahaya daripada ayahnya anak-anak," ucapnya gamang.Via pun terdiam. Lalu, dia menghubungi seseorang dari ponselnya selama lima menit dan kembali sambil mengatakan berita gembira."Papaku yang akan jemput kita langsung. Walau keduanya tahu di mana keberadaan kita dan anak-anak, tidak akan bisa berbuat apa-apa,” ucapnya membuat Delisa tersenyum lebar, namun hal itu tidak lama. Karena setelahnya Delisa kembali mengeluarkan senyuman yang hambar."Aku tidak enak jika melibatkan terlalu banyak orang, ditambah di rumah papamu juga ada istri muda dan anak-anaknya," ucap Delisa membuat Via juga ikut menundukkan kepalanya, n
Rina menjatuhkan dirinya di lantai, seolah Via sudah melukainya. Melihat hal itu, Dion mendadak marah."Apa yang kau lakukan?" teriak Dion sambil buru-buru membantu Rina untuk bangun."Memangnya aku melakukan apa? Bukankah aku hanya tidak sengaja menyiramkan air yang berada di gelas ini?" tanya Via sambil memutarkan kedua bola matanya malas."Padahal, jelas sekali Dion dan yang lainnya ada di sana. Bukankah seharusnya mereka melihat akting daripada wanita ini? Kenapa aku yang disalahkan?" batin Via geram."Kau mendorongnya!" bentak Dion dan itu membuat Delisa tak terima."Jangan berbicara keras di sini! Anak-anak sedang tidur!" ucap Delisa mengingatkan."Aku tidak akan seperti ini kalau temanmu ini tidak kelewatan," sentak Dion tidak kalah murka meskipun saat ini yang berbicara adalah Delisa.Melihat perubahan dalam diri Dion, Delisa tertawa kecil. Lalu, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi papa mertuanya."Aku mau membawa anak-anak pergi sekarang, Pa! Berkas perceraian juga sudah
Rayan mengambil kembali foto yang hendak dia berikan kepada pria yang ada di hadapannya, lalu memasukkannya kembali ke tempat semula, dan kembali menatap ke arah depannya itu dengan tatapan lekat."Jangan katakan apa pun yang kau tidak tahu!" tegasnya, lalu dia pun bangkit dan berjalan. Akan tetapi, Baru beberapa langkah saja, dia kembali menghentikan langkahnya. "Apa yang aku bicarakan benar adanya, karena aku sendiri yang menjadi pengacara istrimu," ucap pria itu sambil bangkit dan berjalan ke arah Rayan."Di sana, aku akan membuka semua kesalahan yang pernah kau lakukan padanya. Setelah kasus ini, akan kupastikan kau tidak akan bisa menekanku lagi karena aku sudah punya kartu As yang selama ini kau rahasiakan," ancamnya."Kau sendiri tidak tahu apa yang sudah kulakukan dan apa yang sebenarnya terjadi, dan sekarang kau malah sok tahu?"Rayan tak tahu apa pun, namun dia juga tahu kalau pria di depannya tidak akan berbicara omong kosong. Jadi, dia akan menemui papanya dan menanyakan
Rayan berlari ke arah Ratih dan mencengkram kuat tangan kiri serta pundak kanannya. Dia menatap tajam ke arah wanita yang dicintainya itu dan memintanya untuk mengatakan sesuatu. "Kau kan yang mengatakan semuanya kepada Delisa, padahal aku sudah memintamu untuk diam dan tidak mengatakan apa pun tentang hubungan kita," tegas Rayan dengan suara yang kuat sampai aurat-urat lehernya terlihat. Ratih sendiri terlihat ketakutan, namun semua itu hanyalah akting agar Rayan mengasihani dirinya. Namun untuk saat ini, Rayan sama sekali tidak melihat Ratih, dia malah terngiang dengan perkataan mustika tentang Delisa. "Cepat akui semua kesalahanmu itu sebelum aku bertindak lebih jauh lagi. Katakan siapa sebenarnya dirimu yang sekarang? Karena kalau kau adalah Ratih yang dulu, tidak mungkin kau mau melukai keluargaku hingga sejauh ini," sentak Rayan lagi membuat Ratih terkejut. "Apa sebenarnya yang kau tahu tentang aku? tanya Ratih tanpa merasa bersalah. "Oh, jadi kalau tidak mau mengaku dan m
