Share

BAB 5 Pulang

Penulis: Malica
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Satrio tidak melanjutkan ucapannya karena melihat bu Ismi keluar dan berjalan mendekati mereka berdua.

‘Sudah larut malam kalian pasti capek, istirahatlah”, kata bu Ismi. Kami masuk kembali dan duduk bersandar di sofa yang ada. Laura di sebelah utara sedangkan Satrio di sebelah selatan. Dalam hitungan detik mereka sudah mendengkur, mungkin capek setelah membantu mengurus Miranti lahiran. Miranti juga memejamkan mata sambil memeluk bayinya. Sementara hanya bu Ismi yang masih terjaga. Beliau sedang sholat.

Esoknya Satrio bangun lebih dulu,karena mendengar bayi Miranti menangis. Dia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka, kemudian mendekati tempat bayi itu dan menggendongnya.

Sambil menimang bayinya dia berjalan memutari ruangan sambil bersenandung lirih. Mata bayi mulai terpejam lagi, kemudian dia meletakkan bayi itu di dalam box.

Jam menunjukkan pukul enam pagi, Satrio bergegas keluar untuk mencari makanan untuk sarapan pagi. Dia menyusuri jalanan di depan rumah sakit dan membeli lima bungkus bubur ayam. Sampai di rumah sakit semua sudah pada bangun, Miranti sedang belajar menyusui anaknya dibantu bu Ismi dan Laura.

“Assalamualaikum “ Satrio mengucapkan salam sambil masuk menenteng lima bungkus bubur ayam.

“Stop disitu saja, taruh di meja dan kamu keluar”, perintah Laura mencegah Satrio masuk.

“Lho kenapa?” tanyaku heran.

“Jangan ngeyel ini moment terlarang, jadi kamu ngga boleh lihat”, Laura mendorong tubuh laki laki itu keluar dan menutup pintu bahkan menguncinya. Dia juga memaklumi keadaan yang ada sehingga menurut saja untuk menunggu diluar. Setelah hampir lima belas menit menunggu, Laura keluar.

“Kamu udah sarapan?, tanya Laura pada Satrio . Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala.

“Ayo sarapan keburu buburnya dingin”, ujarnya sambil menarik tangan sahabatnya masuk. Laura memberikan bubur pada Miranti dan juga bu Ismi agar mereka juga sarapan. Sementara Laura dan Satrio juga sedang menikmati sarapannya.

Jam tujuh lewat suster datang memeriksa pasien dan juga bayinya.

“Gimana keadaan pasien dan bayinya sus, apa sudah boleh pulang”, tanya Laura pada Suster yang bertugas.

“Pasien dan bayinya dalam kondisi sehat, tinggal masa pemulihan pasca melahirkan. Nanti siang setelah pemeriksaan dokter juga sudah bisa pulang”, kata suster yang bertugas.

“Alhamdulillah,” ucap Miranti dan juga bu Ismi, namun wajah Miranti terlihat murung. Kemudian dia memanggil Laura untuk mendekat.

“Lau, sini”, Miranti melambaikan tangan, Laura yang sedang asyik ngobrol dengan Satrio langsung mendekat ke ranjang tempat Miranti berada.

“Bisa minta tolong jualkan perhiasanku untuk biaya administrasi rumah sakit?” tanya Miranti lirih. Namun masih tetap terdengar oleh bu Ismi dan Satrio yang berada di ruangan itu.

“Hah perhiasan, kenapa mesti di jual?”.

“Please aku butuh sekali”, katanya dengan wajah memelas.

“Miranti, biaya rumah sakit sudah dibayar sama Satrio, kamu tidak perlu memikirkan itu lagi. Simpan saja perhiasanmu suatu saat jika kamu membutuhkan baru kamu jual”, kata Laura berbisik.

“Tapi aku juga butuh untuk kebutuhan kami sehari hari”, ucap Miranti tetap ngotot.

“Ok kamu butuh uang berapa aku ambilkan sekarang”.

“Tapi Lau, aku tidak ingin merepotkan kalian, kalian datang saja aku sudah merasa tidak enak.”, kata Miranti lirih dengan wajah sedih.

