JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN
Bab 3Aku mengambil nasi untuk mas Alan serta lauk pauknya.Selesai dengan Mas Alan, aku mengambil nasi untukku. Giliran aku mau menyendok gulai, ibu melarangku."Eh, Tiara kamu jangan makan yang bersantan santan, nanti susah hamil loh. Nih makan ini saja" ibu menyodorkan semangkuk kecil toge yang sudah ditumis.Riset dimana kalau santan buat susah hamil? Ada yang bisa jawab gak?"Toge tuh bagus buat kesuburan kamu loh" ucapnya dengan mulut penuh.Aku pun mengambil toge itu dan mengambil sesendok sambal. "Tak apa lah yang penting kenyang" ucapku menyenangkan diri sendiri.Melihat perlakuan ibu padaku, mas Alan tak hanya diam. Ia menyendokkan beberapa potong ayam serta kuah gulainya."Sekali kali gak papa bu" jawabnya dengan mulut penuh.Sementara ibu mertua menatapku tajam. Aku mengabaikan tatapan ibu dan makan dengan lahap. Sepertinya, Mas Alan memperhatikanku. Seketika ia tersenyum tipis."Pelan pelan makannya dek, kaya yang gak makan seminggu kamu" ucapnya sambil tertawa.Aku hanya tersenyum sambil menunduk. Ibu mertua tidak melanjutkan makannya, ia kembali ke kamarnya dan menutup pintu keras sehingga mas Alan terhenyak. Entah kenapa, yang pasti ia sedang kesal padaku karena aku telah memakan masakannya. Biarin saja, toh mumpung ada Mas Alan aku harus memanfaatkan waktu ini untuk makan enak.Kalau soal besok, mungkin aku akan berpuasa saja. Dari pada mengemis meminta sesuap nasi pada ibu. Lebih baik berpuasa, nahan laparnya dapat pahala.**Selesai makan, aku mencuci bekas makan. Piring bekas ibu mertua masih terlihat utuh, karena ia hanya makan beberapa suap saja."Mmm mas, ini makanan ibu aku habiskan ya? Sayang nanti basi kalo ga dihabiskan, mubajir.""Emang nya gak papa bekas ibu?" Tanya mas Alan."Gak papa mas" ucapku sambil menyuapkan sesendok demi sesendok hingga habis tak bersisa.Mas Alan masih menungguku di dapur dan sesekali membantuku mencuci piring.Saat hendak pergi ke kamar, sesuatu melintas di pikiran ku. Aku mengambil sepiring nasi dan semangkuk kecil gulai ayam yang masih banyak itu."Kamu mau makan lagi?" Tanya mas Alan terheran."Suttt, ngga mas. Nanti aku ceritain di dalam kamar aja" ucapku berbisik.Tak banyak bertanya lagi, kami pergi ke kamar. Beruntungnya, di dalam kamarku ada rice cooker yang kubawa dari kontrakan. Aku bisa menghangatkannya disana.Saat sampai di kamar, mas Alan langsung memberondongku dengan banyak pertanyaan."Gimana dek?""Kamu mau cerita apa?""Dan kenapa kamu bawa nasi sama lauknya ke kamar?"Aku menghela nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan."Mungkin, mas gak akan percaya apa yang di katakan Ara. Tapi Ara bicara fakta yang sebenarnya" ucapku yang membuat mas Alan mengernyitkan dahinya."Ini soal ibu mas" ucapku."Ibu kenapa?" Pernyataan ku seperti nya membuat mas Alan penasaran."Sebenarnya tadi pagi aku gak sarapan mas. Dan setelah kamu berangkat kerja, aku langsung disuruh suruh ibu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah. Kalo itu sih aku gak masalah, tapi setelah selesai mengerjakan semua nya aku merasa sangat lapar" ucapku sepotong sepotong mau melihat reaksi mas Alan."Ya kalo lapar tinggal makan dek" ucapnya santai."Iya, seharusnya sih gitu. Tapi pas aku cek rice cooker, masih kosong. Aku berniat menanak nasi, tapi aku tidak menemukan dimana berasnya"" Di kolong meja rice cooker dek" jawab nya masih santai.Aku tersenyum tipis "Hmm sayangnya, tidak ada mas. Saat itu sepertinya ibu sedang belanja sayur karena ia kembali membawa satu kresek bahan masakan. Aku pun bertanya kepada ibu dimana ia menyimpan beras. Dimana coba dia