"Keputusan ada di tangan kamu, Delisa. Tapi kalau Rayan menang bisa melupakan Ratih dan bisa memegang janjinya untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang sama, maka menurutku tidak ada salahnya memberikan dia kesempatan kedua," terang Via.Delisa hanya diam sambil mencerna kata-katanya."Kalau dia masih belum menceraikan Ratih?" tanya Delisa lirih setelah dirinya mulai tenang."Maka minta Rayan untuk memindahkan semua aset atas nama kamu," tegas Via. "Buat dia jadi gembel hingga tidak bisa melakukan aktivitas apa pun tanpa izin darimu.""Mama setuju dengan keputusan Via, Sayang. Ini memang kesempatan langka yang tidak boleh disia-siakan," sahut mama Rayan yang tiba-tiba masuk. "Maaf kalau Mama sudah lancang mendengarkan obrolan kalian, namun untuk kali ini saja kamu mau mendengarkan kami, Sayang.""Kita bicara di luar saja, jangan sampai mengganggu anak-anak," terang Papa Rayan membuat semuanya mengangguk.Mereka pun kembali ke ruang keluarga dan membicarakan tentang rencana yang d
"Mau bertemu dengan Rayan?" tanya papa mertua."Iya, Sayang. Tidak ada salahnya memberikan dia kesempatan kedua. Bukankah kamu juga tidak mau kalau papanya anak-anak ada dalam kapal yang sama dengan wanita penjahat itu?" sahut ibu mertuanya berusaha membujuk.Apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu sudah membuatnya trauma. Dia yang bahkan enggan memikirkan tentang perusahaan, rela ikut dengan suaminya yang di tempat itu. Padahal, papanya Rayan juga sudah lama memutuskan untuk tidak ikut campur lagi. Akan tetapi, apa yang sudah Ratih lakukan benar-benar menimbulkan luka yang mendalam.Setelah kejadian itu papanya Rayan mendadak datang lagi ke perusahaan yang tengah diurus oleh anak keduanya, itu pun dengan membawa istrinya. Sang anak tentu bahagia dengan kedatangan kedua orang tuanya, ditambah rumahnya dengan orang tua juga jauh karena dia sudah punya rumah sendiri.Namun demikian, dia tetap menyelidiki apa yang menyebabkan kedua orang tuanya tiba-tiba tertarik dengan perusahaan.
"Aku ingin anak-anak punya kehidupan yang layak, meskipun nanti mereka harus jauh darimu. Karena sekarang kamu bisa mengatakan akan selalu ada di sisi kami, Mas. Namun tidak dengan nanti. Siapa tahu nanti kamu juga sama seperti yang sudah, tiba-tiba punya wanita yang dicintai," tegas Delisa tanpa basa-basi.Kini, dia sadar kalau kebahagiaan anaknya sedang dipertaruhkan. Oleh karena itu, Delisa bahkan tidak memikirkan tentang perasaan dan harga dirinya. Karena bagi seorang ibu, kebahagiaan anak-anaknya merupakan hal yang paling utama.Rayan mengangkat wajahnya dan menatapnya lekat. "Aku bersedia. Asal kamu mau memaafkan aku dan kembali ke kehidupan kita seperti sebelumnya, aku akan melakukan semua yang kamu katakan.""Penuhi dulu janjimu, baru kamu boleh membatalkan sidang perceraiannya, Mas." Delisa kembali bicara dengan tajam tanpa ingin melihat cinta yang ada di mata Rayan.Hati dan jiwanya sudah membeku, hingga cinta yang sempat ia miliki juga ikut pergi. Begitupun dengan perasaa