“Kalau kamu ngga mau merepotkan kami sahabatmu, kamu mau minta tolong siapa?, suamimu?, dia yang kau puja ngga bisa diandalkan, buktinya disaat darurat seperti ini dia ngga memikirkan diri kamu Ranti?” kata Laura penuh emosi. mendengar ucapan Laura membuat wajah bu Ismi semakin tertunduk.

“Ok aku pinjam uang kamu nanti kalau aku sudah ada uang aku ganti”, kata Miranti akhirnya menyerah dengan keputusan Laura.

“Berapa yang kamu butuhkan?” tanya Laura sebelum melangkah pergi.

“Lima juta saja”.Laura langsung bergegas keluar sambil menarik tangan Satrio.

Miranti sedang menimang anaknya sambil mengajaknya bicara, tiba tiba Radite datang.

Dia langsung memeluk Miranti dan mencium keningnya. Kemudian mengambil bayi dalam gendongan istrinya.

“Maaf ya nak, ayah baru bisa datang menjengukmu”, ucap Radite pada anaknya yang masih bayi.

“Kenapa kamu baru datang, kemana saja kamu!”, benak bu Ismi pada anaknya.Namun Radite tidak mengubris omongan ibunya, dia masih asyik mengamati anaknya.

“Bapak macam apa kamu ini, di saat istrimu berjuang menyambung nyawa demi melahirkan anakmu malah kamu tidak ada,malah justru orang lain yang setia menemani”. Belum selesai bu Ismi ngomong tiba tiba masuk Laura dan Satrio.

“Oh bapaknya sudah datang,Syukur deh masih ingat sama anaknya”, sindir Laura sinis. Radite sudah mengenal Laura semenjak masih berpacaran dengan Miranti. Dan Laura orang kedua yang menentang keras hubungan sahabatnya dengan Radite setelah papinya Miranti.

“Ada urusan apa kamu disini?,” bentak Radite pada mereka berdua membuat Laura semakin meradang.

“Kamu tanya ada urusan apa?,kami ada untuk Ranti, sedangkan kamu, dimana kamu selama istrimu membutuhkan. Kau janji akan membahagiakan dia tapi nyatanya apa?, justru kau membuat dia semakin menderita dasar pecundang”, kata Laura geram tangannya mengepal kuat.

“Jangan sok tahu kamu, dan jangan ikut campur urusan keluargaku”, ancam Radite.

“Sudah sudah kenapa malah kalian bertengkar”, teriak Miranti sambil terisak.

“Taruh anak itu dalam box dan keluar kamu dari sini!, kehadiranmu hanya bikin runyam suasana”, hardik bu Ismi pada anaknya. Radite yang tidak pernah mendengar suara keras ibunya heran dan melongo kemudian langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

“Maafkan aku, aku tidak mau kamu disakiti terus olehnya”, kata Laura kemudian memeluk tubuh lemah Miranti. Miranti semakin terisak di dalam pelukan sahabatnya.

“Ini uangnya simpanlah dan gunakan dengan sebaik baiknya kalau sudah habis kamu hubungi aku lagi dan ibu, kembalikan uang yang ibu pinjam pada rentenir itu,agar tidak menambah beban Miranti”, kata Laura tegas.

“Ibu pinjam uang pada bu Yola untuk apa?” tanya Miranti kaget. Bu Ismi hanya bisa menunduk.

“Rencananya untuk biaya lahiran kamu sisanya unuk kebutuhan kita sehari hari, tapi ternyata semua biaya sudah ditanggung sama Satrio jadi nanti ibu kembalikan uang itu lagi”, jawab bu Ismi ketakutan.

“Terima kasih ibu sudah berkorban sejauh ini demi Miranti”, kata aku sambil mengenggam tangan mertuaku dan menciumnya.Bu Ismi hanya tersenyum.

Dokter datang untuk memeriksa pasien sebelum kepulangannya.

“Gimana dok, sudah boleh pulang?” tanya Laura pada dokter yang memeriksa.

“Boleh tapi tebus obatnya dulu nanti tiga hari kontrol lagi”, kata dokter kemudian berlalu keluar dari ruangan rawat.

“Mir, aku antar kamu pulang setelah itu aku juga pamit pulang kembali ke Jakarta. Ngga enak udah bolos kerja beberapa hari nanti kalau waktunya kontrol aku kesini lagi”. Kata Laura.

“Iya makasih sekali sudah ngeropiti kamu sama Satrio.”ucap Miranti sambil menatap Satrio sambil tersenyum.