menyimpannya?" Tanyaku yang membuat mas Alan mengangkat bahunya."Di kamar mas, aku masih berpikir positif mungkin di dapur ada tikus. Pada saat itu selesai mencuci nasi dan menyimpan nya di rice cooker, aku berniat membantu ibu tapi ibu menolak. Kamu tahu, aku menahan lapar hingga tertidur mas. Dan aku terbangun masih dengan keadaan sangat lapar. Di bayanganku, pasti enak makan nasi anget sama gulai yang ibu masak. Tapi disana tidak ada masakan ibu sama sekali. Akhirnya aku makan dengan bawang dan cabe yang di goreng. Dan asal kamu tahu, ibu memarahiku karena makan terlalu banyak, katanya beras lagi mahal." jelasku panjang lebar, aku tersenyum tipis sembari menahan air mata yang berdesakan ingin keluar.Mas Alan hanya termenung, entah dia percaya atau tidak. Setidaknya aku sudah berkata jujur padanya."Dan nasi ini, aku berniat besok akan puasa. Dari pada menahan lapar karena tidak dikasih makan, mendingan aku berpuasa saja" sambungku, karena mas Alan tidak mengeluarkan suara sedikit pun.Coba tebak, Alan lebih percaya kepada ibunya atau istrinya?JANIN YANG KAU SURUH GUGURKANBab 4 Karena mas Alan tak kunjung bersuara, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi berhubung adzan Maghrib sudah berkumandang.Dan saat melewati kamar tidur ibu, aku sedikit mendengar pembicaraan ibu. Mungkin ia sedang menelepon anaknya."Iya Sri dia kerjaannya cuman makan sama tidur aja. Mana pernah ia pegang pekerjaan rumah" hanya itu saja yang aku dengar. Sri itu adik bungsu mas Alan.Aku mencoba berhusnudzon, mungkin ibu tidak sedang membicarakanku. Aku pun mengabaikan perasaan yang mengambang ini. Aku memutuskan untuk melanjutkan mengambil wudhu. Saat melewati dapur, meja makan masih penuh dengan hidangan makanan tadi sore."Ibu lupa menyimpannya atau karena mas Alan ada di rumah ya?" Batinku bertanya tanya. Sibuk dengan pikiranku, ternyata mas Alan mengikutiku, bahkan ia sudah berwudhu."Kenapa masih disitu? Cepet wudhu, kita solat berjamaah" ucapnya. Tanpa menjawab perkataan mas Alan, aku pun bergegas masuk kamar mandi dan mengambil wudhu lalu
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKANBab 5"Yaaa, siapa tau kamu mau nambah istri atau ganti istri gitu" Deg, ucapan ibu membuatku mematung. Sebenarnya apa yang diinginkan ibu mertuaku itu? Tak habis pikir ku dibuatnya. Aku yang kesal hanya bisa melampiaskan kekesalanku pada adonan cilok yang tak bersalah ini."Huss ibu ngomongnya tolong di jaga. Istri Alan ada di sini loh bu tolong jaga perasaannya" ucap mas Alan.Ibu menatapku tak suka dan mendelikkan matanya lalu ia pergi meninggalkan kami masuk ke kamarnya lagi."Dek, jangan dimasukin hati ya omongan ibu" ucap mas Alan yang sudah berada di belakangku lalu memegang kedua bahuku."Tenang saja mas, hatiku terbuat dari baja" ucapku tersenyum tipis."Yaudah ayo kita makan ini, tolong ambilkan mangkuk nya mas udah mateng nih" mas Alan pun mengambilkan satu mangkuk sedang."Nih dek" ia pun menyodorkan mangkuk tersebut."Kok cuman satu sih mas, ara juga kan mau" ucapki sembari cemberut."Semangkuk berdua aja, lagian itu sunah loh dek kita dapet
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKANBab 6Pov AlanAku terbangun tepat pukul 03.00 karena suara alarm yang berasal dari ponsel Tiara. Rupanya dia benar akan berpuasa, melihat alarm yang disetelnya dan rice cooker yang menyala.Tadinya aku mau membangunkan Tiara, tapi aku teringat perkataan Tiara kalau ibu selalu membatasinya makan. Berhubung aku besok libur kerja dan tidak diketahui oleh ibu maupun Tiara, aku akan merencanakan sesuatu untuk melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri apa yang dikatakan Tiara itu benar atau hanya omong kosong belaka.Aku pun memutuskan untuk tidak membangunkan Tiara dan beranjak ke kamar mandi untuk mandi, mengambil wudhu dan melaksanakan solat malam.Ku kerjakan ibadah yang satu ini dengan sangat khusyuk. Selesai solat tak lupa aku berdoa agar istri dan ibuku selalu rukun. Dan aku pun berdoa supaya kebenaran segera terlihat olehku agar aku bisa menegur salah seorang yang bersalah.Semoga aku pun bisa menjadi suami dan anak yang bisa menjaga keutuhan