“Terima kasih Sat, sudah ada untukku disaat saat sulit, nanti aku ganti uangnya”, kata Miranti lirih.

“Sudah ngga usah dipikirkan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Jaga diri baik baik”, belum selesai Satrio ngomong tiba tiba datang Radit.

“Oh bagus ya, ternyata kalian diam diam…

Bersambung

Bab terkait

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 6 Salah paham

    BAB 6 Salah paham “Oh bagus ya ternyata kalian diam diam berselingkuh di belakangku”, kata Radit yang tiba tiba muncul di hadapan mereka. “Atau jangan jangan anak ini hasil hubungan gelap kalian!”, ucap Radit lantang membuat bu Ismi dan Laura melongo. “Kamu ngomong apa sih mas, ini anakmu anak kita”, Miranti berusaha meyakinkan dengan suara bergetar. “Aku tidak percaya buktinya sekarang kalian bertemu diam diam tanpa sepengetahuan ku”, cerocos Radit. Satrio hanya diam membisu tanpa tahu apa yang harus dijelaskan. Dia menatap bu Ismi dan sahabatnya untuk meminta pembelaan. “Radit jaga ucapanmu mereka tidak seperti apa yang kamu pikirkan, kau salah paham”, kata Laura mendekati Radit dan menunjuk mukanya. “Akh kalian sama saja mengaku orang baik ternyata tak lebih dari orang orang bejat yang hanya berpura pura baik saja.dan kau mulai saat ini aku tidak percaya lagi ke padamu. Miranti tak bisa menjawab dia hanya menangis dalam diam. “Tapi Mas di antara kami tidak ada

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 7 Pindah kontrakan

    “Apa pindah, tapi aku sudah nyaman disini”, kata Miranti yang tiba tiba sudah berdiri di depan pintu. “Demi keselamatan kalian, tolong dengarkan kami”, ucap Laura memohon. Miranti mendekat dan duduk bersama mereka. “Aku dan Satrio sudah menemukan kontrakan yang lebih layak dari ini dan kami sudah menyewanya untuk lima bulan ke depan. Tempatnya strategis dekat dengan jalan raya dan juga mini market jadi kalian tidak akan kesulitan kalau mencari kebutuhan bayi. Tapi aku mohon jangan kasih tahu keberadaan kalian pada Radit, aku takut dia akan mencelakai kalian. Paham kan !”, ucap Laura mengakhiri penjelasannya. Setelah mendengar penjelasan dari Laura bu Ismi bergegas masuk dan mulai memberesi barang barang yang akan di bawa.Sementara Laura dan Satrio melanjutkan makan, tiba tiba ponsel Laura berdering.KriiingSana tertera nama si penelpon yang tak lain adalah Tante Yul atau mami Miranti. Seketika Laura menghentikan makannya dan pergi menjauh dari Miranti untuk menerima tele

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 8 Kecewa

    BAB 8 Kecewa Melihat suasana rumah yang nampak sepi dan lampu di seluruh ruangan masih gelap Radit merasa heran. “Kemana mereka, bukannya tadi siang mereka sudah pulang, atau jangan jangan… “ Radite tidak meneruskan ucapannya. Dia tidak sanggup membayangkan kalau terjadi apa apa pada anak dan istrinya. Jujur saja walau dia sering membentak dan bicara kasar pada istrinya tapi dalam hatinya masih sangat mencintai. Dia mendorong pintu dan ternyata tidak di kunci.Radite masuk dan menghidupkan saklar setelah lampu menyala ruangan terlihat lengang, kemudian dia meletakkan makanan dan bergegas ke kamar kemudian membuka lemari.Benar saja apa yang di khawatirkan terjadi, seluruh pakaian Miranti tidak ada, hanya tinggal beberapa potong pakaian dirinya.Dia terduduk dengan wajah penuh penyesalan dan kekecewaan, tangannya menjambak rambutnya sendiri. “Ya Allah kemana anak dan istriku pergi”, gumannya lirih.Makanan yang dia bawa dari warung Harti tergeletak begitu saja di meja. Dia be