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 7"Mas, kurang apa aku dibandingkan istrimu yang kampungan itu" ucapnya dengan nada menggoda. Aku berusaha menepiskan tangannya tetapi nihil, ia pun berusaha untuk terus menggandeng lenganku. Seketika kami terkesiap mendengar teriakan seseorang."Alaaaaaannnnnn" ibu berteriak tat kala melihat anaknya yang sedang digandeng oleh wanita lain selain istrinya. Indri pun refleks melepaskan tangannya dari lenganku.Saat tiba di depan kami, wajah ibu yang semula merah padam karena emosi, langsung tersenyum seketika melihat Indri yang berada disebelahku.Aku sampai lupa, setiap pagi ibu memang suka belanja bahan masakan di warung bu Wita ini."Eh Indri, kirain ibu tadi yang sama Alan siapa. Ternyata kamu toh. Kapan pulang nya nduk?" Tanya ibu langsung duduk disebelah Indri."Kemarin lusa bu hehe" ucap Indri sambil membenarkan rok pendeknya yang tersingkap."Eh aku ada oleh oleh buat ibu, kita ke rumah Indri yuk bu" ajak Indri. Ibu terlihat
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 8Sepeninggal nya ibu, Tiara tak henti menyorotiku dengan tatapan tajamnya. Tak banyak bicara, ia masuk ke rumah meninggalkanku seorang diri dengan perasaan bersalah.Aku pun mengikuti Tiara, masuk ke dalam kamar. Disana, Tiara sedang duduk diujung ranjang sambil memainkan ujung jilbabnya. Mukanya memerah, air matanya menganak sungai yang siap ditumpahkan kapan saja.Aku tahu, Tiara pasti sangat kecewa denganku. Tapi, Tiara adalah tipe istri yang tidak pernah membangkang pada suami. Kalau sedang marah, paling paling dia hanya mendiamkanku.Tapi aku tak ambil pusing, sebab walaupun ia sedang marah tapi dia tetap mengerjakan tugas istri dengan baik. Ya cuman gak banyak ngomong seperti biasanya aja."Ara" aku memanggilnya. Sedangkan yang dipanggil tak menyahut sedikitpun."Jangan dengarkan ucapan ibu, iya memang tadi mas pergi ke rumah Indri sama ibu. Tapi soal ucapan ibu yang mas berduaan sama Indri itu tidak benar" "Sebenarnya, mas
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 9"Hahaha, iya aku ingat" sayup sayup ku dengar mas Alan sedang tertawa didalam kamar. Pikiranku semakin negatif saja."Apa mas Alan dan Indri ada di dalam?" Gumamku.BrakAku membuka pintu dengan keras sehingga mas Alan terperanjat."Dimana? Dimana wanita itu mas?" Ucapku berteriak."Siapa? Indri? Dia pulang dulu katanya" jawab mas Alan santai."Kamu gak umpetin dia di dalam kamar ini kan mas?" Selidikku."Ngomong apa sih dek. Mas gak mungkin lah masukkin cewe lain ke dalam kamar mas" ucap mas Alan sedikit emosi.Tiba tiba ibu datang ke kamar kami."Ada apa sih teriak teriak" ucap ibu marah marah."Gak ada apa apa bu" elak mas Alan.Tanpa berkata apapun lagi ibu pergi dari kamar kami."Terus tadi kamu ngomong sama siapa?" Tanyaku penasaran."Ini aku lagi telponan sama teman SMA aku dulu, itu pun temen cowok. Kamu kenapa sih yang kok jadi cemburuan gitu?" Tanya nya sambil menjawil dagu ku."Tadi ibu bilang kamu bakal nikahin Indri,