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 9. Mencari kerja

    Harti mengambil ponsel dari tangan Radite dan mengamati wajah istri Radite dengan lebih seksama.Harti berusaha mengingat wajah itu dengan keras, tapi tetap saja belum bisa mengingat di mana dia melihat wajah itu. “Baiklah mas Radite aku simpan foto ini nanti jika sudah ingat aku kabari mas Radite”, ucap Harti sambil menyerahkan ponsel milik Radite. “Terima kasih mba Harti, semoga secepatnya mba Harti bisa mengingatnya”, jawab Radite lirih. Setelah menghabiskan kopi yang dipesan dan membayarnya Radite pergi dari warung Harti untuk melanjutkan pekerjaannya.Sudah hampir tiga bulan sejak kepergian Miranti dari rumah kontrakannya dulu. Miranti menjalani kehidupanya hanya dengan ibu mertua dan anaknya, walau terasa sepi dan menjemukan tapi dia tetap bertahan karena dia tidak sanggup lagi untuk terus sakit hati dan juga kecewa akibat ulah suaminya. Demikian juga dengan bu Ismi beliau sering terlihat murung hanya cucu yang tumbuh cantik dan lucu yang saat ini bisa menghibur hatinya.

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 10. Menghindar

    BAB 10 Menghindar M..mas Radite”, aku berbalik arah dan masuk kembali ke dalam mini market sebelum ketahuan mas Radite. Lebih baik aku menghindar dari pada aku harus bertemu dengannya. Aku bergegas masuk kembali tanpa melihat kedepan karena pandanganku fokus ke luar memastikan apa yang aku lihat.Bruuuk…Aku menabrak seseorang sampai jatuh terduduk dilantai mini market. Untung saya tidak sedang ramai pengunjung. Aku berusaha bangun dan mengambil tas ku yang jatuh tak jauh dari tubuhku, namun ketika aku akan mengambil tas itu seseorang telah menyodorkan tas itu dihadapanku. Aku mendongak untuk melihat siapa yang aku tabrak. “Astaghfirullah maaf aku ngga sengaja”, kataku sambil mengambil tas yang ada di tangannya, ternyata orang yang aku tabrak itu bos yang telah mewawancarai aku tadi. Tanganku gemetar dan wajahku seketika pucat.Karena yang aku dengar pak Ricard adalah bos yang galak dan kejam. “Maaf pak saya ngga sengaja “, kataku masih dalam ke adaan duduk di lantai

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 11. Kabar dari Laura

    Miranti duduk termangu sendiri di depan ruangan pak Ricard sambil mengingat omongan mba leader line tadi.Dari jauh dilihatnya pak Ricard baru datang,tatapan tajam mengarah ke padaku saat tahu aku sudah menunggu di depan ruangan kantornya. “Selamat pagi pak!”, aku memberi salam sambil tersenyum manis. Berharap beliau mau menjawab salamku bahkan membalas senyum manisku . Namun jangan kan tersenyum menjawab salam saja tidak, bahkan yang lebih membuat hatiku sakit dia hanya melirikku sekilas. “Ya Allah beri aku kesabaran, ternyata benar apa yang di katakan mba Leader line tadi, serem dan sangar kaya singa liar”, gumamku dalam hati sambil menggigit bibir bawahku. “Miranti Yuliana Edward masuk!”, perintah tegas dari pak Ricard menggelegar memecah keheningan membuat aku kaget. “I..iya pak”, jawabku terbata bata dan gugup. Aku masuk dan duduk di hadapannya layaknya anak sekolah di panggil guru bimbingan konseling karena melakukan pelanggaran. “Kamu sudah menerima pesan dari s

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 12 Terpaksa berkata jujur

    “Aku..aku”, Miranti terbata bata menjawab pertanyaan pak Ricard. Dirinya tidak dapat mengelak lagi untuk menyembunyikan identitas diri. “Katakan apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa tadi yang menelpon mu?” tanya pak Ricard mengintimidasi. Miranti tidak langsung menjawab dia terdiam cukup lama, bayangan kejadian yang dia alami selama ini bermunculan kembali di benaknya, tak terasa air matanya menetes tanpa bisa di bendung lagi. “Miranti Yuliana Edward aku tidak butuh tangisanmu, dan kau tahu tangisan tidak akan menyelesaikan masalah. Aku butuh jawabanmu agar aku bisa membantumu”. “Aku tidak butuh bantuan bapak, ini masalah keluarga aku bisa menyelesaikannya sendiri!”, jawab Miranti ketus sambil mengusap air matanya kasar.Mendengar jawaban Miranti membuat Ricard mengeraskan rahang, tangannya mengepal menahan kesal. “Oke jika itu mau mu, saya harap kamu profesional dalam bekerja. Jangan bawa masalahmu dalam pekerjaan saya tidak mau rugi!”, bentak Ricard sambil berla

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 13 Penjelasan Laura

    Sejak mendengar ucapan pak Ricard tadi siang , Miranti tidak fokus dengan pekerjaannya dia lebih banyak diam dan melamun. Pikirannya melayang menduga duga apa yang terjadi dengan suaminya. Walaupun Radite sudah meninggalkan dirinya dan tidak mengakui Desy anaknya tapi dia masih perduli padanya, bagaimana pun juga Radite adalah orang yang pernah membersamai nya selama ini.Sampai di rumah Miranti masih memikirkan omongan atasannya itu. Bu, apa selama ini ibu pernah dengar kabar mas Radite?”, tanya Miranti pada sore itu saat mereka sedang bercanda bersama anaknya sambil menonton televisi.Mendengar pertanyaan menantunya bu Ismi terlihat gugup membuat Miranti menatap mertuanya heran. “Ibu tahu kabar mas Radite?”, tanya Miranti memastikan sekali lagi. Namun wanita itu terlihat sedih sambil menggelengkan kepalanya. Miranti hanya bisa menghela napas dalam dalam. Tiba tiba ponsel nya berdering, dia bergegas mengambil ponsel yang dia letakkan diatas meja. Ternyata panggilan masuk

Bab terbaru

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 45 Masa lalu bu Miranti

    “Iya bi, memangnya ada apa kok bi Idah kaget,” tanya suster Lina heran. “Oh ngga, sudah sana di tidurkan dulu non Desy nya nanti kita ngobrol lagi,” kata bi Idah kemudian meneruskan menyapu halaman. Suster Lina bergegas membawa Desy ke kamarnya setelah memastikan keadaan anak majikannya aman suster Lina keluar lagi menemui bi Idah. “Ada apa bi Idah bikin penasaran saja,” tanya suster Lina sambil menepuk bahu bi Idah yang sedang menyapu. Bi Idah tidak menjawab melainkan meneruskan pekerjaannya setelah selesai baru menarik tangan suster Lina menuju bangku di taman samping rumah. “Sini ada yang ingin aku sampaikan,” Suster Lina menurut saja kemudian duduk di samping bi Idah. ‘Cepetan dong bi nanti keburu Desy bangun,” gerutu suster Lina tak sabar. Bi Idah menarik napas dalam dalam kemudian baru memulai ceritanya. “Kata bu Ismi, Desy itu bukan anak pak Ricard, tapi anak dari Radit anaknya bu Ismi. Entah gimana ceritanya saya kurang tahu tapi bu Ismi ingin sekali bi

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 44 Pertanyaan mengejutkan dari Desy

    “Pertanyaan Desy sontak membuat Miranti gelagapan. Ricard juga kaget dengan apa yang ditanyakan anaknya itu.Miranti dan Ricard tidak menyangka Desy akan memberikan pertanyaan yang sangat mengejutkan. “Sayang dari mana kau tahu itu semua. Nenek Desy itu omah Yuli,” jawab Miranti berusaha untuk menyembunyikan permasalahan yang sebenarnya. Belum waktunya anak sekecil Desy tahu kemelut rumah tangga orang tuanya. “Tapi Bun, beliau ngaku neneknya Desy bahkan nunjukin fotonya sama bunda dan dede bayi, kata nenek itu Desy waktu masih bayi. Apa bener Bun Desy yang merawat nenek Ismi,” cerocos Desy. Alih alih menjawab pertanyaan anaknya Miranti langsung muntah muntah lagi.Kepalanya pusing dan napasnya tersengal sengal.Melihat keadaan istrinya Ricard panik dan langsung menghubungi dokter. “Non Desy kita keluar dulu yuk, jalan jalan ke taman, kasihan bunda muntah muntah lagi,” suster Lina menggandeng tangan mungil Desy keluar dari ruangan. Melihat keadaan bundanya Desy diam dan