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 10Aku seperti pernah melihatnya.Siapa ya? Aku mencoba mengingat ingat.Oh iya, mereka adalah......."Tante Bella, Om Gio?" Sapaku. Mereka mengerutkan kening, Mungkin mereka tak mengingatku karena waktu itu aku masih kecil."Aku Tiara om, tante, anaknya almarhum bapak Hendra" jelasku."Ohh ya ampun Tiara, kamu udah besar nak" ia memelukku begitu aku memberitahunya bahwa aku anak pak Hendra, orang yang telah menolongnya ketika ia sedang gulung tikar. Dulu usahanya bangkrut, dan bapak meminjamkan modal yang lumayan cukup besar sehingga mereka bisa mendirikan lagi usaha."Eh tunggu, kamu bilang almarhum? Pak Hendra sudah meninggal?" Tanya nya seraya melepas pelukannya.Aku hanya mengangguk lemas "Iya tante, tak lama setelah aku menikah, bapak menghembuskan nafas terakhirnya" ucapku. Sedih rasanya kalo mengingat kini aku sudah tak punya orang tua."Innalilahi. Kamu pun sudah menikah pula? Yah telat berarti tante" Aku mengerutkan kenin
"Aku akan kirim video ini sama mas Alan, biar kamu beneran dicerein. Dan mas Alan nikahin akuuuu" Mendengar penuturan Indri aku biasa saja dan tetap melanjutkan ngobrol dengan Andi. Sementara Indri yang merasa diabaikan olehku pergi begitu saja dengan menghentak hentakan kakinya."Ibu masih mau disini? Sini kita ngopi bareng bu" ajakku."Eleehhh ngapain juga aku disini, mending aku kejar tuh calon mantuku. Kamu siap siap, bakalan dicerein sama Alan" ucapnya lalu pergi menyusul Indri yang katanya calon menantunya itu."Di, maaf ya. Kelakuan yang tak mengenakkan dari mertua aku sama mantannya suamiku itu" ucapku."Mantan Alan? Kenapa mertuamu ngomongnya calon menantu. Apa dia punya anak laki laki yang belum nikah?" Tanyanya."Ngga, dia terobsesi mau jadi istrinya mas Alan. Kalo ibu, dulu dia gak seperti itu. Tapi semenjak aku di phk di kantor terus tinggal di rumahnya, aku dianggap seolah olah beban baginya" tanpa sadar aku menceritakan keburukan mertuaku."Astagfirullah, maaf ya. Aku
Janin yang Kau Suruh Gugurkan Bab 44Sesi pemakaman selesai, Alan hendak pulang kembali ke rumah. Tapi ada seseorang yang memanggilnya."Mas Alan." panggil Indri. Alan menghentikan langkah kakinya."Mas, maaf kan aku ya." Ucapnya sambil menangis."Sudah, yang lalu biar lah berlalu. Yang peting kita harus lebih baik dari pada sebelumnya." ucap Alan lalu meninggalkan Indri.***Tok tok tokPalu diketuk tiga kali oleh hakim. Pak Robert jadi tersangka kasus korupsi. Ditahan selama 15 tahun penjara dan denda sebesar 10milyar rupiah.Pak Robert dibawa ke sel tahanan. Sementar Kayla, dia juga ditetapkan sebagai orang yang terlibat prostitusi online. Dia disatukan dengan Indri karena dia juga terjangkit penyakit menular seksual juga.Zein keluar dari ruangan sidang. Pak polisi memanggilnya. "Pak Zein, setelah sidang tadi. Kami memutuskan Pak Zein tidak usah membayar denda yang telah diinvestasikan oleh Pak Robert, k
Janin yang Kau Suruh Gugurkan Bab 43 Dia menarik lembut tangan Zein lalu keluar dari cafe. "Sebentar, aku kirim pesan dulu sama Danish biar dia yang handle kerjaanku." itu cuman alasan Zein saja. Padahal Zein mengirimkan pesan pada polisi. "Kita mau kemana?" tanya Zein pada Kayla. "Kita ke hotel." 'Astaga, gimana kalau aku yang terlebih dahulu tiba di hotel? Semoga saja polisi gercep datangnya. Gak mau aku kalau harus ke hotel sama dia.' batin Zein. Mereka masuk kedalam mobil. Satya, Danish, serta Alan kaget. Ini semua diluar rencananya. "Anjirrr itu si Zein mau dibawa kemana sama si Kayla?" tanya Satya. "Chat dia coba, suruh aktifin gpsnya biar kita tau dia dimana." usul Alan. Danish pun mengechat Zein. Tak lama dari itu, Zein membalasnya. [Gue udah aktifin dari tadi, udah ngasih tau polisi juga. Kalian ikutin gue dari belakang, takutnya polisi telat datangnya.]