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 43 Pak syukur bebas

    “Tentang bapakmu?” tebak bu Ismi. “Ya salah satu di antaranya, ada lagi yang ngga kalah penting dari itu bu,” jelas Radit menatap ibunya. “Apa, jangan bikin teka teki Radit, ibu lagi pusing,” Tegas bu Ismi, dirinya kecewa atas sikap Radit yang tidak bisa merayu anaknya untuk bisa lebih dekat dengannya. “Bahrudin tertangkap, dan semua harta miliknya jatuh pada saya, Radit,” ucap Radit bangga sambil membusungkan dada. “Ibu ngga percaya, bukannya kamu selalu bikin kecewa ibu?, sudahlah jangan berhalu,” Ibu beranjak dari tempat duduknya , tapi Radit menarik tangan bu Ismi untuk duduk kembali. “Apalagi ibu memanggilmu ke sini agar bisa bertemu dengan anakmu dan kalian bisa lebih dekat tapi nyatanya apa?, kau hanya diam saja,dan tak berbuat apa apa. Sudah lah Radit ibu masih banyak pekerjaan,”ucap ibu kesal. “Bu dengerin Radit dulu. Aku mau mengajak ibu menemui bapak karena hari ini bapak bebas.” “Benarkah bapak bisa bebas?, alhamdulillah akhirnya kita bis

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 42 Nenek?

    “Assalamualaikum,” salam yang diucapkan oleh bi Idah saat memasuki gerbang rumah bu Hilda. “Waalaikumsalam, eh Saidah, sama siapa?” tanya bu Ismi yang berjalan tergopoh gopoh membukakan pintu. Desy yang sedang asyik makan es cream cuek saja mendengar sapaan dari bu Ismi.Bu Ismi melihat keberadaan cucu yang di rindukannya di depan mata, beliau tidak menyangka akan di pertemukan kembali. “Desy!.. cucu nenek, apa kabar sayang?” tanya Bu Ismi berjongkok dihadapan cucunya itu. Namun Desy bukannya menyambut sapaan neneknya malah bersembunyi di belakang tubuh bi Idah. “Bi dia siapa,kenapa panggil Desy cucu?, Desy ngga kenal Desy takut bi,” rengek Desy sambil menarik tangan bi Idah minta pulang. “Sebentar kita kan baru sampai lagian Bunda juga ngga ada di rumah, nanti Desy sendirian”.Melihat tamunya ngambek bu Ismi yang tidak lain adalah nenek Desy mengajaknya duduk di sofa. “Dah ajak Desy duduk dulu,” kemudian Bu Ismi masuk ke dalam dan mengambilkan puding coklat dari

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 41 Miranti ngidam

    Waktu terus berjalan hari pun terus berganti kini sudah dua bulan sejak kepulangan Ricard dan Miranti dari bulan madu. Semua kembali ke aktivitas semula. Ricard pergi ke Mini market dan Miranti pergi ke butik setelah sekian lama di handle oleh orang kepercayaannya. Mami Yuliana juga sudah kembali ke rumahnya setelah lama menemani cucunya juga mendaftarkan cucunya sekolah.Saat ini Desy sudah sekolah di taman kanak kanan. Setiap pagi pergi ke sekolah di antar oleh pengasuhnya.Hari sudah menunjukkan pukul tujuh tapi Miranti belum juga bangun, dia masih meringkuk di bawah selimut. Ricard yang baru pulang olah raga pagi kaget karena ngga biasanya istrinya masih bermalas malasan. “Sayang, kok belum bangun, katanya mau ke butik sana mandi dulu nanti kita sarapan bareng, kasihan Desy sudah nungguin di meja makan,” kata Ricard sambil mengoyang goyangkan tubuh istrinya. “Aku lagi kurang enak badan, kelapa ku pusing dan perutku mual,” jawab Miranti kemudian menarik selimut menutupi s

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 40 Titipan Bahrudin pada Pardi

    Pardi menatap Radit tak berkedip, dengan pandangan menyelidik membuat Radit merasa risih. “Benar pak, saya menikah dengan Suharti anak satu satunya pak Bahrudin, karena dia sedang hamil jadi Suharti tidak ikit ke sini,” jawab Radit meyakinkan Pardi. “Begini pak, pak Bahrudin memberikan kunci cadangan pada saya karena setiap hari saya yang di tugaskan untuk merawat dan membersihkan villa ini. Apalagi pak Bahrudin jarang sekali ke sini. “Saat ini bapak ada masih ada di villa kan, bisa antar saya ke dalam villa menemui bapak?,”tanya Radit. Pardi geleng geleng kepala sabil kebingungan. “Lho bukannya bapak dari kemarin berada di villa itu?” tanya Radit dengan dahi mengernyit. “Bapak sudah pergi dengan dua orang anggota polisi yang menangkapnya kemarin,sebelum bapak pergi bapak menitipkan amplop coklat berukuran besar dan tebal.” “Isinya apa pak, dan mana amplop itu?,” berondong Radit penasaran. “Kalau isinya saya tidak tahu, tapi sebentar saya ambilkam amplopn