JANIN YANG KAU SURUH GUGURK4N Bab 42Tiba saatnya acara akan dimulai, dua mobil polisi berhenti di parkiran kedai. Para polisi masuk ke dalam kedai. "Pak Zein, anda ikut kami ke kantor polisi sekarang.""Sebentar, ada apa ini, Pak? Kok anak saya mau di bawa ke kantor polisi, emangnya dia salah apa?" tanya Bella tak terima anaknya dibawa oleh polisi."Anak ibu tidak bersalah, Bu. Kami hanya akan meminta keterangannya saja." jelas polisi tersebut.Zein pun dibawa oleh para polisi tadi. Sementara acara ulang tahunnya Arga dihentikan sejenak sampai Zein pulang kembali.Hening. Semuanya larut dalam pikiran masing masing. Kecuali Arga, dia asyik bermain. Melempar lempar balon, juga berlari lari.Satu jam kemudian, Zein kembali. Semua orang yang ada disana langsung menyerbu Zein dengan berbagai macam pertanyaan. Zein tidak menjawab satu pertanyaan pun. Membuat orang orang semakin penasaran saja."Gak ada apa apa. Ayo
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN BAB 41Alan berbalik menghampiri bu Narti. Ia tak dapat berbicara apa apa. Tak kuasa mengeluarkan suara sedikitpun. Ia hanya merutuki takdirnya. Apakah ini adalah karma untuknya karena ia telah berani mempermainkan rumah tangga saat bersama Tiara?"Lan, ada apa? Kasih tau ibu dong." "Eh iya ruang rawat Indri dimana? Dia dirawat di rumah sakit ini kan? Ibu mau jenguk dia. Gitu gitu pun dia menantu ibu yang suka ngasih uang.""Ayo anterin ibu ke ruangannya dia."Alan - Alan, sialnya nasibmu. Istri tukang ju4l dir1, mertua b4ndar jud1.Alan mengantarkan ibunya ke ruang rawat inap Indri, tapi saat akan masuk ruangan, Alan menahan ibunya agar ia tak masuk."Suuttttt" Alan memberi petuntuk bu Narti untuk diam sambil menunjuk ke dalam ruangan. Bu Narti melihat ke arah ruangan yang ternyata sedang dijenguk oleh seseorang yang tak diketahui bu Narti.Alan menarik tangan
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN 40Sri dan Tiara turun dari lantai dua menuju ke rumah Bella. Baru saja mereka menginjakkan kaki keluar dari kedai, tiba tiba..... DuarrrrrrrrTepat di depan kedai Tiara sebuah truk menabrak mobil yang ada di depannya sehingga mobil itu terpental beberapa ratus meter."Kecelakaan.....""Kecelakaan....." Warga yang melihat kecelakaan itu heboh. Tak terkecuali Sri dan Ara, ia pun ikut melihat siapa yang ada di dalam mobil yang terpental itu. Karena memang truk yang menabraknya tidak apapa. Dan beruntungnya, supir truk nya tidak melarikan diri.Sri menerobos kerumunan warga yang melihat kecelakaan itu. Mobil dalam keadaan terbalik, warga tidak ada satu pun yang mau menyelamatkan korban, katanya takut jadi tersangka. Tiba tiba saja, pintu mobil patah. Dan terlihat jelas wajah korban yang ada di dalamnya."Astaghfirullah, pak Hasan?" Teriak Sri.Siapa pak Hasan? Kenapa Sri kenal dia?Sri buru buru mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya lalu tak lama ke
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN 39"Jadi gimana Lan?" Tanya bu Narti memulai obrolan lagi. Alan menjelaskan semuanya tanpa ada yang ditutup tutupi. Bu Narti terlihat kaget, begitu Alan selesai bercerita, bu Narti langsung memeluk Alan dan menangis sesenggukan."Maafin ibu ya Lan, maafin ibu. Ibu yang bikin kamu gini." "Udah bu, ini semua udah terjadi. Kita ambil hikmahnya saja. Lagi pula ini bukan sepenuhnya salah ibu. Alan yang salah, Alan yang lemah iman. Kalo Alan imannya kuat, gak akan sampe ada hubungan b4dan sama Indri. Itu juga jadi senjata Indri agar Alan mau berhubungan dengannya lagi." Jelas Alan."Yaudah bu, kalo gitu, Alan berangkat kerja dulu, ya." Alan mencium punggung tangan ibunya lalu berangkat ke pabrik tempat ia kerja.Sampai disana, Alan memarkirkan motornya, terlihat 1 mobil polisi yang terparkir disana. Mereka yang bekerja di pabrik itu pun saling bertanya kebingungan.