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 39 Rahasia yang terpendam

    “Harti, ada apa dia menelpon?” gumam Radit sambil berjalan keluar dari ruang ATM, kemudian menggeser tombol hijau untuk menerima telpon. “Halo dek, ada apa ?” tanya Radit pura pura tidak tahu padahal dia sudah menduga kalau istrinya menanyakan keberadaannya. “Kamu di mana mas, udah sampai?” jawab Harti dengan nada cemas. “Aku belum sampai di kota Tegal, mobil yang ku pakai tiba tiba mogok padahal baru saja aku isi bahan bakar full,” ucap Radit mencari alasan. “Gawat mas, bapak ke tangkap polisi .” kata Harti panik. “Kok bisa lha wong saya saja belum ketemu bapak,ini saya sedang ke Tegal setelah memperbaiki mobil di bengkel,”ujar Radit lagi. “Terus gimana ini, apa mas Radit balik lagi aja lagian percuma kalau di teruskan ke Tegal bapak sudah di bawa ke Jakarta.” Kata Harti nada putus asa. “Ngga dek, mas lanjutkan ke Tegal ke villa, kamu jangan percaya berita itu dulu siapa tahu hoax,sebelum mas tahu kenyataannya di villa,” jawab Radit kemudian mematikan sam

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 38 Tertangkapnya Bahrudin

    Bapak… ,” Suharti tidak melanjutkan ucapannya dia ragu untuk menyebut di mana keberadaan bapaknya padahal dia tahu persis di mana bapaknya bersembunyi. “Dek, kenapa ragu dan bingung, kalau dek Harti mengatakan di mana keberadaan bapak siapa tahu mas bisa membantu melindungi bapak dari kejaran polisi,” ucap Radit sambil mengelus rambut panjang istrinya. Sejenak Harti menatap suaminya meminta kepastian. “Iya apa kamu ngga percaya sama suamimu sendiri?” ucap Radit untuk meyakinkan istrinya. Padahal dalam hati dia bersorak gembira karena tanpa bersusah payah mencari keberadaan Bahrudin mertuanya ,Suharti sudah menunjukkan persembunyiannya dan Radit tinggal lapor polisi. “Bapak ada di vila di Guci,” jawab Harti tanpa rasa curiga sedikitpun mengatakan yang sejujurnya dia berharap suaminya bisa menolong menyelamatkan bapaknya dari kejaran polisi. “Hah di villa, alamatnya?, biar aku kesana besok.,” Radit menyakinkan kembali pada istrinya. “Villa ASRI mas, itu Vila mili

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 37 Penyelidikan polisi

    “Halo apa?...” Radit panik dan langsung berganti baju kemudian mengambil kunci mobil kembali. “Mas mau kemana, katanya mau makan?” tanya Suharti bingung melihat suaminya panik setelah menerima telpon. “Mas makannya nanti saja ada hal urgent yang harus di tangani, Mas pergi dulu ya,” Radit bergegas keluar kemudian membuka mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat. “Ada apa sebenarnya suamiku itu, telepon dari siapa ya?” gumam Suharti penasaran.Setelah menerima telepon dari kepolisian bahwa pak syukur keracunan makanan, Radit langsung meluncur menuju Rumah sakit . Sampai di sana banyak polisi yang berjaga jaga. “Selamat siang pak, bagaimana keadaan bapak saya?” tanya Radite pada polisi yang berjaga. “Bapak anda selamat dan sudah melewati masa kritisnya, sekarang sedang beristirahat dengan penjagaan yang ketat.” Kata polisi yang berjaga di depan pintu. “ Oh ya pak Radit, dari hasil penyelidikan ada orang yang sengaja menitipkan makanan pada pak Syukur dan set

DMCA.com Protection Status