"Pak, tolong bawa keempat pasangan kemarin." Titah polisi yang tadi berbicara bersama Alan. "Baik, pak." Polisi itu kembali dengan membawa keempat pasangan yang sekarang sudah memakai baju oren dan dipasang borgol. "Kamu kenal dengan bapak ini?" Tanya polisi kepada salah satu tersangka sambil menunjuk Alan. Dia menggelengkan kepalanya. Begitupun ketujuh orang yang ditanyai pertanyaan yang sama. Mereka kompak menggeleng. "Apa pak Alan kenal salah satu dari mereka?" Kini giliran Alan yang ditanya. Alan pun menggelengkan kepala. "Tapi pak, semalam pas saya membuntuti istri saya, saya melihat seorang wanita, ia anak dari investor tempat saya kerja. Kalo gak salah namanya Kayla." Sambung Alan. "Boleh saya tahu alamat tempat kerja sama nomor hp, bapak?" Tanya polisi tersebut. Alan mengagguk. Polisi menyerahkan selembar kertas dan pulpen kepada Alan. Ia menuliskan alamat lengkap pabrik tempat ia kerja. "Terima kasih, atas keterangannya pak Alan. Untuk perkembangan kasus ini nanti
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN 37"Mas Alan." Ucap Sri."Gimana keadaannya mbak Indri, mas?" Tanya Sri lagi.Tanpa menjawab perkataan Sri dan tidak menghiraukan tatapan penasaran dari orang orang yang masih ada di rumah bu Narti, Alan masuk ke kamarnya dan menutup pintu keras keras. Didalam kamar, ia menangis sejadi jadinya atas apa yang hari ini terjadi.Tok tok tok.Bu Narti mengetuk pintu kamar Alan. Rupanya pintunya tidak terkunci, bu Narti pun masuk lalu mendekati Alan. Diusapnya rambut anak keduanya yang sedang terisak isak itu."Alan." Bu Narti memanggilnya, sementara Alan masih terisak. Bantal yang menjadi menyangga kepalanya pun sudah basah dengan air mata."INI SEMUA GARA GARA IBU!!!" Teriaknya, menatap tajam wajah ibunya yang sudah dipenuhi keriput itu."Apa? Kenapa? Kok jadi nyalahin ibu?" Ucapnya tak terima.Mendengar kegaduhan didalam kamar Alan, orang orang di rumah itu saling tatap satu sama lain bertanya tanya. Sri dan Bimo pun masuk ke kamar Alan lalu menutup pintunya
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN 36"Kenapa waktu itu ibu jebak Alan buat nikahin Indri atuh? Kan ibu juga udah tau mereka dulu putus karena apa? Udah bener Alan pilih istri baik juga sholehah. Malah dinikahin lagi sama mantannya yang dulunya udah kelihatan buruknya.""Kok malah nyalahin ibu sih, Bim.""Emang salah ibu kok." "Mas, udah mas." Istri Bimo menengahi adu mulut ibu dan anak itu. Mengusap usap bahu suaminya yang naik turun.Sri yang melihat adu mulut antara kakaknya dengan ibunya hanya bisa melihat saja, tidak bisa menanyakannya langsung kenapa bisa cek cok begitu. Karena tamu yang berdatangan makin siang makin banyak.'Eh, mas Alan kemana ya? Kok gak kelihatan' batin Sri.**Setelah melakukan pemeriksaan, Alan menunggu dokter yang memeriksanya untuk menyampaikan hasilnya.Dengan gelisah Alan menunggu, takut ia tertular penyakit yang istrinya bawa. Keringat dingin terus bercucuran. Akhirnya dokterpun kembali."Bagaimana dok?" Alan langsung memberikan dokter itu pertanyaan, bah